Jakarta (ANTARA) - Tiga hari lalu, Selasa (11/6),  masyarakat Indonesia bersuka menyambut timnas sepak bola Indonesia melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia untuk pertama kalinya sepanjang sejarah.

Senyum gembira menyelimuti wajah masyarakat Indonesia, begitu juga dengan linimasa jagad maya yang terus geger bahkan sampai hari ini.

Indonesia lolos ke putaran ketiga setelah mengalahkan Filipina dengan skor 2-0 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (11/6). Di depan puluhan ribu suporter yang memadati SUGBK, gol berkelas dari Thom Haye (31') dan gol Rizky Ridho (55') mengobati kekecewaan masyarakat setelah Garuda tak berkutik di tangan Singa Mesopotamia, Irak, pada lima hari sebelumnya Kamis (6/6) di tempat yang sama dengan kekalahan 0-2.

Indonesia menduduki peringkat kedua klasemen akhir Grup F dengan 10 poin, di bawah Irak yang tampil sempurna dengan 18 poin. Kemenangan ini tak hanya mengantarkan Indonesia ke putaran ketiga bersama negara-negara kuat seperti Jepang, Korea Selatan, hingga Australia, tapi juga memastikan Merah Putih berlaga di Piala Asia 2027 di Arab Saudi tanpa melalui jalur kualifikasi.

Indonesia sejatinya pernah bermain di putaran final Piala Dunia 1938, tapi saat itu masih bernama Hindia Belanda. Oleh karena itu, untuk format saat ini, Indonesia baru pertama kalinya melaju ke putaran ketiga.

Pekerjaan rumah pelatih Shin Tae-yong kali ini lebih berat karena pada putaran ketiga yang diikuti 18 negara terdapat tim-tim Asia langganan Piala Dunia seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, hingga Iran.

Dengan dibagi tiga grup yang diisi enam negara, total akan ada enam negara yang lolos langsung ke Piala Dunia 2026 yang diisi juara dan runner-up setiap grup.

Untuk peringkat tiga dan empat setiap grup akan melanjutkan pertarungan ke putaran keempat yang dibagi menjadi dua grup yang berisi tiga tim untuk memperebutkan dua tiket lolos otomatis tersisa sebagai juara grup.

Sementara runner-up dua grup putaran keempat, akan diadu untuk mencari satu pemenang yang setelahnya akan melalui babak playoff antar konfederasi memperebutkan satu tiket tersisa.

Jalan Indonesia untuk ke Piala Dunia 2026 masih jauh dan terjal. Namun, Shin tidak menyerah untuk mewujudkan mimpinya membawa Indonesia berlaga di Piala Dunia, setelah mimpi kecil sang Merah Putih untuk tampil di ajang puncak pesta sepak bola di dunia itu sudah terwujud di Piala Dunia U-17 akhir tahun lalu.

“Kita lolos ke putaran ketiga, tidak ada lawan yang mudah, apalagi peringkat FIFA kita 134, lawan-lawan kita lebih baik, dan kita tim yang paling lemah dari (tim-tim) yang sudah lolos ke putaran ketiga. Tetapi mimpi saya, saya akan berusaha mencapainya, tidak akan menyerah (untuk dapat lolos ke Piala Dunia),” kata pelatih asal Korea Selatan itu setelah laga melawan Filipina.

Pelatih 53 tahun itu meminta masyarakat terus percaya kepada dirinya dan kepada penggawa Garuda, seperti halnya Jurgen Klopp yang meminta suporter Liverpool mengubah mindset "from doubters to believers" pada awal kedatangannya, Oktober 2015 silam sebelum meraih kesuksesan merengkuh Liga Champions musim 2018/2019 dan Liga Inggris musim 2019/2020.


Jalan panjang transformasi ala Shin Tae-yong


Seperti halnya Klopp, Shin membutuhkan waktu untuk memoles Garuda menjadi kembali berada di level Asia. Sejak kedatangannya pada akhir 2019, transformasi Shin tidak terjadi dalam semalam.

