Makassar (ANTARA) - Roda ekonomi di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, tidak dapat dipungkiri selama ini ditunjang oleh para pelaku usaha yang berada di gang-gang sempit, pasar kecil, hingga kios rumahan yang dilakukan oleh sebagian besar kaum perempuan.
Seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi komunikasi, para pelaku Usaha Kecil, Mikro dan menengah itu yang lebih akrab disebut UMKM, mencoba beradaptasi dengan kehadiran kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) sebagai jembatan baru untuk naik kelas.
Salah satu pelaku UMKM itu adalah Dewi Sulastri yang sehari-harinya berjualan pastel dan bakwan yang akrab di telinga warga Kota Makassar dengan sebutan jalangkote dan bikang doang.
Dewi yang mengaku melanjutkan usaha keluarga turun-temurun ini, setiap hari memproduksi 800 hingga 1000 biji jalangkote, ditambah 200 biji bikang doang yang dijual Rp3.000 per biji.
Dari penjualan tersebut sedikitnya Dewi memiliki omzet harian Rp2 juta - Rp3 juta. Dengan dibantu 7 orang karyawan, ia berhasil mengembangkan usahanya dengan membuka cabang penjualan di Jalan Rappocini, Makassar dari sebelumnya di rumah produksi dan penjualan di gang sempit di kawasan Jalan Kandea.
Keberhasilan Dewi mengembangkan usaha tersebut tidak terlepas penggunaan aplikasi digital dan dilengkapi AI setelah mendapatkan pembinaan dari Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kota Makassar.
Menurut dia, dengan menggunakan layanan WhatsApp Business AI Assistant
dengan operator seluler Telkomsel yang juga memiliki banyak produk untuk menunjang usaha UMKM, kini penjualan maupun permintaan gorengannya sudah lebih terarah dan mudah dibuatkan perencanaannya.
Dengan aplikasi berbasis AI sederhana, lanjut dia, sudah dapat memprediksi permintaan (AI Forecasting), melakukan pengelolaan pesanan otomatis, rekomendasi paket menu, dan customer service otomatis via chatbot.
Sebagai gambaran, banyak pelanggan Dewi memesan WhatsApp Fitur AI auto reply dan order form otomatis yang membuat pemesanan lebih cepat dan teratur.
Bahkan AI mengelompokkan pesanan berdasarkan jam pengantaran dan lokasi, sehingga memudahkan Dewi mengatur rute pesanan dengan mobil pengantarannya.
Dewi menuturkan, selaku pengguna operator telekomunikasi milik negara ini, usahanya terbantu dengan kestabilan jaringan untuk komunikasi pemesanan dan koordinasi kurir.
Apalagi fitur "location sharing" di WhatsApp didukung jaringan Telkomsel sangat membantu pengantaran lebih tepat waktu.
Kadis Perdagangan dan Perindustrian Kota Makassar, Evi Aprialti mengatakan, Dewi adalah salah satu binaan Disperindag Makassar.
Hingga saat ini, sedikitnya sudah ada 3 000 UMKM yang diberikan pelatihan terkait transformasi digital agar UMKM dapat mengembangkan usahanya dan segera naik kelas.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) 2022, terdapat sekitar 5.387 unit UMKM di Kota Makassar. Angka itu terus-menerus bertumbuh didorong oleh berbagai program pemerintah.
Dari jumlah tersebut, sekitar 65 persen UMKM sudah menggunakan teknologi digital dan 43 persen UMKM di Makassar sudah menggunakan sistem pembayaran digital dengan menggunakan Quick Responsive Code Indonesian Security (QRIS).
Evi mengatakan, sejak 2022
Pemkot Makassar menghadirkan inkubator UMKM sebagai langkah konkret untuk membantu UMKM berkembang mulai dari segi pemasaran hingga desain.
Selain itu, pihak Pemkot Makassar melalui Disperindag Makassar menjembatani dan membantu legalitas usaha seperti NIB, sertifikasi Halal, BPOM dan HAKI.
