Makassar (ANTARA) - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sulawesi Selatan memfasilitasi pelaku ekonomi kreatif dalam bentuk karya fesyen atau adibusana, kriya, fotografi dan kuliner guna memeriahkan Festival Mulo di Makassar, Sulsel.
"Pagelaran Festival Mulo atau Mulo Fest yang ketiga pada 26-27 Agustus 2022 akan merangkul pelaku ekonomi kreatif untuk bangkit bersama setelah pandemi COVID-19 melandai," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel Devo Khaddafi di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan, pengunjung dapat melakukan napak tilas sejarah di Gedung Mulo yang merupakan bangunan sejarah pada masa penjajahan Kolonial Belanda, serta dapat menikmati berbagai pameran dan pergelaran busana karya generasi muda.
Menurut Devo, jika di Festival Mulo pertama dan kedua hanya digelar sehari dan hanya digelar di halaman bagian dalam Gedung Mulo, maka kali ini halaman luar pun turut digunakan.
"Ini untuk menambah meriah dan semarak Festival Mulo, sehingga aktivitas yang bisa dinikmati para pengunjung Mulo kali ini bakal lebih banyak," katanya.
Sementara tema yang dipilih pada kegiatan ini, lanjut dia, 'Colorful Fashion' untuk mendukung produksi fesyen yang diproduksi ataupun ditawarkan tenant-tenant yang ikut Festival Mulo.
Pengadaan kegiatan pergelaran busana sebagai bagian dari Festival Mulo, terinspirasi dari viralnya fenomena Citayem Fashion Week di Jakarta.
Berkaitan dengan hal itu, lanjut Devo, pihaknya menyiapkan dua "zebra cross" di area halaman depan Gedung Mulo.
"Satu 'zebra cross' diperuntukkan buat penampilan model-model profesional dan satunya lagi khusus buat para pengunjung yang ingin mencoba berekspresi ala Citayem itu," kata Devo.
Dia menambahkan, area 'zebra cross' itu sangat aman karena di dalam area halaman Gedung Mulo, bukan di jalan raya.
Ilustrasi Flyer dari kegiatan Festival Mulo ke-3 di Makassar. Antara/ HO/ Disbudpar Sulsel
"Pagelaran Festival Mulo atau Mulo Fest yang ketiga pada 26-27 Agustus 2022 akan merangkul pelaku ekonomi kreatif untuk bangkit bersama setelah pandemi COVID-19 melandai," kata Sekretaris Dinas Kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel Devo Khaddafi di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan, pengunjung dapat melakukan napak tilas sejarah di Gedung Mulo yang merupakan bangunan sejarah pada masa penjajahan Kolonial Belanda, serta dapat menikmati berbagai pameran dan pergelaran busana karya generasi muda.
Menurut Devo, jika di Festival Mulo pertama dan kedua hanya digelar sehari dan hanya digelar di halaman bagian dalam Gedung Mulo, maka kali ini halaman luar pun turut digunakan.
"Ini untuk menambah meriah dan semarak Festival Mulo, sehingga aktivitas yang bisa dinikmati para pengunjung Mulo kali ini bakal lebih banyak," katanya.
Sementara tema yang dipilih pada kegiatan ini, lanjut dia, 'Colorful Fashion' untuk mendukung produksi fesyen yang diproduksi ataupun ditawarkan tenant-tenant yang ikut Festival Mulo.
Pengadaan kegiatan pergelaran busana sebagai bagian dari Festival Mulo, terinspirasi dari viralnya fenomena Citayem Fashion Week di Jakarta.
Berkaitan dengan hal itu, lanjut Devo, pihaknya menyiapkan dua "zebra cross" di area halaman depan Gedung Mulo.
"Satu 'zebra cross' diperuntukkan buat penampilan model-model profesional dan satunya lagi khusus buat para pengunjung yang ingin mencoba berekspresi ala Citayem itu," kata Devo.
Dia menambahkan, area 'zebra cross' itu sangat aman karena di dalam area halaman Gedung Mulo, bukan di jalan raya.