Surabaya (ANTARA) - Pengamat politik asal Universitas Trunojoyo Madura Surokim Abdussalam menyarankan vandalisme yang menyasar baliho Ketua DPR RI Puan Maharani disikapi dengan tenang agar masyarakat semakin bersimpati.
"Aksi vandalisme itu baiknya direspon dengan tenang. Sebab, dengan kejadian ini, masyarakat kian simpati kepada Mbak Puan," ujarnya ketika dihubungi dari Surabaya, Selasa pagi.
Peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC) tersebut juga berpendapat Puan dan pendukungnya menanggapi secara bijak dan tak emosional reaktif.
"Anggap saja itu ujian. Semakin sering diganggu biasanya banyak simpati. Pemilih indonesia itu 'melow', atau kian dizalimi makin dapat simpati," ucap-nya.
Vandalisme terhadap baliho Puan Maharani terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti di Blitar dan Surabaya.
Tak hanya dirusak, sebagian baliho berukuran besar yang isinya mengajak masyarakat patuh protokol kesehatan tersebut juga dicoret, bahkan ditulis kata-kata yang dinilai tidak pantas.
Sementara itu, Direktur Indo Publika, Asip Irama menilai, vandalisme berupa itu diduga sengaja ingin menjatuhkan marwah Puan Maharani, namun justru menunjukkan sebagai sosok ancaman dalam kancah politik nasional.
"Bagaimana pun kehadiran Mbak Puan dengan PDI Perjuangan yang cukup solid adalah ancaman tersendiri bagi Calon Presiden 2024 lainnya," katanya.
Menurut dia, posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI memberikan nilai tawar cukup tinggi sehingga banyak pihak yang merasa tidak nyaman.
Ia menilai merupakan hal wajar jika aksi vandalisme itu dikaitkan dengan kepentingan Pemilihan Presiden 2024, apalagi Puan semakin santer maju, baik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.
Kendati demikian, ia juga menyarankan agar aksi vandalisme itu tidak ditanggapi berlebihan, apalagi kejadian tersebut sudah ditangani oleh aparat kepolisian.
"Kampanye hitam tidak perlu dihadapi berlebihan, karena hanya akan merugikan serta menurunkan elektabilitas Mbak Puan. Tulisan pada baliho itu masih ujian angin, belum badai. Mbak Puan dan tim harus lebih bijak merespon-nya," ujar Asip.
"Aksi vandalisme itu baiknya direspon dengan tenang. Sebab, dengan kejadian ini, masyarakat kian simpati kepada Mbak Puan," ujarnya ketika dihubungi dari Surabaya, Selasa pagi.
Peneliti senior dari Surabaya Survey Center (SSC) tersebut juga berpendapat Puan dan pendukungnya menanggapi secara bijak dan tak emosional reaktif.
"Anggap saja itu ujian. Semakin sering diganggu biasanya banyak simpati. Pemilih indonesia itu 'melow', atau kian dizalimi makin dapat simpati," ucap-nya.
Vandalisme terhadap baliho Puan Maharani terjadi di sejumlah daerah di Jawa Timur, seperti di Blitar dan Surabaya.
Tak hanya dirusak, sebagian baliho berukuran besar yang isinya mengajak masyarakat patuh protokol kesehatan tersebut juga dicoret, bahkan ditulis kata-kata yang dinilai tidak pantas.
Sementara itu, Direktur Indo Publika, Asip Irama menilai, vandalisme berupa itu diduga sengaja ingin menjatuhkan marwah Puan Maharani, namun justru menunjukkan sebagai sosok ancaman dalam kancah politik nasional.
"Bagaimana pun kehadiran Mbak Puan dengan PDI Perjuangan yang cukup solid adalah ancaman tersendiri bagi Calon Presiden 2024 lainnya," katanya.
Menurut dia, posisi Puan Maharani sebagai Ketua DPR RI memberikan nilai tawar cukup tinggi sehingga banyak pihak yang merasa tidak nyaman.
Ia menilai merupakan hal wajar jika aksi vandalisme itu dikaitkan dengan kepentingan Pemilihan Presiden 2024, apalagi Puan semakin santer maju, baik sebagai calon presiden atau calon wakil presiden.
Kendati demikian, ia juga menyarankan agar aksi vandalisme itu tidak ditanggapi berlebihan, apalagi kejadian tersebut sudah ditangani oleh aparat kepolisian.
"Kampanye hitam tidak perlu dihadapi berlebihan, karena hanya akan merugikan serta menurunkan elektabilitas Mbak Puan. Tulisan pada baliho itu masih ujian angin, belum badai. Mbak Puan dan tim harus lebih bijak merespon-nya," ujar Asip.