Makassar (Antaranews Sulsel) - Perkembangan dunia informasi dan teknologi yang semakin cepat saat ini memberikan efek ganda bagi kehidupan masyarakat.
Orang yang mengambil sisi positif atas perkembangan zaman yang semakin canggih, diprediksi memiliki peluang lebih besar untuk dapat melalui dengan nyaman dan meraih kesuksesan.
Begitu pun sebaliknya bagi yang memilih sisi lain, tentunya akan termakan zaman dan akhirnya membuat seseorang mendapatkan kesulitan dalam menghadapi hidup pada era serba modern seperti saat ini.
Bagi orang yang memilih jalur pertama, kemajuan teknologi dengan memberikan berbagai kemudahan berkomunikasi dan bersosialisasi yang bisa dilakukan melalui sosial media. seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan banyak keuntungan.
Melalui media sosial, masyarakat bisa menjadi pengusaha yang sukses yang lebih "santai" atau tanpa harus bekerja susah payah dengan menawarkan berbagai hasil inovasi dan kreativitas.
Berbagai produk kreatif mulai dari fesyen, suvernir, olahan makanan dan minuman, hingga membuka aplikasi khusus untuk ditawarkan ke masyarakat, menjadi tren saat sekarang ini.
Kebutuhan biaya yang lebih hemat karena tidak harus memiliki tempat khusus yang mungkin di sewa begitu mahal, menjadi keuntungan tersendiri untuk berbisnis secara dalam jaringan.
Melihat potensi yang menjanjikan itu, sejumlah pihak, baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi, maupun sekolah pada tahun ini terlihat berbondong-bondong untuk fokus memberikan pelatihan demi mencetak wirausahawan baru, termasuk di Sulawesi Selatan.
Kampus STIE Nobel Indonesia misalnya, setelah beberapa tahun terakhir memberikan pelatihan berwirausaha kepada para mahasiswa dan anak didik, kini mengalihkan fokus?dengan menyasar tenaga pengajar atau guru sekolah untuk bisa berwirausaha sebagai penambah pemasukan bagi keluarga.
Salah satu cara civitas akademika STIE Nobel yakni dengan memberikan "training of trainer (TOT)" kepada para guru dan kepala sekolah SMA/SMK se-Kota Makassar.
Pihak kampus mengatakan jika kegiatan ini merupakan sumbangsih terhadap dunia kewirausahaan dengan suatu terobosan baru untuk mengembangkan dunia usaha sejak sekolah.
TOT kewirausahaan yang berlangsung sehari ini diikuti guru dari berbagai sekolah di Makassar, di antaranya SMA 5, SMA 9, SMA 4, dan SMK 5.
Salah satu pemateri yang juga tenaga pengajar di STIE Nobel, Bahrul Ulum, yang memberikan materi pendidikan kewirausahaan, mengungkapkan kini selera anak muda sudah harus lebih dipahami.
"Pendidikan kewirausahaan itu bukan teori tapi lingkungan sangat memengaruhi," katanya di hadapan para peserta pelatihan wirausaha.
Selain itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (Hipmi-PT) bersama STIE Nobel Makassar juga telah mengajak para pelajar menjadi bagian dari peradaban baru dengan berwirausaha.
Selama ini, kebanyakan orang selalu terfokus pada cita-cita menjadi pegawai negeri sipil atau karyawan perusahaan top. Hanya relatif sedikit yang mau membangun usaha sendiri.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi pada masa sekarang ini, memungkinkan seseorang atau pelaku usaha memasarkan produknya kepada siapa saja dan di mana saja.
"Ketika kita membangun atau merintis usaha, salah satu pertanyaan yang muncul akan dipasarkan di mana. Tapi sekarang adalah eranya teknologi informasi yang memungkinkan semuanya bisa dipasarkan hingga ke belahan dunia," kata Ketua Umum Hipmi-PT Harianto Albar.
Komitmen kampus itu melahirkan wirausaha juga dilakukan melalui program Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Pada Masyarakat (KKN PPM) dengan menggelar pelatihan kewirausahaan di Desa Manjalling dan Padangloang, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba.
Pada pelatihan itu disisipkan sejumlah materi menarik, seperti menyangkut sosialisasi dan manajemen BUMDes, identifikasi peluang-peluang bisnis untuk dikembangkan, strategi inovasi bisnis, serta teknik pencatatan dan pengelolaan keuangan usaha.
Pelatihan itu memang penting melihat potensi bisnis yang dapat dikembangkan di desa yang begitu besar, seperti dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan, sampai usaha kuliner.
Dari pihak pemerintah, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan juga sukses melatih 80 mahasiswa dari berbagi kampus untuk berwirausaha atau menjadi pengusaha.
Fokus materi pelatihan, di antaranyab penguatan kewirausahaan, koperasi, pemasaran produk (e-commerce), hingga perencanaan bisnis.
