Makassar (ANTARA) - Fakultas Seni dan Desain (FSD) Universitas Negeri Makassar (UNM) menggelar Konferensi Nasional Pendidik Seni Indonesia (KONAPSI) 2025 yang dirangkaikan dengan Pameran Seni Nasional bertajuk “Ruang Imaji: Narasi Visual, Pendidikan, dan Kreativitas” di Kampus Parangtambung, Makassar, Jumat.
Kegiatan ini diikuti 118 peserta, terdiri atas 75 pemakalah dan 21 peserta Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pendidik Seni Indonesia (APSI) yang hadir secara luring, sementara pengurus APSI Pusat turut bergabung secara daring mengusung tema “Ruang Imaji: Narasi Visual Pendidikan dan Kreativitas”. Kegiatan ini bertujuan menghadirkan ruang dialog antara dunia seni, pendidikan, dan kreativitas.
Pameran ini menjadi wadah bagi seniman, akademisi, dan mahasiswa seni untuk membangun koneksi, menafsirkan realitas, dan menyalurkan gagasan pendidikan melalui karya visual.
“Pendidikan seni hidup karena manusia terus berimajinasi. Melalui ruang ini, kita berharap seniman dan pendidik dapat terus mengolah nilai dan makna," kata Dekan Fakultas Seni dan Desain UNM Dr Andi Ihsan S.Sn M.Pd.
Menurutnya, ruang imaji bukan sekadar pameran, tetapi manifestasi dari semangat pendidikan seni yang inklusif dan reflektif, tempat imajinasi bertemu dengan nilai budaya dan spiritualitas lokal.
Dalam pengantar kuratorial, tim kurator menegaskan bahwa karya-karya yang ditampilkan tidak sekadar menonjolkan bentuk, tetapi mengajak publik berdialog dengan simbol, warna, dan ide.
Karya-karya tersebut menjadi narasi visual yang merekam keresahan, harapan, dan pengalaman manusia, sekaligus menghadirkan pendidikan seni sebagai wacana yang hidup dan dinamis di tengah masyarakat.
Lebih dari 40 karya seni dipamerkan, meliputi lukisan, instalasi, desain grafis, dan media campuran, yang seluruhnya berangkat dari gagasan personal hingga refleksi sosial.
Salah satu seniman sekaligus dosen UNM, Yudi, menuturkan proses berkarya baginya adalah cara untuk mengomunikasikan sesuatu yang tidak selalu bisa diucapkan.
"Pameran ini adalah ruang untuk merayakan kehidupan. Pesannya berpijak pada budaya bangsa, pada kebaikan, dan kebajikan untuk kemaslahatan sosial dan masyarakat. Karya seni adalah cermin nurani, dan pameran ini adalah cara kita menyalakan cahaya itu,” ujarnya.
Dia juga menjelaskan, dalam tiga karya yang ditampilkannya, terdapat simbol “jendela dan rumah” sebagai representasi dari dunia luar dan ruang refleksi diri. Salah satunya diberi judul “Choice”, terinspirasi dari album Merayakan Kehidupan, yang menggambarkan bagaimana manusia merayakan hidupnya dalam segala bentuk pilihan dan perjalanan.
Seniman lainnya, Fauzan, menambahkan kegiatan ini memberikan kesempatan besar bagi seniman lokal untuk memperlihatkan jati diri.
"Jangan sampai kalah dalam bersaing, kendati hanya sebatas hal kecil atau bahan sederhana. Dari hal kecil pun bisa lahir nilai besar jika terus diasah dan dibantu," ujarnya.
Sementara itu, Asyiah, pengunjung dari UIN Alauddin Makassar, menyampaikan antusiasmenya. “Pameran ini luar biasa. Saya bisa melihat sisi lain dari pendidikan bukan lewat kata, tapi lewat visual. Rasanya seni di sini punya makna sosial yang kuat dan menenangkan," katanya.
Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya Fakultas Seni dan Desain UNM untuk menumbuhkan ekosistem seni yang berkelanjutan di Indonesia Timur.
Selain sebagai ruang apresiasi, Ruang Imaji juga menjadi jembatan kolaborasi antar kampus, komunitas seni, dan masyarakat umum, agar karya-karya anak bangsa terus hidup dan relevan dengan zamannya.
Kegiatan ini bukan hanya bagaimana Makassar bisa memberikan wadah bagi para seniman, khususnya seniman lukis, tetapi bagaimana kita menciptakan ruang apresiasi yang hidup. Ruang terbuka bagi seniman untuk menaruh karya, berekspresi, dan terus berkembang agar seni tidak berhenti di ruang kelas, tetapi hidup di tengah masyarakat,” ujarnya.
Melalui pameran ini UNM berupaya memperkuat jembatan antara dunia akademik, ruang kreativitas, dan masyarakat luas. KONAPSI menjadi bukti bahwa seni bukan hanya tentang keindahan visual, melainkan juga tentang narasi kebangsaan, ruang imajinasi, dan spirit kemanusiaan yang terus hidup di tengah perubahan zaman.
Baca juga: Pameran lukisan"Mini Mive" di Makassar, Ajak masyarakat bangkit

