Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat melalui Badan Perencanaan Pembangunan, Riset dan Inovasi Daerah (Bapperida) memperkuat ketahanan pangan berbasis potensi lokal agar ekonomi setempat turut menggeliat.
"Pangan lokal seperti sagu, ubi, jagung dan hasil laut harus ditempatkan sebagai kunci kemandirian dan ketahanan pangan daerah," kata Kepala Bapperida Sulbar Junda Maulana di Mamuju, Selasa.
Hal itu disampaikan Junda Maulana, usai mengikuti sosialisasi Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2025-2029 serta Pedoman Penyusunan Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi Berbasis Potensi Sumber Daya Lokal (RAD-PGBPSDL) yang digelar secara virtual oleh Bappenas.
Kegiatan itu merupakan bagian dari upaya nasional mempercepat penganekaragaman pangan, perbaikan gizi dan penguatan ketahanan pangan berbasis potensi lokal.
Kegiatan itu juga menyoroti kewajiban daerah dalam menyusun RAD-PGBPSDL 2025-2029, sinkronisasi dengan RPJMD dan visi-misi kepala daerah, serta urgensi menjawab masalah ketidakcukupan konsumsi pangan (PoU) yang meningkat di Sulbar pada 2024.
"Kegiatan ini memberikan arah bagi pemerintah daerah untuk memahami kebijakan nasional, mensosialisasikan pedoman penyusunan RAD-PGBPSDL serta mendorong kolaborasi multipihak dalam penguatan pangan dan gizi," jelas Junda Maulana.
Bapperida kata Junda Maulana memiliki peran strategis dalam memastikan dokumen RAD-PGBPSDL sejalan dengan RPJMD, rencana strategis OPD serta kebijakan nasional.
Selain itu lanjut Junda Maulana, Bapperida bertanggung jawab memfasilitasi forum koordinasi lintas OPD, akademisi, dunia usaha dan organisasi profesi, sekaligus mengawal dan evaluasi pelaksanaannya.
"Kami berharap Sulbar dapat lebih mandiri dalam pangan dengan memperkuat potensi lokal sekaligus meningkatkan gizi masyarakat. Ini sejalan dengan visi pembangunan daerah yang sehat, berdaya saing dan berkelanjutan," terang Junda Maulana.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Sulbar Salim S Mengga mengajak seluruh masyarakat di daerah itu agar kembali mengkonsumsi pangan lokal, seperti singkong, jagung, sagu, pisang dan lainnya, sebagai alternatif sumber karbohidrat, selain beras.
"Saya mengajak seluruh masyarakat di Sulbar untuk kembali mengkonsumsi makanan yang berasal dari pangan lokal," kata Salim Mengga.
Wagub menyayangkan masih adanya pandangan yang menganggap singkong dan sejenisnya sebagai makanan kelas bawah.
Padahal menurutnya, saat ini banyak produk turunan dari bahan tersebut justru hadir di supermarket dalam bentuk camilan modern, makanan kemasan, bahkan pangan olahan bernilai ekspor.
"Pangan lokal seperti ubi, singkong, jagung dan pisang bukan makanan kelas bawah. Jadi, mari kita tinggalkan ketergantungan akan beras untuk mendorong kemandirian pangan lokal," ujar Salim Mengga.
Wagub menegaskan, masyarakat perlu mengubah cara pandang terhadap pangan non-beras dan kembali menghargai kekayaan pangan lokal yang selama ini terlupakan.
"Jadi, sumber-sumber pangan nasional kita sebenarnya tidak hanya terikat pada beras. Di masa lalu, sebelum pertanian kita lebih maju seperti saat ini, pangan kita sangat beragam. ada dari ubi, sagu, jagung dan lain-lain," terang Salim Mengga.