Kepala Balai Diklat Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Sulsel Abdul Aziz Bennu mengatakan pelatihan kewirausahaan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengusaha, khususnya kalangan mahasiswa yang baru belajar mengembangkan diri menjadi pengusaha.
Kegiatan ini juga sesuai dengan program Pemprov Sulsel dalam menciptakan wirausaha baru berbasis desa dan kelurahan.
Pihaknya pihaknya mendorong pemuda dan pemudi menjadi pengusaha dengan usaha kreatif dan produktif, serta berdaya saing pada masa mendatang.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Sulsel Liestiaty F. Nurdin juga mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan bagi aparat Dinas Koperasi dan UKM Sulsel sehingga bisa memberikan sumbangsih bagi masyarakat.
Menurut dia, PNS dari dinas sudah seharusnya memiliki berbagai inovasi atau kreativitas sehingga bisa dijabarkan saat turun ke masyarakat.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyampaikan bahwa sebelum mengikuti suami, yakni Nurdin Abdullah, terjun ke politik dan dipercaya menjadi Bupati Bantaeng, ia merupakan sosok perempuan yang menyukai bisnis.
Selain sebagai dosen, ia juga memiliki berbagai jenis usaha, seperti bisnis travel, katering, salon, taman kanak-kanak, restoran, bahkan nyaris menjadi kontraktor.
Keputusan menekuni dan mencoba bisnis baru bukan hanya sebagai upaya mencari keuntungan, namun membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.
Upaya membuka lapangan pekerjaan atau mempekerjakan orang lainy, merupakan salah satu tujuan dari sukses seseorang terjun dalam dunia kewirausahaan. Usaha yang dirintis dia sudah selama 25 tahun.
Istri Gubernur Sulsel itu, berharap dengan pelatihan kewirausahaan betul-betul menjadi kesempatan yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa dan masyarakat umum, terutama kalangan pemuda.
"Agenda pelatihan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan harus memperhatikan secara saksama. Apalagi ini pakai uang negara, jadi harus benar-benar dimanfaatkan dengan baik," ucapnya.
Kurikulum
Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) menjadikan program kewirausahaan bagi mahasiswa sebagai kurikulum sekaligus dibuatkan wadah untuk melaksanakan Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK) 2018 berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dosen kewirausahaan sekaligus Ketua PPK PNUP, Nurhayati, di Makassar, Selasa, mengatakan PPK merupakan program kegiatan pembimbingan dan pendampingan usaha sekaligus monitoring hasil dan evaluasi usaha secara berkelanjutan dengan pendanaan dari Kemenristekdikti sejak 2017 hingga 2019.
Melalui PPK diharapkan lahir budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dan menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi mahasiswa yang berminat menjadi wirausaha baru sehingga pola pikir sebagai lulusan dan pencari kerja berubah menjadi pencipta lapangan kerja.
Saat ini, masih banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki keterampilan berwirausaha.
Hal itu sebagai dampak dari sistem pendidikan yang berorientasi kepada lulusan sebagai pencari kerja, dan bukan pencipta kerja.
Pelaksanaan PPK meliputi beberapa rangkaian kegiatan mulai April hingga akhir November lalu, antara lain sosialisasi, diklat kewirausahaan, magang, pembuatan rencana bisnis, penetapan peserta PPK-PNUP 2018, penandatanganan kontrak kerja bantuan dukungan bagi usaha rintisan, serta bimbingan teknis penjualan daring dan "branding" usaha.
Selain itu, guna mengasah kemampuan lapangan peserta PKK PNUP dengan magang kewirausahaan di beberapa tempat usaha kecil yang tersebar di Makkassar.
Kewirausahaan di kalangan mahasiswa giat digencarkan sebagai salah satu upaya menekan angka pengangguran, memberi bekal kewirausahaan kepada mahasiswa sekaligus sebagai motivasi agar mereka tidak ragu mengembangkan usaha mandiri sehingga mampu menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.
Sejak dini, kalangan mereka memang harus ditanamkan sugesti bahwa begitu lulus kuliah mereka harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan.
Dengan menciptakan lapangan pekerjaan berarti akan terserap lagi sejumlah tenaga kerja lainnya, sehingga secara tidak langsung dapat memotong mata rantai pengangguran secara perlahan-lahan.
Orang yang mengambil sisi positif atas perkembangan zaman yang semakin canggih, diprediksi memiliki peluang lebih besar untuk dapat melalui dengan nyaman dan meraih kesuksesan.
Begitu pun sebaliknya bagi yang memilih sisi lain, tentunya akan termakan zaman dan akhirnya membuat seseorang mendapatkan kesulitan dalam menghadapi hidup pada era serba modern seperti saat ini.
