Jakarta (ANTARA) - Ada banyak alasan untuk mengunjungi suatu tempat bagi seorang pelancong, mungkin budaya yang memikat, kaya sejarah, kuliner khas yang nikmat atau keamanan yang diberikan saat sibuk menjelajah. Apakah Indonesia sudah jadi tempat yang ramah untuk para pelancong perempuan?

Narablog wisata Satya Winnie, yang mengabadikan perjalanannya lewat tulisan di blog serta foto dan video di media sosial, berpendapat tempat wisata yang ramah bagi pelancong perempuan adalah tempat di mana kaum Hawa bisa merasa aman, termasuk dari pelecehan seksual.

Tempat seperti ini punya layanan pengaduan bila ada hal yang tak diinginkan terjadi. Tentunya, aduan itu juga akan diproses secara benar, tak menguap begitu saja.

Pelancong yang punya hampir 42.000 pengikut di Instagram itu berpendapat, tempat yang punya penginapan khusus perempuan seperti hostel dengan kamar khusus tamu wanita, juga membantu para kaum Hawa yang gemar melancong.

Sarana dan prasarana seperti transportasi publik yang aman dengan jadwal yang sudah jelas dan tepat waktu juga masuk dalam kriteria tempat ramah pelancong perempuan. Begitu pula dengan masyarakat yang ramah dan bisa memberi pertolongan bila sesuatu yang tidak mengenakkan terjadi.

"Destinasi (ramah perempuan adalah) yang menyenangkan untuk berjalan kaki sendirian bahkan di malam hari," kata Satya kepada ANTARA via surel.

Di sisi lain, Sri Anindiati Nursastri yang sudah wara-wiri ke berbagai tempat di Indonesia dan pernah menjadi jurnalis travel berpendapat, istilah pariwisata ramah perempuan lebih tepat bila disebut sebagai tempat dengan infrastruktur yang ramah perempuan.

Sastri mencontohkan, kota yang punya sarana transportasi umum di mana perempuan punya akses khusus, seperti Transjakarta yang mengkhususkan bagian depan untuk penumpang perempuan juga MRT yang punya gerbong khusus perempuan.

"Di Indonesia enggak ada benchmark ramah perempuan seperti apa kayak apa sih, jadi semua tempat menurut saya aman untuk pelancong, tergantung si pelancong menganggap tempat itu aman apa enggak," kata Sastri kepada ANTARA.

Di setiap negara, sangat mungkin ada kota-kota yang karakternya bertolak belakang. Ada kota yang memberikan rasa aman terhadap pelancong, ada juga kota yang membuat pelancong merasa harus sangat berhati-hati dan menjaga diri. Narablog wisata Marischka Prudence alias Pru mencontohkan, di Eropa ada tempat yang aman, tapi ada juga kota yang dikenal karena banyak copet mengincar turis.

Di tempat tertentu di Eropa, pelancong tak boleh sembarangan menaruh tas atau dompetnya bila tak ingin barang bawaannya tiba-tiba menghilang, dibawa kabur oleh copet.

Kekhawatiran itu tak dirasakannya di kota-kota seperti Solo dan Yogyakarta yang semakin digandrungi turis karena aman dan nyaman. Pru berharap perekonomian kian membaik agar tingkat kriminalitas juga menurun, membuat sebuah kawasan menjadi semakin aman dan nyaman.

Bagi Satya, negeri ini belum bisa disebut tempat yang seratus persen aman bagi pelancong perempuan, khususnya mereka yang bepergian sendirian. Dia pernah mengalami hal buruk, menjadi korban pelecehan seksual saat berkelana sendirian. Padahal, Satya berpakaian sopan, busananya tertutup dan tidak "mengundang".

Dia mengingatkan semua kaum Hawa untuk waspada ketika bepergian di Indonesia karena sarana dan prasarana yang ramah perempuan masih tergolong kurang. Terlebih, ketika ada kasus pelecehan, sering kali aparat yang berwenang tidak menanggapi secara serius saat mendapat laporan pengaduan.

Dalam bepergian, pelancong harus punya keberanian untuk mengeksplorasi, tapi dibarengi dengan pengetahuan soal batasan-batasan dan norma yang berlaku di daerah setempat, saran Sastri. Contoh sederhana, memakai busana yang sopan dan tertutup ketika bepergian ke Aceh.

Tindakan pencegahan selalu lebih baik daripada menyesal kemudian. Jadi, tak ada salahnya membawa "pepper spray" untuk menjaga diri bilamana ada orang jahat. Buatlah daftar perjalanan yang efektif agar pelancong tak perlu jalan-jalan sendirian di malam hari, apalagi di daerah yang sepi. Jika sudah larut, lebih baik beristirahat untuk mengisi energi agar bisa beraktivitas keesokan harinya.

Tempat yang aman

Tempat mana saja yang direkomendasikan oleh para perempuan yang sudah menjelajahi banyak daerah di Tanah Air ini?

Menurut Satya, pada umumnya Asia Tenggara cukup aman untuk pelancong perempuan yang berkelana sendirian, seperti Singapura, Jepang, Thailand dan Filipina. Terlebih masyarakat di negara-negara Asia secara umum sangat ramah. Satya menyebut Nepal jadi salah satu tujuan favoritnya untuk berjalan-jalan sendirian. Eropa juga menyenangkan untuk dieksplorasi, salah satunya Belanda.

Sastri menambahkan, kota-kota besar yang punya infrastruktur seperti transportasi dengan akses yang ramah perempuan bisa jadi rekomendasi tujuan melancong, misalnya Jakarta dan Bandung. Kota dengan tingkat kriminalitas rendah juga bisa jadi pertimbangan, meski itu bukan jaminan mutlak.

Pru merekomendasikan orang-orang yang baru ingin membuat rencana perjalanan untuk memulainya dari kota wisata populer seperti Solo, Yogyakarta dan pulau Bali. Dia juga kerap menemui pelancong perempuan mancanegara yang penasaran dengan Toraja, jadi tempat tersebut juga ia sebut aman untuk kaum Hawa meski pergi sendirian. Sebagai pencinta laut, dia merekomendasikan Ambon dan Banda Neira sebagai tujuan seru untuk dijelajahi.

Patut diingat, setiap perjalanan harus dimulai dengan persiapan matang agar lebih efisien, tak harus makan waktu dari hal-hal yang bisa diurus sebelumnya. Kurangi risiko dengan memesan penginapan sejak awal, pastikan punya nomor darurat yang bisa dihubungi kala berada di situasi tak disangka-sangka. Penting juga menentukan rencana perjalanan yang matang agar tidak terlihat kebingungan dan "mengundang" orang yang berniat jahat.

Jangan lupa, tempat yang aman tak serta merta membuat pelancong boleh melonggarkan kewaspadaan. Jangan pernah lengah agar bisa menjaga diri, mencegah hal buruk terjadi selama perjalanan.

Pewarta : Nanien Yuniar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024