BI Sulsel: Tiga pilar perkuat pondasi ekonomi KTI
Makassar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Budi Hanoto mengatakan terdapat tida pilar untuk memperkuat pondasi ekonomi Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Budi mengemukakan hal itu pada Diskusi Publik "Road to Konres ISEI XXI" secara virtual di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan akibat pandemi COVID-19 ekonomi terkontraksi sekitar 0,8 persen Year of year (YoY) dan secara nasional terkontraksi 2,1 persen yang dipengaruhi
penurunan jasa transportasi dan konstruksi.
Mencermati kondisi tersebut, lanjut dia, pada masa pandemi COVID-19 ini perlu memperkuat pondasi ekonomi di regional KTI.
"Ada tiga pilar untuk memperkuat ekonomi KTI dalam menghadapi kondisi saat ini, pertama, melakukan akselerasi keunggulan kompetitif yang dimiliki," katanya.
Selama ini, kata dia, ekonomi KTI tergantung pada ekspor komoditi tambang dan pertanian yang secara eksistensi perlu melalui hilirisasi komoditi, informasi struktural, termasuk kemudahan regulasi dan berwawasan lingkungan.
Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa pelaku ekonomi dan yang terkait mempunyai tanggung jawab besar kepada generasi penerus, sehingga harus memperhatikan lingkungan.
Pilar berikutnya adalah dukungan dan pemanfaatan teknologi digital berbasis data. Kemajuan teknologi mendorong kemajuan perkembangan pembiayaan, sehingga diperlukan perimbangan peran dari perbankan dari satu sisi pasar modal dan disisi lain juga keuangan industri/keuangan digital.
"Ketiga, menciptakan modal sosial yang kuat yang paling berkualitas menjadi tantangan tersendiri di KTI," katanya.
Sementara dari segi reformasi struktural, imbuh Budi, pemerintah juga menetapkan 4 pilar reformasi stuktural. Pertama, menciptakan dan mendukung iklim pasar yang terbuka, transparan dan kompetitif.
Kedua, mendorong pemulihan dan ketahanan bisnis yang tahan terhadap goncangan di masa depan. Ketiga, memastikan kesamaan akses terhadap kesempatan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta menciptakan kesejahateraan yang lebih besar.
Sedang keempat, memperkuat inovasi dan mengembangkan kompetensi dan inovasi terhadap teknologi baru untuk menciptakan produktivitas dan digitalisasi.
"Tentunya untuk menwujudkan ekonomi berkelanjutan dan reformasi struktural ini membutuhkan dukungan seluruh lapiran masyarakat," kata Budi.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo pada kesmepatan yang sama menyampaikan apresiasinya kepada BI Sulsel dan para pihak yang menggelar Diskusi Publik sebagai rangkaian Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXI yang akan diselenggarakan di Makassar pada Agustus 2021.
Budi mengemukakan hal itu pada Diskusi Publik "Road to Konres ISEI XXI" secara virtual di Makassar, Rabu.
Dia mengatakan akibat pandemi COVID-19 ekonomi terkontraksi sekitar 0,8 persen Year of year (YoY) dan secara nasional terkontraksi 2,1 persen yang dipengaruhi
penurunan jasa transportasi dan konstruksi.
Mencermati kondisi tersebut, lanjut dia, pada masa pandemi COVID-19 ini perlu memperkuat pondasi ekonomi di regional KTI.
"Ada tiga pilar untuk memperkuat ekonomi KTI dalam menghadapi kondisi saat ini, pertama, melakukan akselerasi keunggulan kompetitif yang dimiliki," katanya.
Selama ini, kata dia, ekonomi KTI tergantung pada ekspor komoditi tambang dan pertanian yang secara eksistensi perlu melalui hilirisasi komoditi, informasi struktural, termasuk kemudahan regulasi dan berwawasan lingkungan.
Hal tersebut dengan pertimbangan bahwa pelaku ekonomi dan yang terkait mempunyai tanggung jawab besar kepada generasi penerus, sehingga harus memperhatikan lingkungan.
Pilar berikutnya adalah dukungan dan pemanfaatan teknologi digital berbasis data. Kemajuan teknologi mendorong kemajuan perkembangan pembiayaan, sehingga diperlukan perimbangan peran dari perbankan dari satu sisi pasar modal dan disisi lain juga keuangan industri/keuangan digital.
"Ketiga, menciptakan modal sosial yang kuat yang paling berkualitas menjadi tantangan tersendiri di KTI," katanya.
Sementara dari segi reformasi struktural, imbuh Budi, pemerintah juga menetapkan 4 pilar reformasi stuktural. Pertama, menciptakan dan mendukung iklim pasar yang terbuka, transparan dan kompetitif.
Kedua, mendorong pemulihan dan ketahanan bisnis yang tahan terhadap goncangan di masa depan. Ketiga, memastikan kesamaan akses terhadap kesempatan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan, serta menciptakan kesejahateraan yang lebih besar.
Sedang keempat, memperkuat inovasi dan mengembangkan kompetensi dan inovasi terhadap teknologi baru untuk menciptakan produktivitas dan digitalisasi.
"Tentunya untuk menwujudkan ekonomi berkelanjutan dan reformasi struktural ini membutuhkan dukungan seluruh lapiran masyarakat," kata Budi.
Sementara itu, Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo pada kesmepatan yang sama menyampaikan apresiasinya kepada BI Sulsel dan para pihak yang menggelar Diskusi Publik sebagai rangkaian Kongres Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI) XXI yang akan diselenggarakan di Makassar pada Agustus 2021.