Warung layanan digital
Bila Dewi selaku pengusaha produk gorengan berhasil memajukan usahanya dengan bantuan apliklasi berbasis AI, maka di wilayah Utara Kota Makassar yakni di kawasan Pattingalloang, ada Nurjannah pemilik warung kelontong "Afiza Cell" menjadi pusat layanan digital bagi warga pesisir dan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Paotere, Makassar.
Ibu dari empat orang anak ini, mengaku dengan modal usaha Rp2 juta yang diberikan salah satu lembaga jasa keuangan dua tahun lalu, kini sudah dapat mengembangkan usahanya melalui warung kecil miliknya sebagai pusat layanan digital bagi warga sekitar.
Menurut dia, aplikasi berbasis AI seperti Telkomsel DigPOS sangat membantu dalam menjual jasa digital seperti paket data, pulsa, token listrik dan sebagainya.
Dengan aplikasi berbasis AI itu, Nurjanah dapat mengetahui paket internet yang paling sering dibeli pelanggan, mengirim promo otomatis ke nomor pelanggan melalui sistem, juga menyimpan riwayat pembelian dan memberikan rekomendasi lanjutan.
Keunggulan itulah yang membuat warung milik Nanna sapaan akrab warga Pattingalloang ini menjadi rujukan untuk mengisi paket data, pulsa, token dan layanan keuangan digital.
Selain itu, lanjut dia, tidak perlu repot-repot lagi mencatat manual, karena seluruh transaksi dirapikan menjadi laporan harian yang memudahkan akses permodalan tambahan di kemudian hari.
Karena itu, pelaku UMKM seperti Dewi dan Nurjanah yang membutuhkan respon cepat dalam usahanya, sangat terbantu dengan fasilitas fitur yang terintegrasi AI dan koneksi stabil Telkomsel yang dipilih untuk berkomunikasi dengan pelanggan, maupun pemesanan dan pembayaran digital..
Mencermati dua potret pelaku UMKM dari dapur Dewi hingga warung Nurjanah itu memberikan gambaran betapa AI memudahkan UMKM dalam melayani pesanan, memahami kebutuhan pelanggan, mengatur stok dan produksi lebih akurat, mengembangkan pemasaran otomatis hingga mengelola pembukuan tanpa ribet.
Dengan dukungan jaringan Telkomsel dan aplikasi berbasis AI yang mudah digunakan, transformasi UMKM di Makassar bukan lagi wacana, melainkan sebuah realitas yang mendorong ekonomi lokal semakin maju dan menuntun UMKM naik kelas.
Transformasi digital
Selaku perusahaan jasa telekomunikasi milik negara, Telkomsel terus mendorong transformasi digital di kalangan UMKM khususnya di Kota Makassar sebagai pintu gerbang Kawasan Timur Indonesia (KTI).
GM Territory and Household Pertnership Telkomsel Area Papua, Maluku, Sulawesi dan Kalimantan (Pamasuka) Deny Budianto mengatakan, pelaku UMKM perlu dibekali dengan pengetahuan teknologi berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk dapat naik kelas dan bersaing secara global.
Berkaitan dengan hal tersebut, program Corporate Social Responsibility (CSR) unggulan dari perusahaan ini memfokuskan pemberdayaan UMKM melalui kurikulum AI.
Deny mengatakan, Sulawesi Selatan khususnya Kota Makassar yang dikenal sebagai Kota Niaga, harus didorong menggunakan teknologi digital berbasis AI untuk mendukung pola bisnis di kota ini.
Menurut dia, melalui Program Digital Creative Enterpreneurs (DCE) dalam lima tahun terakhir, perusahaan milik negara ini terus mendorong UMKM tumbuh dengan memanfaatkan teknologi teknologi berbasis AI.
Dengan bekal pengetahuan teknologi digital tersebut, pihaknya optimistis UMKM di kota berjulukan "Angin mammiri" ini dapat sejajar dengan negara tetangga yang lebih awal melek teknologi berbasis AI.


