Polrestabes Makassar bantu perawatan korban peluru nyasar
Makassar (Antaranews Sulsel) - Polisi Resor Kota Besar (Polrestabes) Makassar akhrinya membantu meringankan pembayaran Rumah Sakit, bocah perempuan berumur 16 bulan, Sefti Saraswati yang terkena peluru nyasar pada 2 Februari lalu.
"Alhamdulillah, kondisi anak saya sudah membaik dan sekarang sudah ada di rumah. Biaya rumah sakit sebagaian dibantu dari Reskrim Polrestabes Makassar, ada juga dana pribadi saya pakai," tutur ayah korban, Sugeng Ramdhani saat dihubungi, Jumat.
Meski telah pulang ke rumah, namun ingatan itu masih membekas disaat anaknya terkena musibah, Dinas Kesehatan Kota Makassar malah terkesan tidak peduli, termasuk manajemen Rumah Sakit Labuang Baji milik Pemerintah Provinsi tetap membebankan biaya.
Selain itu, Dinas Sosial Kota Makassar hanya mendata dan tidak memberikan bantuan ataupun, kendati dirinya tidak berharap banyak dari dinas terkait tersebut, padahal insiden itu tidak pernah terpikir olehnya akan mengenai anak keduanya.
Korban sempat dirawat selama sepekan di RSUP Wahidin Sudirohusuodo setelah melalui proses operasi pengangkatan proyektir peluru diantara perut dan kelaminnya, hingga kondisinya membaik lalu diperbolehkan pulang.
"Kejadian ini membuat anak saya trauma, mudah-mudah tidak dibawanya sampai besar dan tidak terjadi apa-apa. Hanya saja Pemerintah Kota saat kejadian itu lambat merespon, bantuan pun tidak ada, padahal ini insiden yang kami tidak harap," ujarnya.
Dirinya berharap, dengan kejadian itu, tidak ada lagi warga lain yang terkena musibah yang sama. Aparat penegak hukum juga diminta berhati-hati dalam menjalankan tugasnya ketika mengejar dan menangkap penjahat di wilayah pemukiman warga sipil.
Sementara, Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani saat dikonfirmasi menuturkan hingga kini pihaknya masih terus menyelidiki pelaku atau pemilik dari proyektil peluru tersebut yang mengenai korban bocah 16 tahun itu.
"Belum ada perkembangan ini, kami masih terus selidiki siapa pelakunya," kata Dicky dengan jawaban singkat.
Sebelumnya, Dicky menjelaskan peluru nyasar yang mengenai anak tersebut merupakan proyektil peluru kaliber 38 milimeter. Jenis peluru kaliber 38 tersebut, kata dia, biasanya digunakan untuk jenis senjata Revolver yang bisa digunakan anggota Polri.
Kejadian peluru nyasar tersebut mengenai seorang balita perempuan bernama Sefti Saraswati berusia 16 bulan yang tertembak di rumah kontrakannya, jalan Bontoduri V, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan sekitar pukul 05.00 WITA.
Ironisnya, peluru tersebut tertembus dari atas atap seng dengan arah ke bawah hinga mengena korban pada bagian pertengahan antara perut dan alat kelaminnya. Orang tua korban kala itu tertudur pulas dan baru mengetahui anaknya menangis keras saat proyektil peluru bersarang ditubuhnya.
Saat beberapa menit kejadian, ayah korban Sugeng Ramdhani langsung membawanya ke RSUD Labuang Baji sekitar pukul 05.50 WITA. Tetapi lagi-lagi pengelola rumkit setempat lamban menangani karena orang miskin, bahkan korbah harus menunggu hingga delapan jam baru dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusudo.
Alasan pihak RSUD Labuang Baji, telah ditangani dengan baik denga memulihkan kondisi korban bahkan dironsen untuk mengetahui proyektil peluru, hanya saja mereka beralasan menunggu rekomendasi dokter bedah, mengingat Rumkit milik Pemerintah Provinsi Sulsel itu tidak punya dokter bedah spesialis, makanya dirujuk.
