Dewan Kebudayaan Makassar dan KKSS Kepri MoU kembangkan budaya Sulsel
Tanjungpinang (ANTARA) - Dewan Kebudayaan Kota Makassar (DKKM) dan Badan Pengurus Wilayah Kerukunan Keluarga Sulawesi Selatan (KKSS) Provinsi Kepulauan Riau menandatangani nota kesepahaman (MoU) tentang pengembangan kebudayaan Sulawesi Selatan di wilayah setempat.
Pengurus DKKM Profesor Andi Ima Kesuma di ruang pertemuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri Senin mengatakan, alasan kerja sama tersebut karena KKSS Kepri memiliki peran penting untuk memperjelas benang merah kebudayaan Sulsel di Kepri.
"KKSS Kepri harus dilibatkan dalam hal ini, karena KKSS yang akan menyambung benang merah kebudayaan yang mungkin mulai merenggang. Tentu banyak faktor, bagaimana kolaborasi ini nantinya bisa menjadi warisan budaya untuk generasi ke depan," katanya usai penandatanganan MoU bersama Ketua BPW KKSS Kepri Ady Indra Pawennari.
Profesor Ima mengatakan bahwa hubungan Provinsi Sulsel dan Provinsi Kepri terjalin dengan erat sejak dulu, sebagaimana yang terkandung dalam sumpah setia Melayu-Bugis.
Makanya, katanya, hal ini sangat penting untuk diangkat ke permukaan, dari mulai penerbitan buku, pembuatan film, serta inventarisasi naskah kuno, kebudayaan tangible (aset berwujud) maupun intangible (aset tak berwujud).
"Apalagi di pusat ibu kota Kepri di Kota Tanjungpinang banyak menyimpan literasi budaya yang berkenaan dengan filosofi orang Bugis, dari mulai pendidikan, politik, dan cara berkehidupan," katanya.
Selain itu, dalam kesempatan yang sama ia turut menyinggung tentang kebudayaan di Kepri yang telah memberikan penilaian positif untuk negeri berjuluk Bumi Segantang Lada itu.
"Akulturasi yang baik, jika ingin melihat miniatur nusantara, maka lihatlah Kepri," katanya.
Profesor Ima adalah seorang tokoh budayawan, sejarawan asal Sulsel, sekaligus akademisi yang telah berpengalaman dan berkontribusi dalam penulisan sejumlah buku budaya dan sejarah tentang kebudayaan Sulawesi Selatan, seperti buku Legacy Tana Luwu dan Migrasi Orang Bugis.
Dalam pertemuan tersebut, ia juga berbagi pengetahuan dan wawasan terkait kebudayaan dan sejarah Bugis dan Melayu di Kepri, di mana betapa besarnya legacy serta warisan budaya yang diwariskan oleh para leluhur orang Bugis sejak zaman dahulu.
Di tempat yang sama, Ketua BPW KKSS Kepri Ady Indra Pawennari menyambut baik kolaborasi yang dibangun antara KKSS dan DKKM tersebut.
"Banyak harapan kita dengan Profesor Ima dan rekan-rekan DKKM ini, karena beliau memiliki kompetensi terkait kebudayaan. Apalagi beliau akan menerbitkan buku tentang jejak sejarah lima Opu Daeng di Kepri dan kita siap dukung itu," ujar Ady.
Ady menyampaikan dukungan yang telah dituliskan dalam nota kesepahaman itu, tentunya akan dilaksanakan sebaik mungkin agar kolaborasi tersebut menghasilkan karya dan warisan budaya yang monumental untuk generasi mendatang.
"Seperti yang telah ditulis dan ditandatangani dalam MoU tadi, salah satu dukungan kita adalah bertukar informasi terkait perkembangan kebudayaan Sulsel di Kepri," ujarnya.
Ady menambahkan beberapa ruang lingkup kerja sama antara BPW KKSS Kepri dan DKKM, antara lain pelestarian seni dan budaya, seperti melakukan dokumentasi dan inventarisasi budaya tak benda dan jejak sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan di Kepri.
Kemudian, pengembangan SDM, seperti memberikan akses seluas-luasnya kepada generasi muda mempelajari kebudayaan Sulsel di Kepri, lalu pembinaan komunitas, seperti membina dan memperkuat jaringan komunitas Sulsel di Kepri.
