Washington (ANTARA) - Pengawas Pentagon (kementerian pertahanan AS) mengatakan pada Selasa mereka akan mengevaluasi protokol keselamatan seputar "nuclear football", tas koper berisi kode yang diperlukan Presiden AS untuk melakukan serangan nuklir.
Salah satu tas nuklir tersebut nyaris berada dalam jangkauan para perusuh yang menyerbu gedung kongres AS, Capitol, pada 6 Januari.
Dalam sebuah pemberitahuan singkat, kantor Inspektur Jenderal mengatakan mereka akan mengevaluasi sejauh mana pejabat Pentagon dapat mendeteksi dan merespons jika Koper Darurat Presiden itu "hilang, dicuri atau disusupi".
"Kami dapat merevisi tujuan itu saat evaluasi berlangsung," kata mereka.
Seorang pejabat AS, tanpa mau disebut namanya, mengatakan kekhawatiran seputar pengepungan 6 Januari telah mendorong evaluasi. Pada tanggal itu, Wakil Presiden Mike Pence berada di Capitol, ditemani seorang ajudan militer yang membawa tas nuklir cadangan, ketika gedung tersebut diserbu pendukung mantan Presiden Donald Trump.
Tas koper tersebut menyimpan kode yang akan digunakan presiden untuk mengotentikasi sebuah perintah untuk meluncurkan rudal nuklir saat dia tidak berada di Gedung Putih.
Rekaman video keamanan yang dipublikasikan dalam sidang pemakzulan Trump memperlihatkan Pence dan sang ajudan, yang membawa tas nuklir, diantar ke tempat aman ketika para pemrotes makin mendekati lokasi mereka.
"(Tas itu) Tak pernah dalam bahaya," kata seorang sumber yang mengetahui peristiwa itu.
Bahkan jika para perusuh berhasil mengambil tas nuklir itu, setiap perintah serangan nuklir masih perlu dikonfirmasi dan diproses oleh militer.
Namun peristiwa 6 Januari hanya satu dari sekian banyak kejadian selama pemerintahan Trump di mana keamanan tas nuklir mengundang pertanyaan.
Pada November 2017, ketika Trump berada di Beijing untuk bersantap siang bersama Presiden China Xi Jinping, seorang pejabat keamanan China bertengkar di ruangan lain dengan ajudan militer AS yang membawa tas tersebut.
Kepala staf Gedung Putih saat itu, John Kelly, seorang pensiunan jenderal, turun tangan dan terlibat pertengkaran fisik dengan pejabat China itu untuk memastikan tas nuklir tidak lepas dari tangan sang ajudan, kata mantan pejabat senior pemerintahan Trump.
Saat seorang pejabat AS berbicara dengan pejabat China tentang insiden itu, China ingin meminta maaf kepada Kelly. Namun Kelly menolak untuk memaafkan, kata pejabat tadi.
"Katakan pada mereka, mereka bisa datang meminta maaf kepada saya di Washington," kata Kelly, menurut pejabat itu.
Pada 20 Januari tahun ini, Trump bersikeras untuk meninggalkan Washington sebelum pelantikan Joe Biden. Artinya, tas nuklir itu harus dia bawa sampai Biden diambil sumpahnya.
Ditemani seorang ajudan militer pembawa tas nuklir, Trump berangkat ke Palm Beach, Florida, dan tas itu tetap berada di dekatnya sampai dia tak lagi menjadi presiden, kata seorang sumber yang mengetahui hal itu.
Sumber: Reuters
Berita Terkait
Korut mengecam AS karena mencari alternatif sanksi nuklir PBB
Minggu, 5 Mei 2024 12:43 Wib
IAEA: Tak ada kerusakan pada nuklir Iran usai serangan Israel
Jumat, 19 April 2024 17:53 Wib
Korsel mengajak Uni Eropa putuskan rantai pembiayaan nuklir Korea Utara
Rabu, 24 Januari 2024 13:59 Wib
Tidak ada masalah berarti pada PLTN Shika akibat gempa magnitudo 7,6 di Jepang
Sabtu, 6 Januari 2024 17:43 Wib
Enam jenis padi peranakan Jepang hasil radiasi nuklir dikembangkan di Sulsel
Senin, 4 Desember 2023 19:38 Wib
PBB minta Korea Utara tidak mengembangkan senjata nuklir
Selasa, 28 November 2023 11:54 Wib
Paripurna DPR menyetujui RUU TPNW menjadi undang-undang
Selasa, 21 November 2023 14:34 Wib
Sekjen PBB mengingatkan bahwa larangan uji coba nuklir mengikat secara hukum
Rabu, 30 Agustus 2023 11:07 Wib