Jakarta (ANTARA) - Sedikitnya satu orang meninggal dunia, dua orang luka-luka, dan 271 orang dikabarkan terpaksa mengungsi akibat cuaca ekstrem berupa hujan disertai angin kencang dan petir di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap) , Sulawesi Selatan.
Pernyataan itu diungkapkan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sidenreng Rappang, Firman dalam siaran online bertajuk "Teropong Bencana" Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Firman menjelaskan, meski peristiwa cuaca ekstrem itu terjadi secara cepat dan sesaat pada Rabu (30/10) sore, namun dampaknya cukup signifikan terutama di Kecamatan Maritengngae, Watang Sidenreng, Panca Rijang, dan Baranti.
Tim reaksi cepat BPBD Sidenreng Rappang mencatat, seorang pria berusia 23 tahun warga Desa Toronrong Rijang, Kecamatan Baranti, tersambar petir dan dua rekannya mengalami luka bakar.
Menurut petugas, saat kejadian mereka sedang berteduh di bawah pohon untuk menghindari hujan saat menyaksikan balapan.
Selain itu, tercatat juga 68 kepala keluarga atau 271 jiwa terpaksa mengungsi setelah rumahnya hancur akibat angin kencang yang diperkirakan berkekuatan lebih dari 28-30 knot.
BPBD Sidenreng Rappang mengklasifikasikan sebanyak 51 unit rumah rusak ringan, 11 unit rusak sedang, enam unit rumah, dan tiga bangunan fasilitas sekolah rusak berat. Masing-masing tersebar di empat desa dalam wilayah administratif Kecamatan Maritengngae, Watang Sidenreng, dan Panca Rijang.
Firman mengungkapkan, Pemkab telah menyiapkan rumah susun untuk menampung sementara para korban terdampak, namun mereka lebih memilih mengungsi ke rumah kerabat terdekatnya.
Selain itu, dia memastikan seluruh personel koalisi hari ini telah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk membantu upaya pemulihan bencana, penyaluran bantuan sembako, dan mendampingi pelayanan medis kepada para korban terdampak.
Sedangkan pemulihan jaringan listrik menjadi yang paling diprioritaskan karena setidaknya ada 32 tiang listrik yang roboh saat kejadian sehingga jaringan listrik di beberapa wilayah di Sidenreng Rappang dilaporkan padam.
Pernyataan itu diungkapkan Kepala Bidang Rehabilitasi dan Rekonstruksi BPBD Sidenreng Rappang, Firman dalam siaran online bertajuk "Teropong Bencana" Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diikuti di Jakarta, Kamis.
Firman menjelaskan, meski peristiwa cuaca ekstrem itu terjadi secara cepat dan sesaat pada Rabu (30/10) sore, namun dampaknya cukup signifikan terutama di Kecamatan Maritengngae, Watang Sidenreng, Panca Rijang, dan Baranti.
Tim reaksi cepat BPBD Sidenreng Rappang mencatat, seorang pria berusia 23 tahun warga Desa Toronrong Rijang, Kecamatan Baranti, tersambar petir dan dua rekannya mengalami luka bakar.
Menurut petugas, saat kejadian mereka sedang berteduh di bawah pohon untuk menghindari hujan saat menyaksikan balapan.
Selain itu, tercatat juga 68 kepala keluarga atau 271 jiwa terpaksa mengungsi setelah rumahnya hancur akibat angin kencang yang diperkirakan berkekuatan lebih dari 28-30 knot.
BPBD Sidenreng Rappang mengklasifikasikan sebanyak 51 unit rumah rusak ringan, 11 unit rusak sedang, enam unit rumah, dan tiga bangunan fasilitas sekolah rusak berat. Masing-masing tersebar di empat desa dalam wilayah administratif Kecamatan Maritengngae, Watang Sidenreng, dan Panca Rijang.
Firman mengungkapkan, Pemkab telah menyiapkan rumah susun untuk menampung sementara para korban terdampak, namun mereka lebih memilih mengungsi ke rumah kerabat terdekatnya.
Selain itu, dia memastikan seluruh personel koalisi hari ini telah dikerahkan ke lokasi kejadian untuk membantu upaya pemulihan bencana, penyaluran bantuan sembako, dan mendampingi pelayanan medis kepada para korban terdampak.
Sedangkan pemulihan jaringan listrik menjadi yang paling diprioritaskan karena setidaknya ada 32 tiang listrik yang roboh saat kejadian sehingga jaringan listrik di beberapa wilayah di Sidenreng Rappang dilaporkan padam.