Makassar (ANTARA) - Wakil Wali Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) Aliyah Mustika Ilham mengemukakan bahwa para guru harus mampu menjawab tantangan zaman dengan kompetensi dan integritas.
"Saya berharap guru-guru di Makassar senantiasa menjadi figur yang menginspirasi, sekaligus bisa menghadapi tantangan perkembangan zaman saat ini," kata Aliyah saat bertindak sebagai Pembina Upacara Peringatan Hari Guru Nasional (HGN) dan Hari Ulang Tahun ke-80 PGRI yang digelar di UPT SPF SD Kompleks Mangkura, Makassar, Selasa.
Aliyah Mustika Ilham menuturkan bahwa guru sebagai sosok yang tidak hanya mengajar, tetapi mendidik dengan hati. Ia mengingatkan bahwa pendidikan dasar berada di garis paling awal dalam membentuk karakter, akhlak, dan masa depan generasi bangsa.
"Di tangan para guru lah masa depan itu dibentuk. Guru-guru kita, terutama di pendidikan dasar, telah menjadi cahaya pertama yang menerangi langkah anak-anak kita. Tanpa guru, kita bukan siapa-siapa," tambah Aliyah.
Dia juga mengajak peserta upacara mengenang kembali perjalanan panjang para guru yang telah menjadi penerang dalam hidup jutaan anak bangsa.
Pada kesempatan ini, dia mengapresiasi Pemerintah RI atas penetapan 25 November sebagai Hari Guru Nasional melalui Keppres Nomor 78 Tahun 1994, yang menurutnya adalah bentuk penghormatan negara atas cinta dan pengabdian para guru.
Pada usia PGRI yang ke-80, Aliyah Mustika Ilham juga mengajak seluruh guru untuk terus meneladani semangat para pendiri PGRI, semangat yang mengakar pada keikhlasan, kecintaan pada ilmu, dan tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa.
"Hari ini kita berkumpul dalam suasana penuh rasa syukur untuk memperingati HUT ke-80 PGRI sekaligus Hari Guru Nasional. Selama delapan dekade, PGRI menjadi rumah perjuangan para guru sejak didirikan di Solo, 25 November 1945," ujarnya.
Upacara dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kota Makassar Andi Achi Soleman, Kepala SD se Kecamatan Ujung Pandang, ratusan murid SD Kompleks Mangkura, serta para guru SD se-Kecamatan Ujung Pandang.
Suasana semakin semarak dan penuh makna, karena seluruh peserta mengenakan baju adat, menghadirkan rasa bangga akan budaya dan identitas pendidikan di Makassar.
Upacara dilanjutkan dengan pembacaan sejarah singkat PGRI dan lantunan Mars PGRI serta Hymne PGRI yang dinyanyikan penuh penghayatan. Suara para murid dan guru bergema menyatu, menghadirkan suasana haru dan kebersamaan yang kuat di halaman sekolah.

