Makassar (ANTARA) - Wali Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel), Munafri Arifuddin mengatakan pihaknya membuka peluang teknologi baru, termasuk dari Australia, untuk mendukung pengelolaan sampah di Makassar.
"Tantangan terbesar ada pada sampah lama di TPA (Tempat Pembuangan Akhir). Karena itu kami mencari teknologi yang bisa mengelola sampah secara mandiri dan berkelanjutan," katanya di Makassar, Rabu.
Ia juga menyebutkan beberapa perusahaan rintisan lokal dari kawasan Indonesia Timur, seperti Petrogel, Energi Timur, Nusa Power, Sumba Sustainable Solutions, dan Kuantimur Tenor, siap berkontribusi dalam upaya menghadapi tantangan perubahan iklim dan sampah.
Dalam kesempatan itu ia pengelolaan sampah masih menjadi salah satu tantangan utama Kota Makassar.
Dengan timbunan 1.000–1.300 ton sampah per hari, kata dia, TPA Tamangapa yang luasnya 19 hektare kini sudah menggunung hingga 16 meter.
"Syukurlah TPA kami belum disegel Kementerian Lingkungan Hidup (KLH(, karena kami terus berbenah. Kami sudah mulai dengan regulasi dari rumah tangga, memperkuat edukasi," katanya.
Berkaitan dengan hal itu ia mendorong urban farming di tingkat RT/RW. "Harapan kami, yang sampai ke TPA hanya residu, bukan lagi semua sampah dari rumah tangga," katanya.
Selain fokus pada sampah, Pemkot Makassar juga memperkuat kerja sama internasional untuk menekan emisi karbon. Dengan dukungan Pemerintah Jepang dan KLH, Makassar tengah menuju status Zero Carbon City.
Munafri menargetkan mulai tahun depan seluruh kendaraan operasional Pemkot Makassar akan beralih ke kendaraan listrik berbasis sistem sewa.
Munafri juga menekankan perubahan iklim adalah tantangan global, tetapi solusinya harus berakar dari lokal.