Ia memotong generasi dan terus mencari pemain-pemain idamannya dan hasil itu baru dipetiknya pada tahun ini ketika mencatatkan sejarah dengan menembus babak 16 besar Piala Asia 2023 Qatar, semifinal Piala Asia U-23 2024, dan putaran ketiga Kualiifkasi Piala Dunia 2026 zona Asia.

Klopp sangat dicintai di Liverpool, begitu juga Shin yang juga mendapatkan perlakuan yang sama di Indonesia.

Namanya kerap diagung-agungkan setelah selesai laga. Ia memang tak mahir berbahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Namun, bagaimana ia membangun kedekatannya dengan para pemain dan suporter mungkin saja merupakan sesuatu yang tak dimiliki pelatih lain di tubuh Merah Putih.

Ia seperti mempunyai love languange tersendiri untuk mengungkapkan rasa sayangnya kepada para pemainnya dan juga kepada para suporter.

Satu hal yang pasti, selama empat tahun di Indonesia, ia mampu membuat iklim sepak bola Indonesia menjadi lebih bergairah dan lebih membara. Industri sepak bola berkembang semakin luas. Tak hanya dinikmati laki-laki, tapi juga wanita hingga anak-anak, terlepas pro dan kontra yang ada saat ini.

Dan kepercayaan ini rasanya tidak cukup jika hanya berjalan antara pelatih dan pemain. Lebih luas lagi juga perlu bagi pencinta sepak bola tanah air yang harus memanfaatkan momen ini untuk percaya penuh kepada Shin dan Rizky Ridho dan kawan-kawan.

Indonesia memang masih anak bawang di putaran ketiga, namun dengan kepercayaan itu, energi positif akan bernaung dan siapa tahu akan menjadi faktor pendukung sekian persen untuk membuat "apapun bisa terjadi di sepak bola" berakhir indah untuk Indonesia.

Apapun hasilnya nanti, jika Indonesia gagal ke Piala Dunia 2026, tak perlu bereaksi berlebihan dan tak perlu menghujat karena pasti pengalaman itu akan menjadi pelajaran berharga dan menjadi batas target bagus yang ditetapkan untuk tahun-tahun ke depannya.


Momen bersatu

Tak dipungkiri, banyak kritik dilayangkan  kepada Shin Tae-yong karena penggunaan pemain-pemain naturalisasi. Namun, euforia masyarakat atas prestasi yang dibukukan timnas Indonesia menjadi momentum untuk menyatukan daya dan upaya demi kehadiran tim sepak bola Indonesia di pentas dunia, tanpa perlu lagi membeda-bedakan dari mana pemain berasal.

Lahir di Lelystad, Belanda, Shayne Pattynama yang memiliki darah Indonesia dari ayahnya yang lahir di Semarang, Jawa Tengah menyuarakan bahwa ia tak setuju publik membeda-bedakan dengan menyebut pemain seperti dirinya sebagai pemain naturalisasi atau pemain asing dan pemain yang lahir di Indonesia sebagai pemain lokal.

Dengan tegas ia mengatakan bahwa ia adalah orang Indonesia meskipun tidak tumbuh dengan bahasa dan budaya Indonesia.

Dan oleh karena itu, di momen yang tepat ini, sejarah yang kembali dibuat Indonesia patut dirayakan sebagai momentum persatuan, seperti halnya saat seluruh penggawa Garuda yang merayakan kelolosan ke putaran ketiga bersama para suporter di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta, Selasa (11/6), dengan bernyanyi "Syalalala o Garuda".

Demikian halnya dengan Thom "The Professor" Haye. Dua hari yang lalu menjadi malam yang indah bagi timnas Indonesia, juga bagi Thom "The Professor" Haye yang membuka kran golnya bagi Merah Putih setelah membuka asisnya pada Maret lalu.

Bermain penuh 90 menit, Thom menunjukkan siapa dirinya, sebagai gelandang yang malang melintang di Eredivisie Belanda pada laga melawan Filipina. Ia mengatur serangan, mengatur tempo, mengalirkan bola dengan cepat dari segala lini, hingga membuat umpan-umpan kunci berkelas.

