Sekolah berbasis digital pertama di Sulsel menggelar Tanfidz Camp
Makassar (ANTARA) - Sekolah berbasis digital pertama di Sulawesi Selatan, Ranu Harapan Islamic School (RHIS), menggelar Tahfidz Camp untuk meningkatkan SDM siswa.
'Tahfidz Camp ini digelar untuk mendorong siswa meningkatkan pemahaman dan hafalan bacaan Al Quran, sehingga kelak selain dapat menguasai science atau pengetahuan, diharapkan juga menguasai kitab kuning," kata Ketua Yayasan RHIS, Muhammad Ramli Rahim di Makassar, Sabtu.
Dia mengatakan, para siswa yang merupakan "produk" belajar pandemi COVID-19, setelah ditelusuri banyak ketertinggalan dari sisi pendidikan dan hafalan Al-Quran, sebagai bagian penting dalam proses belajar-mengajar di sekolah berbasis digital guna mengurangi penggunaan kertas (less papers).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu memberikan tambahan jam belajar melalui Tahfidz Camp yang dibimbing guru khusus di bidangnya, yakni Ustadz Ardi Fatnul dan Ustadz Ahmad Fahri.
Menurut Ramli ,yang juga adalah Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) periode 2016-2021, metode pembelajaran RHIS selalu mengedepankan penerapan sains dan teknologi, seiring dengan perkembangan digitalisasi, maka jauh sebelum pandemi COVID-19 sudah lebih awal menetapkan sistem pembelajaran digital.
"Semua siswa menggunakan tablet yang disiapkan pihak sekolah, sementara gurunya juga menggunakan televisi LED layar lebar untuk menjelaskan pada siswa dan saling terintegrasi," paparnya.
Kurikulum pembelajaran, lanjut dia, mengikuti Dinas Pendidikan setempat dan nasional, namun diperkaya dengan penguasaan sains, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, serta muatan khusus Tahfidz Al Quran.
Sebagai gambaran, untuk siswa SMP Insya Allah menghafal 5 juz hingga tamat sekolah. Dengan demikian, luaran atau lulusannya selain menguasai sains, bahasa internasional juga kemampuan menghafal Al Quran.
'Tahfidz Camp ini digelar untuk mendorong siswa meningkatkan pemahaman dan hafalan bacaan Al Quran, sehingga kelak selain dapat menguasai science atau pengetahuan, diharapkan juga menguasai kitab kuning," kata Ketua Yayasan RHIS, Muhammad Ramli Rahim di Makassar, Sabtu.
Dia mengatakan, para siswa yang merupakan "produk" belajar pandemi COVID-19, setelah ditelusuri banyak ketertinggalan dari sisi pendidikan dan hafalan Al-Quran, sebagai bagian penting dalam proses belajar-mengajar di sekolah berbasis digital guna mengurangi penggunaan kertas (less papers).
Berkaitan dengan hal tersebut, maka dipandang perlu memberikan tambahan jam belajar melalui Tahfidz Camp yang dibimbing guru khusus di bidangnya, yakni Ustadz Ardi Fatnul dan Ustadz Ahmad Fahri.
Menurut Ramli ,yang juga adalah Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) periode 2016-2021, metode pembelajaran RHIS selalu mengedepankan penerapan sains dan teknologi, seiring dengan perkembangan digitalisasi, maka jauh sebelum pandemi COVID-19 sudah lebih awal menetapkan sistem pembelajaran digital.
"Semua siswa menggunakan tablet yang disiapkan pihak sekolah, sementara gurunya juga menggunakan televisi LED layar lebar untuk menjelaskan pada siswa dan saling terintegrasi," paparnya.
Kurikulum pembelajaran, lanjut dia, mengikuti Dinas Pendidikan setempat dan nasional, namun diperkaya dengan penguasaan sains, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab, serta muatan khusus Tahfidz Al Quran.
Sebagai gambaran, untuk siswa SMP Insya Allah menghafal 5 juz hingga tamat sekolah. Dengan demikian, luaran atau lulusannya selain menguasai sains, bahasa internasional juga kemampuan menghafal Al Quran.