Makassar (ANTARA) - Ribuan petani di Provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Sulawesi Barat (Sulselrabar), telah menikmati manfaat Program Electrifying Agriculture (EA) dari PT PLN (Persero).
Sampai akhir 2023, program EA PLN telah mencapai 3.340 pelanggan dari sektor agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan hingga peternakan.
"Program Electrifying Agriculture merupakan program yang digagas oleh PLN, kami optimistis kualitas dan kuantitas produktivitas para petani dapat meningkat, maju dan modern,” ujar General Manager PLN UID Sulselrabar Moch Andy Adchaminoerdin di Makassar, Minggu.
Ia menjelaskan, melalui program EA, PLN berkomitmen mendukung pelaku usaha di sektor agrikultur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional yang meningkatkan keuntungan.
Program ini juga membuat kegiatan usaha dari pelaku bisnis menjadi lebih ramah lingkungan.
“Melalui program ini, PLN juga berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan," kata dia.
Andy mencatat hingga akhir 2023, total daya tersambung program EA sebesar 186.138 kiloVolt Ampere (kVA).
Program EA juga menjadi bagian dari langkah strategis perseroan dalam upaya mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan, kata Andy.
Program EA merupakan inovasi PLN dalam mengajak para pelaku di sektor agrikultur untuk beralih menggunakan alat-alat dan mesin produksi berbasis listrik sehingga lebih maju, efisien dan modern.
Salah satu petani bawang merah di Desa Saruran, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan Hasbi mengaku dengan menggunakan listrik dapat menghemat biaya operasional sampai 75 persen.
Sebelum adanya listrik, ia menghabiskan biaya operasional sebesar Rp5,2 juta per panen. Namun dengan program EA, kebunnya hanya membutuhkan biaya Rp1,3 juta per panen.
Hasbi menambahkan, listrik tidak hanya berdampak positif bagi penghematan operasional tetapi juga berpengaruh kepada peningkatan kapasitas produksi.
"Sebelum menggunakan listrik produksi kami hanya 45 ton bawang merah per tahun, hadirnya listrik ternyata juga meningkatkan kapasitas produksi menjadi 48 ton per tahun," ungkap Hasbi.
Program EA juga mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha pertanian milik Nurdin.
Ia mengaku berhasil melakukan efisiensi biaya operasional hingga 40-50 persen sejak beralih menggunakan listrik untuk mengairi sawahnya dari tahun 2021.
“Sudah tiga tahun, kami telah beralih ke energi listrik, efisiensi biaya untuk penyiraman jadi lebih murah dibandingkan sebelum menggunakan listrik, yakni bahan bakar minyak,” ujar Nurdin.
Nurdin menjelaskan untuk mengaliri sawah seluas 30 hektar, ia membutuhkan bahan bakar minyak sekitar Rp8 juta dalam satu kali pengairan. Namun, kehadiran program EA berhasil menghemat biaya operasional sekitar Rp 4,5 juta untuk biaya pengairan.
Selain penghematan biaya operasional, ia menambahkan dengan adanya teknologi pertanian berbasis listrik mampu meningkatkan produktivitas sebesar tiga kali lipat dari sebelumnya.
Misalnya dalam satu tahun, hanya menghasilkan panen sebanyak 3.000 karung. Namun setelah adanya listrik, berhasil memproduksi sekitar 9.000 karung.
Sampai akhir 2023, program EA PLN telah mencapai 3.340 pelanggan dari sektor agrikultur seperti pertanian, perikanan, perkebunan hingga peternakan.
"Program Electrifying Agriculture merupakan program yang digagas oleh PLN, kami optimistis kualitas dan kuantitas produktivitas para petani dapat meningkat, maju dan modern,” ujar General Manager PLN UID Sulselrabar Moch Andy Adchaminoerdin di Makassar, Minggu.
Ia menjelaskan, melalui program EA, PLN berkomitmen mendukung pelaku usaha di sektor agrikultur untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi operasional yang meningkatkan keuntungan.
Program ini juga membuat kegiatan usaha dari pelaku bisnis menjadi lebih ramah lingkungan.
“Melalui program ini, PLN juga berupaya menciptakan Creating Shared Value (CSV) bagi masyarakat dan lingkungan sekitar lewat berbagai inovasi teknologi kelistrikan," kata dia.
Andy mencatat hingga akhir 2023, total daya tersambung program EA sebesar 186.138 kiloVolt Ampere (kVA).
Program EA juga menjadi bagian dari langkah strategis perseroan dalam upaya mendukung pengentasan kemiskinan melalui sektor ketenagalistrikan, kata Andy.
Program EA merupakan inovasi PLN dalam mengajak para pelaku di sektor agrikultur untuk beralih menggunakan alat-alat dan mesin produksi berbasis listrik sehingga lebih maju, efisien dan modern.
Salah satu petani bawang merah di Desa Saruran, Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan Hasbi mengaku dengan menggunakan listrik dapat menghemat biaya operasional sampai 75 persen.
Sebelum adanya listrik, ia menghabiskan biaya operasional sebesar Rp5,2 juta per panen. Namun dengan program EA, kebunnya hanya membutuhkan biaya Rp1,3 juta per panen.
Hasbi menambahkan, listrik tidak hanya berdampak positif bagi penghematan operasional tetapi juga berpengaruh kepada peningkatan kapasitas produksi.
"Sebelum menggunakan listrik produksi kami hanya 45 ton bawang merah per tahun, hadirnya listrik ternyata juga meningkatkan kapasitas produksi menjadi 48 ton per tahun," ungkap Hasbi.
Program EA juga mampu meningkatkan produktivitas dan pendapatan usaha pertanian milik Nurdin.
Ia mengaku berhasil melakukan efisiensi biaya operasional hingga 40-50 persen sejak beralih menggunakan listrik untuk mengairi sawahnya dari tahun 2021.
“Sudah tiga tahun, kami telah beralih ke energi listrik, efisiensi biaya untuk penyiraman jadi lebih murah dibandingkan sebelum menggunakan listrik, yakni bahan bakar minyak,” ujar Nurdin.
Nurdin menjelaskan untuk mengaliri sawah seluas 30 hektar, ia membutuhkan bahan bakar minyak sekitar Rp8 juta dalam satu kali pengairan. Namun, kehadiran program EA berhasil menghemat biaya operasional sekitar Rp 4,5 juta untuk biaya pengairan.
Selain penghematan biaya operasional, ia menambahkan dengan adanya teknologi pertanian berbasis listrik mampu meningkatkan produktivitas sebesar tiga kali lipat dari sebelumnya.
Misalnya dalam satu tahun, hanya menghasilkan panen sebanyak 3.000 karung. Namun setelah adanya listrik, berhasil memproduksi sekitar 9.000 karung.