Bagi orang yang memilih jalur pertama, kemajuan teknologi dengan memberikan berbagai kemudahan berkomunikasi dan bersosialisasi yang bisa dilakukan melalui sosial media. seperti Facebook, Twitter, WhatsApp, bisa dimanfaatkan untuk mendatangkan banyak keuntungan.
Melalui media sosial, masyarakat bisa menjadi pengusaha yang sukses yang lebih "santai" atau tanpa harus bekerja susah payah dengan menawarkan berbagai hasil inovasi dan kreativitas.
Berbagai produk kreatif mulai dari fesyen, suvernir, olahan makanan dan minuman, hingga membuka aplikasi khusus untuk ditawarkan ke masyarakat, menjadi tren saat sekarang ini.
Kebutuhan biaya yang lebih hemat karena tidak harus memiliki tempat khusus yang mungkin di sewa begitu mahal, menjadi keuntungan tersendiri untuk berbisnis secara dalam jaringan.
Melihat potensi yang menjanjikan itu, sejumlah pihak, baik pemerintah, swasta, perguruan tinggi, maupun sekolah pada tahun ini terlihat berbondong-bondong untuk fokus memberikan pelatihan demi mencetak wirausahawan baru, termasuk di Sulawesi Selatan.
Kampus STIE Nobel Indonesia misalnya, setelah beberapa tahun terakhir memberikan pelatihan berwirausaha kepada para mahasiswa dan anak didik, kini mengalihkan fokus?dengan menyasar tenaga pengajar atau guru sekolah untuk bisa berwirausaha sebagai penambah pemasukan bagi keluarga.
Salah satu cara civitas akademika STIE Nobel yakni dengan memberikan "training of trainer (TOT)" kepada para guru dan kepala sekolah SMA/SMK se-Kota Makassar.
Pihak kampus mengatakan jika kegiatan ini merupakan sumbangsih terhadap dunia kewirausahaan dengan suatu terobosan baru untuk mengembangkan dunia usaha sejak sekolah.
TOT kewirausahaan yang berlangsung sehari ini diikuti guru dari berbagai sekolah di Makassar, di antaranya SMA 5, SMA 9, SMA 4, dan SMK 5.
Salah satu pemateri yang juga tenaga pengajar di STIE Nobel, Bahrul Ulum, yang memberikan materi pendidikan kewirausahaan, mengungkapkan kini selera anak muda sudah harus lebih dipahami.
"Pendidikan kewirausahaan itu bukan teori tapi lingkungan sangat memengaruhi," katanya di hadapan para peserta pelatihan wirausaha.
Selain itu, Himpunan Pengusaha Muda Indonesia Perguruan Tinggi (Hipmi-PT) bersama STIE Nobel Makassar juga telah mengajak para pelajar menjadi bagian dari peradaban baru dengan berwirausaha.
Selama ini, kebanyakan orang selalu terfokus pada cita-cita menjadi pegawai negeri sipil atau karyawan perusahaan top. Hanya relatif sedikit yang mau membangun usaha sendiri.
Dengan memanfaatkan teknologi informasi pada masa sekarang ini, memungkinkan seseorang atau pelaku usaha memasarkan produknya kepada siapa saja dan di mana saja.
"Ketika kita membangun atau merintis usaha, salah satu pertanyaan yang muncul akan dipasarkan di mana. Tapi sekarang adalah eranya teknologi informasi yang memungkinkan semuanya bisa dipasarkan hingga ke belahan dunia," kata Ketua Umum Hipmi-PT Harianto Albar.
Komitmen kampus itu melahirkan wirausaha juga dilakukan melalui program Kuliah Kerja Nyata Pengabdian Pada Masyarakat (KKN PPM) dengan menggelar pelatihan kewirausahaan di Desa Manjalling dan Padangloang, Kecamatan Ujung Loe, Kabupaten Bulukumba.
Pada pelatihan itu disisipkan sejumlah materi menarik, seperti menyangkut sosialisasi dan manajemen BUMDes, identifikasi peluang-peluang bisnis untuk dikembangkan, strategi inovasi bisnis, serta teknik pencatatan dan pengelolaan keuangan usaha.
Pelatihan itu memang penting melihat potensi bisnis yang dapat dikembangkan di desa yang begitu besar, seperti dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, kerajinan, sampai usaha kuliner.
Dari pihak pemerintah, Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) bekerja sama dengan Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sulawesi Selatan juga sukses melatih 80 mahasiswa dari berbagi kampus untuk berwirausaha atau menjadi pengusaha.
Fokus materi pelatihan, di antaranyab penguatan kewirausahaan, koperasi, pemasaran produk (e-commerce), hingga perencanaan bisnis.
