Makassar (ANTARA) - Hasil kajian transportasi di Kota Makassar pada tahun 2024 menyebutkan, kerugian yang disebabkan oleh kemacetan di jalan raya mencapai Rp21 miliar per hari.
"Hal tersebut berdasarkan hasil kajian dari Universitas Hasanuddin (Unhas) bekerja sama dengan Dishub Kota Makassar pada 2024," kata Kabid Angkutan dan Prasarana Dinas Perhubungan Kota Makassar, Jusman di Makassar, Selasa.
Dia mengatakan, salah satu pemicu dari kemacetan yang terjadi di Kota Makassar, karena 75 persen pergerakan penduduk kota itu menggunakan kendaraan pribadi.
Sementara jumlah pengguna angkutan umum mengalami penurunan dari 18 persen menjadi di bawah lima persen dalam 10 tahun terakhir.
Kondisi lainnya, perluasan kota yang terjadi menambah jarak perjalanan rata-rata sebesar 123 meter per tahun.
Sementara hasil survei angkutan Kota Makassar pada 2024 juga menyebutkan bahwa lebih dari 50 persen pengguna angkutan umum merasa tidak puas dengan frekuensi dan kenyamanan layanan yang ada.
Akibatnya terjadi tren penurunan total penumpang moda angkutan penumpang terhitung sejak 2016 hingga 2024.
Sementara angkutan umum sesuai standar pelayanan minimum (SPM) di Kota Makassar pada 2024 baru 8,6 persen warga Kota Makassar terlayani oleh angkutan umum sesuai SPM.
"Teman Bus Kota Makassar terpaksa dua koridor distop beroperasi, karena biaya operasional tidak seimbang dengan jumlah penumpang dan Kemenhub hanya mampu mensubsidi satu koridor saja," katanya.