Makassar (ANTARA) - Penjabat Gubernur Sulsel Bahtiar Baharuddin mengundang Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) ke Kantor Gubernur di Makassar, Selasa, untuk mendengarkan aspirasi nelayan secara langsung terkait kendala yang dihadapi, termasuk harapan kepada pemerintah.

"Akhir-akhir ini saya sering bicara soal rumpon, rumah ikan, tentang terumbu karang. Ternyata setelah saya berdialog dengan kawan-kawan jadi mengerti, sedikit punya gambaran dari nelayan kita, masalah mereka dari hulu ke hilir," ujar Bahtiar, usai berdiskusi dua jam lebih dengan HNSI Sulsel dan HNSI kabupaten se-Sulsel.

Selama ini, kata Bahtiar, banyak kendala dikeluhkan nelayan. Mulai dari soal perizinan, kerjasama antara pemerintah provinsi dan pemerintah kabupaten, keamanan di laut, soal bahan bakar, ketersediaan peralatan, hingga ketersediaan ikan dan hal-hal lain menyangkut dengan ikan.

"Saya sebagai Gubernur harus mendengarkan langsung pelaku di bidang perikanan kelautan. Bahkan rangkaian nelayan itu bukan hanya menangkap ikan sampai ke darat, tapi bagaimana ikan itu bisa sampai ke masyarakat dan juga di area pegunungan," kata dia.

Menurut dia, diskusi ini sangat produktif. Ada beberapa masukan dari HNSI Makassar dan seluruh kabupaten/kota yang harus ditindaklanjuti secara internal. "Saya akan rapatkan secara internal dan akan memanggil teman-teman yang lain," katanya.

Ketua HNSI Provinsi Sulsel Andi Chairil Anwar mengaku kaget saat mendapat panggilan dari Pj Gubernur untuk bertemu di Kantor Gubernur.

Ia menyampaikan, ada empat hal penting dialami para nelayan, mulai dari kepastian harga serta kepastiannya. Kemudian persoalan izin bagi seluruh nelayan di Sulsel. Saat ini, dari 50.000 kapal nelayan, baru 20.000 kapal yang memiliki izin usaha.

Kemudian, Bahan Bakar Minyak (BBM) selalu menjadi masalah klasik di hampir semua daerah. Nelayan membutuhkan sampai 3 ton BBM untuk bisa keluar mencari ikan sampai ke perbatasan NTB dan provinsi lainnya.

Belum lagi soal konflik nelayan antar daerah di Sulsel, bahkan konflik antara provinsi acap kali terjadi. "Konflik sesama anggota kami. Konflik dengan berbagai daerah. Ada di NTB, NTT, Bali, Maluku, Papua," kata dia.

Ketua HNSI Makassar HM Arsyad menambahkan, nelayan Makassar sudah cukup jauh melakukan pencarian ikan sampai ke Kalimantan, Maluku, NTT dan NTB.

"Jauh sekali lokasi pencarian ikan para nelayan saat ini, karena belum ada teknologi yang memadai untuk para nelayan. Kami mohon kepada provinsi untuk perhatikan soal terumbu karang yang masih ada saat ini," ujarnya.*

Pewarta : Nur Suhra Wardyah
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024