Sofascore memberikan rating kepada Thom dengan nilai 8,6 setelah gelandang 29 tahun itu mencetak satu gol, membuat 72 sentuhan, 53 passing dengan akurasi 74 persen, tujuh umpan kunci, lima crossing sukses dari delapan percobaan, lima long ball sukses dari sembilan kesempatan, satu tembakan tepat sasaran, satu tembakan tidak tepat sasaran, satu dribble sukses, dua ground duels sukses dari lima kesempatan, dua aerial duel sukses dari tiga kesempatan, satu blocked shot, dan dua intersep.

Golnya dari luar kotak penalti juga bukan kebetulan karena hal itu sering ia lakukan ketika berseragam SC Heerenveen.

Malam itu merupakan malam tak terlupakan baginya dan malam itu adalah malam yang membuatnya kehabisan kata-kata di depan para jurnalis pada jumpa pers.

“Malam istimewa bagi saya, gol debut di GBK untuk tim nasional, saya ditonton keluarga dan juga teman-teman saya, saya bisa merayakan ini bersama mereka, dan itu sangat spesial bagi saya,” kata Thom.

“Pertama-tama, atmosfernya sulit dijelaskan, coba rasakan sendiri, sangat istimewa, antusiasme masyarakat bisa dirasakan di atas lapangan oleh para pemain. Ini adalah sesuatu yang benar-benar istimewa bagi para pemain di atas lapangan,” tambahnya.

Tak ingin kalah dengan Thom, Calvin Verdonk yang membuat debutnya bersama Garuda juga tampil ciamik. 

Verdonk menolak adaptasi karena tampil sangat apik sebagai bek kiri dengan tiga umpan kunci dan beberapa peluang gol sebelum digantikan Pratama Arhan pada menit ke-67. Seperti halnya Thom, ia juga terkesima dengan atmosfer suporter di SUGBK.

“Saya pikir ini pertandingan yang menyenangkan dengan atmosfer yang luar biasa, sangat senang berada di sini,” kata Verdonk.

Baik Thom dan Verdonk, keduanya menatap laju Indonesia di putaran ketiga yang akan bertemu negara-negara yang lebih kuat seperti Jepang, Korea Selatan, Australia, hingga Iran. Indonesia menjadi satu-satunya negara Asia Tenggara yang lolos ke putaran ketiga.

Pintu menuju panggung Piala Dunia 2026 di Amerika Serikat, Kanada, dan Meksiko masih jauh dan oleh karena itu pencapaian ini haram hukumnya jika sampai membuat kepala penggawa Garuda membesar.

Masih ada waktu tiga bulan sebelum putaran ketiga dimulai pada September mendatang.

Tiga bulan akan menjadi waktu krusial bagi Indonesia untuk mematangkan kekuatan agar tak bernasib sama seperti Thailand dan Vietnam yang hanya menjadi juru kunci di dua edisi putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia pada tahun 2018 dan 2022.

Di tengah kritikan penggunaan pemain naturalisasi, tak akan pernah tertutup fakta bahwa 11 pemain plus cadangan pasti tercatat di buku sejarah sebagai nama-nama yang mengantarkan Indonesia melaju ke putaran ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona Asia untuk pertama kalinya.

Jay Idzes, Thom Haye, hingga Shayne Pattynama memang tumbuh dan besar di negara lain. Namun, seperti penggalan lirik lagu Tanah Airku "Biar pun saya pergi jauh. Tidak kan hilang dari kalbu" darah Merah Putih tetap mengalir deras di tubuh mereka.

Siapapun pemainnya, dari manapun pemain itu lahir, selagi ada lambang Garuda di dada sebelah kiri, mereka adalah putra-putra terbaik bangsa yang patut kita banggakan.


Pewarta : Zaro Ezza Syachniar
Editor : Anwar Maga
Copyright © ANTARA 2024