Malili (ANTARA) - Pemerintah Kabupaten Luwu Timur berhasil meraih sertifikat eliminasi filariasis atau penyakit kaki gajah dari Kementerian Kesehatan RI yang diserahkan langsung oleh Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto pada Rakernas Bidang Kesehatan di Jiexpo Jakarta, Rabu (19/02).
Sertifikat eliminasi filariasis (kaki gajah) dari Kementerian Kesehatan tersebut diterima oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Luwu Timur Hj Rosmini Pandin, mewakili Bupati Lutim.
Rakernas ini mengusung tema "Promotif Preventif Kesehatan untuk Membentuk SDM Unggul menuju Indonesia Maju 2045" dimana kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan penyelenggaraan Rakerkesnas Kemenkes tahun 2020 ini membahas lima fokus masalah kesehatan, yakni Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB), pengendalian stunting, pencegahan dan pengendalian penyakit, Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan Tata Kelola Sistem Kesehatan.
Selain itu, Rakerkesnas kesehatan Tahun 2020 bertujuan sebagai forum tingkat nasional dalam rangka merumuskan rencana aksi program atau kegiatan bidang kesehatan.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Luwu Timur Rosmini Pandin, menyampaikan bahwa keberhasilan dalam eliminasi filariasis tidak terlepas dari kinerja para pengelola di Puskesmas dengan melakukan POPM filariasis sehingga dapat melewati TAS 1,2 dan 3.
"Ini merupakan bentuk kerjasama semua pihak baik Dinkes, Disdik, PKM dan pihak sekolah dasar, termasuk dukungan Pemerintah daerah yang menyediakan anggaran untuk kegiatan sosialisasi dan Perdis," ujarnya.
Rosmini yang juga mantan Direktur RSUD Ilaga ligo Wotu ini berharap semoga eliminasi Filariasis dapat dipertahankan dengan tetap meningkatkn pengawasan dan penyuluhan kepada semua pihak untuk tetap menerapkan PHBS / Germas hidup sehat.
Ia juga berharap dukungan dari pemerintah pusat, provinsi dan terkhusus kepada pemerintah daerah untuk tetap mnyediakan anggaran terkait filariasis.
Menurut data Luwu timur memiliki 18 kasus kronis filariasis (kaki gajah) yang tersebar di 13 desa pada 5 kecamatan. Untuk mengeliminasi penyakit ini, maka Dinkes Lutim melakukan beberapa langkah strategis yang diawali dengan melakukan pemetaan pada tahun 2006 dengan angka prevalensi atau mikrofilaria rate (mf) 1,2 persen.
Selanjutnya pada tahun 2007- 2011 dilakukan pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis, kemudian tahapan TAS (Transmission Assestment Survey) tahun 2015, 2017 dan 2019, yakni melakukan Survey pengukuran penularan dan dinyatakan lulus atau tidak ada lagi resiko penularan filariasis.(*/Adv)
Sertifikat eliminasi filariasis (kaki gajah) dari Kementerian Kesehatan tersebut diterima oleh Plt. Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Luwu Timur Hj Rosmini Pandin, mewakili Bupati Lutim.
Rakernas ini mengusung tema "Promotif Preventif Kesehatan untuk Membentuk SDM Unggul menuju Indonesia Maju 2045" dimana kebijakan pembangunan kesehatan diarahkan pada upaya meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan melalui peningkatan upaya promotif dan preventif.
Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto mengatakan penyelenggaraan Rakerkesnas Kemenkes tahun 2020 ini membahas lima fokus masalah kesehatan, yakni Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi (AKI/AKB), pengendalian stunting, pencegahan dan pengendalian penyakit, Gerakan masyarakat hidup sehat (Germas) dan Tata Kelola Sistem Kesehatan.
Selain itu, Rakerkesnas kesehatan Tahun 2020 bertujuan sebagai forum tingkat nasional dalam rangka merumuskan rencana aksi program atau kegiatan bidang kesehatan.
Sementara itu, Plt Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Luwu Timur Rosmini Pandin, menyampaikan bahwa keberhasilan dalam eliminasi filariasis tidak terlepas dari kinerja para pengelola di Puskesmas dengan melakukan POPM filariasis sehingga dapat melewati TAS 1,2 dan 3.
"Ini merupakan bentuk kerjasama semua pihak baik Dinkes, Disdik, PKM dan pihak sekolah dasar, termasuk dukungan Pemerintah daerah yang menyediakan anggaran untuk kegiatan sosialisasi dan Perdis," ujarnya.
Rosmini yang juga mantan Direktur RSUD Ilaga ligo Wotu ini berharap semoga eliminasi Filariasis dapat dipertahankan dengan tetap meningkatkn pengawasan dan penyuluhan kepada semua pihak untuk tetap menerapkan PHBS / Germas hidup sehat.
Ia juga berharap dukungan dari pemerintah pusat, provinsi dan terkhusus kepada pemerintah daerah untuk tetap mnyediakan anggaran terkait filariasis.
Menurut data Luwu timur memiliki 18 kasus kronis filariasis (kaki gajah) yang tersebar di 13 desa pada 5 kecamatan. Untuk mengeliminasi penyakit ini, maka Dinkes Lutim melakukan beberapa langkah strategis yang diawali dengan melakukan pemetaan pada tahun 2006 dengan angka prevalensi atau mikrofilaria rate (mf) 1,2 persen.
Selanjutnya pada tahun 2007- 2011 dilakukan pemberian obat pencegahan massal (POPM) Filariasis, kemudian tahapan TAS (Transmission Assestment Survey) tahun 2015, 2017 dan 2019, yakni melakukan Survey pengukuran penularan dan dinyatakan lulus atau tidak ada lagi resiko penularan filariasis.(*/Adv)