"Alhamdulillah, kondisi anak saya sudah membaik dan sekarang sudah ada di rumah. Biaya rumah sakit sebagaian dibantu dari Reskrim Polrestabes Makassar, ada juga dana pribadi saya pakai," tutur ayah korban, Sugeng Ramdhani saat dihubungi, Jumat.
Meski telah pulang ke rumah, namun ingatan itu masih membekas disaat anaknya terkena musibah, Dinas Kesehatan Kota Makassar malah terkesan tidak peduli, termasuk manajemen Rumah Sakit Labuang Baji milik Pemerintah Provinsi tetap membebankan biaya.
Selain itu, Dinas Sosial Kota Makassar hanya mendata dan tidak memberikan bantuan ataupun, kendati dirinya tidak berharap banyak dari dinas terkait tersebut, padahal insiden itu tidak pernah terpikir olehnya akan mengenai anak keduanya.
Korban sempat dirawat selama sepekan di RSUP Wahidin Sudirohusuodo setelah melalui proses operasi pengangkatan proyektir peluru diantara perut dan kelaminnya, hingga kondisinya membaik lalu diperbolehkan pulang.
"Kejadian ini membuat anak saya trauma, mudah-mudah tidak dibawanya sampai besar dan tidak terjadi apa-apa. Hanya saja Pemerintah Kota saat kejadian itu lambat merespon, bantuan pun tidak ada, padahal ini insiden yang kami tidak harap," ujarnya.
Dirinya berharap, dengan kejadian itu, tidak ada lagi warga lain yang terkena musibah yang sama. Aparat penegak hukum juga diminta berhati-hati dalam menjalankan tugasnya ketika mengejar dan menangkap penjahat di wilayah pemukiman warga sipil.
Sementara, Kepala Bidang Humas Polda Sulsel Kombes Pol Dicky Sondani saat dikonfirmasi menuturkan hingga kini pihaknya masih terus menyelidiki pelaku atau pemilik dari proyektil peluru tersebut yang mengenai korban bocah 16 tahun itu.
"Belum ada perkembangan ini, kami masih terus selidiki siapa pelakunya," kata Dicky dengan jawaban singkat.
Sebelumnya, Dicky menjelaskan peluru nyasar yang mengenai anak tersebut merupakan proyektil peluru kaliber 38 milimeter. Jenis peluru kaliber 38 tersebut, kata dia, biasanya digunakan untuk jenis senjata Revolver yang bisa digunakan anggota Polri.
Kejadian peluru nyasar tersebut mengenai seorang balita perempuan bernama Sefti Saraswati berusia 16 bulan yang tertembak di rumah kontrakannya, jalan Bontoduri V, Kecamatan Tamalanrea, Makassar, Sulawesi Selatan sekitar pukul 05.00 WITA.
Ironisnya, peluru tersebut tertembus dari atas atap seng dengan arah ke bawah hinga mengena korban pada bagian pertengahan antara perut dan alat kelaminnya. Orang tua korban kala itu tertudur pulas dan baru mengetahui anaknya menangis keras saat proyektil peluru bersarang ditubuhnya.
Saat beberapa menit kejadian, ayah korban Sugeng Ramdhani langsung membawanya ke RSUD Labuang Baji sekitar pukul 05.50 WITA. Tetapi lagi-lagi pengelola rumkit setempat lamban menangani karena orang miskin, bahkan korbah harus menunggu hingga delapan jam baru dirujuk ke RSUP Wahidin Sudirohusudo.
Alasan pihak RSUD Labuang Baji, telah ditangani dengan baik denga memulihkan kondisi korban bahkan dironsen untuk mengetahui proyektil peluru, hanya saja mereka beralasan menunggu rekomendasi dokter bedah, mengingat Rumkit milik Pemerintah Provinsi Sulsel itu tidak punya dokter bedah spesialis, makanya dirujuk.