Makassar (ANTARA) - Salah satu Tim Pekan Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian Masyarakat (PKM-PM) Universitas Hasanuddin (Unhas) yaitu Tim HiFive binaan Psikolog Umniyah Saleh M.Psi mengagas program pemberdayaan kepada mantan Pekerja Seks Perempuan (MPSP) di Gedung Makassar Creative Hub lantai dua di Makassar, Selasa (30/9).
Pada kegiatan tersebut turut hadir 22 orang volunteer, 10 mitra, perwakilan dari Organisasi Perubahan Sosial Indonesia (OPSI), dan Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A) Sulawesi Selatan.
Umniyah Saleh selaku Dosen Pendamping Program HiFive Victory menekankan pentingnya keberlanjutan program melalui pembentukan komunitas.
"Dan sebagai bentuk keberlanjutannya, mereka sekarang ini sudah akan membentuk sebuah komunitas hingga nanti itu bisa menjadi wadah untuk melanjutkan program-program yang bisa kembali bermanfaat untuk komunitas-komunitas perempuan," ujarnya.
Sementara Ketua Program Liliana Mu'allim ketua program tersebut menjelaskan, Program HiFive Victory bertujuan utama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau memberikan kesempatan kepada para MPSP yang memiliki pengalaman serupa.
"Program ini selain sebagai media dalam penyelesaian permasalahan mitra, juga sebagai media dalam memberikan 'awareness' atau perhatian kepada masyarakat," katanya.
Perhatian dan imbauan itu menyangkut perlunya memberikan kesempatan kepada mereka yang memiliki permasalahan seperti ini untuk pulih, bangkit, dan berdaya melalui ruang aman dan nyaman, tanpa pada 'judgement' atau mencap di dalamnya.
Salah satu Mitra HiViera MPSP berinisial F berbagi pengalaman dan meminta agar masyarakat menghentikan stigma negatif.
"Jangan gampang menstigma kita yang pernah menjadi pekerja malam, karena hal ini juga tidak mudah bagi kami, ini pilihan terakhir kami dari berbagai masalah yang ada, salah satunya ekonomi" ujarnya.
Penata Kelola Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Dyah Ramadhani menyuarakan harapannya agar MPSP mendapat akses permanen pada layanan kesehatan dan konseling.
Dia berharap setiap MPSP keluar dari program dengan akses permanen ke layanan kesehatan, termasuk kesehatan mental dan dukungan konseling yang mengurangi trauma, stigma, dan risiko kekerasan berulang.