"Terakhir, promosi dan publikasi, seperti publikasi dan menerbitkan buku yang berkaitan dengan jejak sejarah kebudayaan Sulsel di Kepri," demikian Ady.
Pengurus DKKM Profesor Andi Ima Kesuma di ruang pertemuan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepri Senin mengatakan, alasan kerja sama tersebut karena KKSS Kepri memiliki peran penting untuk memperjelas benang merah kebudayaan Sulsel di Kepri.
"KKSS Kepri harus dilibatkan dalam hal ini, karena KKSS yang akan menyambung benang merah kebudayaan yang mungkin mulai merenggang. Tentu banyak faktor, bagaimana kolaborasi ini nantinya bisa menjadi warisan budaya untuk generasi ke depan," katanya usai penandatanganan MoU bersama Ketua BPW KKSS Kepri Ady Indra Pawennari.
Profesor Ima mengatakan bahwa hubungan Provinsi Sulsel dan Provinsi Kepri terjalin dengan erat sejak dulu, sebagaimana yang terkandung dalam sumpah setia Melayu-Bugis.
Makanya, katanya, hal ini sangat penting untuk diangkat ke permukaan, dari mulai penerbitan buku, pembuatan film, serta inventarisasi naskah kuno, kebudayaan tangible (aset berwujud) maupun intangible (aset tak berwujud).
"Apalagi di pusat ibu kota Kepri di Kota Tanjungpinang banyak menyimpan literasi budaya yang berkenaan dengan filosofi orang Bugis, dari mulai pendidikan, politik, dan cara berkehidupan," katanya.
Selain itu, dalam kesempatan yang sama ia turut menyinggung tentang kebudayaan di Kepri yang telah memberikan penilaian positif untuk negeri berjuluk Bumi Segantang Lada itu.
"Akulturasi yang baik, jika ingin melihat miniatur nusantara, maka lihatlah Kepri," katanya.
Profesor Ima adalah seorang tokoh budayawan, sejarawan asal Sulsel, sekaligus akademisi yang telah berpengalaman dan berkontribusi dalam penulisan sejumlah buku budaya dan sejarah tentang kebudayaan Sulawesi Selatan, seperti buku Legacy Tana Luwu dan Migrasi Orang Bugis.
Dalam pertemuan tersebut, ia juga berbagi pengetahuan dan wawasan terkait kebudayaan dan sejarah Bugis dan Melayu di Kepri, di mana betapa besarnya legacy serta warisan budaya yang diwariskan oleh para leluhur orang Bugis sejak zaman dahulu.
Di tempat yang sama, Ketua BPW KKSS Kepri Ady Indra Pawennari menyambut baik kolaborasi yang dibangun antara KKSS dan DKKM tersebut.
"Banyak harapan kita dengan Profesor Ima dan rekan-rekan DKKM ini, karena beliau memiliki kompetensi terkait kebudayaan. Apalagi beliau akan menerbitkan buku tentang jejak sejarah lima Opu Daeng di Kepri dan kita siap dukung itu," ujar Ady.
Ady menyampaikan dukungan yang telah dituliskan dalam nota kesepahaman itu, tentunya akan dilaksanakan sebaik mungkin agar kolaborasi tersebut menghasilkan karya dan warisan budaya yang monumental untuk generasi mendatang.
"Seperti yang telah ditulis dan ditandatangani dalam MoU tadi, salah satu dukungan kita adalah bertukar informasi terkait perkembangan kebudayaan Sulsel di Kepri," ujarnya.
Ady menambahkan beberapa ruang lingkup kerja sama antara BPW KKSS Kepri dan DKKM, antara lain pelestarian seni dan budaya, seperti melakukan dokumentasi dan inventarisasi budaya tak benda dan jejak sejarah kebudayaan Sulawesi Selatan di Kepri.
Kemudian, pengembangan SDM, seperti memberikan akses seluas-luasnya kepada generasi muda mempelajari kebudayaan Sulsel di Kepri, lalu pembinaan komunitas, seperti membina dan memperkuat jaringan komunitas Sulsel di Kepri.
"Terakhir, promosi dan publikasi, seperti publikasi dan menerbitkan buku yang berkaitan dengan jejak sejarah kebudayaan Sulsel di Kepri," demikian Ady.