Makassar (ANTARA) - Sekitar 70 persen Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan, menggelar Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) 2020  secara daring. 

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Luwu Timur Jasrun yang dihubungi dari Makassar, Selasa, menyampaikan bahwa pelaksanaan PPDB daring ini merupakan uji coba yang akan menyasar sekitar 70 persen dari total 74 SMP di daerah itu.

Sebagai salah satu kabupaten yang memiliki banyak wilayah terpencil di Sulawesi Selatan berdasarkan kondisi demografi daerah, sistem daring uji coba ini hanya akan menyasar sekolah yang telah memperoleh akses jaringan internet.

"Kalau kami banyak yang belum bisa mengakses internet, sedangkan yang tidak termasuk daerah terpencil juga belum melakukan itu (PPDB daring). Sekitar 70 persen yang sudah bisa akses internet, artinya semua yang telah terjangkau jaringan sudah akan dilakukan itu," katanya.

Menurut Jasrun, pihaknya hanya berusaha untuk mencoba menggunakan sistem daring pada PPDB dengan menggunakan aplikasi sendiri.

"Ini sebagai proses pembelajaran juga dan kami uji cobakan itu. Seluruh sekolah yang terjangkau jaringan akan mulai PPDB daring," ungkapnya.

Kecuali beberapa sekolah yang berada di Kecamatan Seko dengan jumlah sembilan sekolah, Rngkong empat sekolah dan Rampi tiga sekolah. Sehingga total sekolah yang tidak menggelar PPDB daring di Lutim sebanyak 16 sekolah atau sekitar 30 persen.

"Kami kemarin telah rapat dengan pihak sekolah di Kecamatan Seko, di daerah ini akan manual karena memang jaringan belum ada," katanya.

Pelaksanaan PPDB secara daring di Lutim hanya akan dilakukan di tingkat SMP, sementara seluruh Sekolah Dasar (SD) masih mengelar PPDB luring. Sedangkan pada jenjang SMA/SMK sederajat telah melakukan PPDB daring sejak tahun 2019.

Pelaksanaan PPDB daring di Kabupaten Luwu Timur khususnya pada jenjang SD dan SMP dijadwalkan bersamaan yakni 1-8 Juli 2020.

Jasrun mengatakan  uji coba PPDB daring untuk SMP dilakukan sebagai upaya untuk pemerataan pendidikan di wilayah itu dan diharapkan tidak ada lagi anak yang tidak bersekolah.

"Untuk pelaksanaannya, kita masih mengacu pada aturan yang ada, mereka masukan berkas sebagai acuan penerimaan siswa. Kami di Lutra buatkan pula aplikasi khusus. Jika sekolah tidak terjangkau jaringan, maka kami harapkan gurunya yang bisa menjemput di rumah," katanya.

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Suriani Mappong
Copyright © ANTARA 2024