Makassar (ANTARA) - Emas masih menjadi pemicu utama inflasi di Sulawesi Selatan sejak Januari hingga Oktober 2025 dengan fluktuasi harga emas di pasaran.

"Emas masih menjadi pemicu utama inflasi di Sulsel, kemudian beras," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Rizki Ernadi Wimanda di Makassar, Selasa.

Dia mengatakan, secara umum inflasi Sulsel masih kondisi terjaga. Sebagai gambaran inflasi pada posisi Oktober 2025 tercatat 0,10 persen dan sebelumnya diposisi September 0,17 persen untuk (month to month/ mtm). Angka tersebut pada target indikatif yakni 0,29 mtm.

Sedang inflasi year to date tetap berada dibawah target indikatif yakni 2,98.

Rizki mengatakan, secara tahunan pemicu inflasi Sulsel itu emas yang selalu muncul rangking pertama, sedang beras ranking kedua terkait dengan lambatnya penyerapan beras SPHP di lapangan.

"Kalau emas tidak bisa kita kendalikan, kalau beras kita bisa," jelas dia.

Kondisi itu terlihat pada Oktober 2025 yang menunjukkan harga emas global mencapai level tertinggi yang notabene memicu kenaikan inflasi domestik, termasuk di Sulsel.

Selain emas, sejumlah komoditas pangan seperti daging ayam ras dan telur ayam ras juga memberi andil terhadap inflasi, akibat meningkatnya biaya input produksi khususnya jagung pakan ternak.

Kendati demikian inflasi masih dapat ditahan berkat deflasi pada beberapa komoditas utama seperti tomat dan beras pada periode yang sama.

Ilustrasi Butik Emas yang memperjualbelikan logam mulia yang diperdagangkan di pasaran dan menjadi salah satu pemicu utama inflasi di Sulawesi Selatan. ANTARA/! Suriani Mappong

Pewarta : Suriani Mappong
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2025