Kepala Balai Diklat Koperasi Dinas Koperasi dan UMKM Sulsel Abdul Aziz Bennu mengatakan pelatihan kewirausahaan sebagai upaya meningkatkan kualitas pengusaha, khususnya kalangan mahasiswa yang baru belajar mengembangkan diri menjadi pengusaha.
Kegiatan ini juga sesuai dengan program Pemprov Sulsel dalam menciptakan wirausaha baru berbasis desa dan kelurahan.
Pihaknya pihaknya mendorong pemuda dan pemudi menjadi pengusaha dengan usaha kreatif dan produktif, serta berdaya saing pada masa mendatang.
Ketua Tim Penggerak (TP) PKK Provinsi Sulsel Liestiaty F. Nurdin juga mendorong lahirnya jiwa kewirausahaan bagi aparat Dinas Koperasi dan UKM Sulsel sehingga bisa memberikan sumbangsih bagi masyarakat.
Menurut dia, PNS dari dinas sudah seharusnya memiliki berbagai inovasi atau kreativitas sehingga bisa dijabarkan saat turun ke masyarakat.
Dalam kesempatan itu, dirinya juga menyampaikan bahwa sebelum mengikuti suami, yakni Nurdin Abdullah, terjun ke politik dan dipercaya menjadi Bupati Bantaeng, ia merupakan sosok perempuan yang menyukai bisnis.
Selain sebagai dosen, ia juga memiliki berbagai jenis usaha, seperti bisnis travel, katering, salon, taman kanak-kanak, restoran, bahkan nyaris menjadi kontraktor.
Keputusan menekuni dan mencoba bisnis baru bukan hanya sebagai upaya mencari keuntungan, namun membuka kesempatan kerja bagi masyarakat.
Upaya membuka lapangan pekerjaan atau mempekerjakan orang lainy, merupakan salah satu tujuan dari sukses seseorang terjun dalam dunia kewirausahaan. Usaha yang dirintis dia sudah selama 25 tahun.
Istri Gubernur Sulsel itu, berharap dengan pelatihan kewirausahaan betul-betul menjadi kesempatan yang harus dimanfaatkan secara optimal oleh mahasiswa dan masyarakat umum, terutama kalangan pemuda.
"Agenda pelatihan ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya dan harus memperhatikan secara saksama. Apalagi ini pakai uang negara, jadi harus benar-benar dimanfaatkan dengan baik," ucapnya.
Kurikulum
Politeknik Negeri Ujung Pandang (PNUP) menjadikan program kewirausahaan bagi mahasiswa sebagai kurikulum sekaligus dibuatkan wadah untuk melaksanakan Program Pengembangan Kewirausahaan (PPK) 2018 berbasis ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dosen kewirausahaan sekaligus Ketua PPK PNUP, Nurhayati, di Makassar, Selasa, mengatakan PPK merupakan program kegiatan pembimbingan dan pendampingan usaha sekaligus monitoring hasil dan evaluasi usaha secara berkelanjutan dengan pendanaan dari Kemenristekdikti sejak 2017 hingga 2019.
Melalui PPK diharapkan lahir budaya kewirausahaan di perguruan tinggi dan menumbuhkan motivasi berwirausaha bagi mahasiswa yang berminat menjadi wirausaha baru sehingga pola pikir sebagai lulusan dan pencari kerja berubah menjadi pencipta lapangan kerja.
Saat ini, masih banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur dan sebagian besar dari mereka tidak memiliki keterampilan berwirausaha.
Hal itu sebagai dampak dari sistem pendidikan yang berorientasi kepada lulusan sebagai pencari kerja, dan bukan pencipta kerja.
Pelaksanaan PPK meliputi beberapa rangkaian kegiatan mulai April hingga akhir November lalu, antara lain sosialisasi, diklat kewirausahaan, magang, pembuatan rencana bisnis, penetapan peserta PPK-PNUP 2018, penandatanganan kontrak kerja bantuan dukungan bagi usaha rintisan, serta bimbingan teknis penjualan daring dan "branding" usaha.
Selain itu, guna mengasah kemampuan lapangan peserta PKK PNUP dengan magang kewirausahaan di beberapa tempat usaha kecil yang tersebar di Makkassar.
Kewirausahaan di kalangan mahasiswa giat digencarkan sebagai salah satu upaya menekan angka pengangguran, memberi bekal kewirausahaan kepada mahasiswa sekaligus sebagai motivasi agar mereka tidak ragu mengembangkan usaha mandiri sehingga mampu menjadi pengusaha yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global.
Sejak dini, kalangan mereka memang harus ditanamkan sugesti bahwa begitu lulus kuliah mereka harus mampu menciptakan lapangan pekerjaan dan bukan mencari pekerjaan.
Dengan menciptakan lapangan pekerjaan berarti akan terserap lagi sejumlah tenaga kerja lainnya, sehingga secara tidak langsung dapat memotong mata rantai pengangguran secara perlahan-lahan.