Takalar (ANTARA) - Akademisi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar Sulawesi Selatan menggandeng pemerintah desa dalam mengedukasi warga Galesong Selatan Kabupaten Takalar, tentang Ruang Sempadan Pantai dan permasalahan abrasi.
"Dosen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin ini menggelar pengabdian masyarakat di Kecamatan Galesong Selatan, membahas pemanfaatan ruang sempadan pantai dan permasalahan abrasi," kata Dosen Ahli Teknik Sipil Unhas Riswal Karamma di Takalar, Minggu.
Menurut dia, kegiatan pengabdian masyarakat ini mengusung tema “Pemanfaatan Ruang Sempadan Pantai dan Permasalahan Abrasi Pantai”, mencoba mengedukasi warga di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.
Sementara kegiatan edukasi dan sosialisasi upaya pemanfaatan ruang sempadan pantai, termasuk membahas masalah abrasi pantai, digelar di Desa Mangindara yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat setempat, termasuk Kepala Desa Mangindara.
Dia menjelaskan, pengabdian masyarakat ini diisi oleh para dosen ahli dari Universitas Hasanuddin, yaitu Farouk Maricar, Riswal Karamma, Rita Tahir Lopa, Subhan Mustari, dan Bambang Bakri.
Masing-masing pemateri memaparkan pentingnya pengelolaan ruang sempadan pantai secara tepat, terutama di tengah ancaman abrasi yang semakin meningkat akibat berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Kepala Desa Mangindara Syafaruddin Mangka menyampaikan apresiasinya atas perhatian akademisi Unhas terhadap permasalahan abrasi yang sangat berdampak bagi masyarakat pesisir Galesong Selatan.
Dia berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi langkah awal bagi kerja sama yang lebih erat antara masyarakat dan akademisi dalam mengembangkan solusi jangka panjang.
Farouk Maricar, salah satu pemateri, menekankan bahwa perencanaan yang komprehensif dan edukasi masyarakat adalah langkah utama dalam menangani abrasi dan menjaga kawasan pesisir tetap berfungsi secara ekologis dan ekonomis.
Sedangkan Riswal menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga garis pantai agar tetap aman dari aktivitas yang dapat mempercepat kerusakan.
Dalam sesi materinya, ia menyampaikan pandangan mendalam tentang dampak abrasi pantai terhadap kehidupan masyarakat di pesisir Kecamatan Galesong Selatan.
Menurut dia, abrasi pantai bukan hanya persoalan teknis lingkungan, tetapi juga isu sosial-ekonomi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
"Abrasi ini bukan hanya mengikis daratan, tetapi juga mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada laut," ujar Riswal.
Ia menjelaskan bahwa degradasi pantai akibat abrasi dapat menyebabkan berkurangnya lahan produktif dan semakin mempersempit ruang tinggal yang aman bagi masyarakat.
Suasana foto bersama akademisi Teknik Sipil Universitas Hasanuddin Makassar bersama Kepala Desa dan warga Galesong Selatan di sela edukasi tentang Ruang Sempadan Pantai dan permasalahan abrasi di Kabupaten Takalar, Sulsel. ANTARA/HO-FT Sipil Unhas.
Hal ini menjadi ancaman nyata yang perlu ditanggapi secara serius oleh seluruh pihak. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih aktif menjaga sempadan pantai dengan tindakan-tindakan sederhana, namun berdampak besar, seperti menghindari aktivitas yang mempercepat pengikisan tanah dan turut berpartisipasi dalam program rehabilitasi pantai.
Ia juga menekankan perlunya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan akademisi dalam mencari solusi yang tidak hanya tepat guna tetapi juga berkelanjutan, dan berharap agar pertemuan ini dapat memupuk pemahaman bersama tentang pentingnya perlindungan garis pantai.
“Abrasi adalah ancaman bagi kita semua, tetapi bersama-sama, kita dapat menciptakan solusi yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan hidup di wilayah pesisir kita,” ujarnya.
"Dosen Teknik Sipil Universitas Hasanuddin ini menggelar pengabdian masyarakat di Kecamatan Galesong Selatan, membahas pemanfaatan ruang sempadan pantai dan permasalahan abrasi," kata Dosen Ahli Teknik Sipil Unhas Riswal Karamma di Takalar, Minggu.
Menurut dia, kegiatan pengabdian masyarakat ini mengusung tema “Pemanfaatan Ruang Sempadan Pantai dan Permasalahan Abrasi Pantai”, mencoba mengedukasi warga di Kecamatan Galesong Selatan, Kabupaten Takalar.
Sementara kegiatan edukasi dan sosialisasi upaya pemanfaatan ruang sempadan pantai, termasuk membahas masalah abrasi pantai, digelar di Desa Mangindara yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat setempat, termasuk Kepala Desa Mangindara.
Dia menjelaskan, pengabdian masyarakat ini diisi oleh para dosen ahli dari Universitas Hasanuddin, yaitu Farouk Maricar, Riswal Karamma, Rita Tahir Lopa, Subhan Mustari, dan Bambang Bakri.
Masing-masing pemateri memaparkan pentingnya pengelolaan ruang sempadan pantai secara tepat, terutama di tengah ancaman abrasi yang semakin meningkat akibat berbagai faktor, termasuk perubahan iklim dan aktivitas manusia.
Kepala Desa Mangindara Syafaruddin Mangka menyampaikan apresiasinya atas perhatian akademisi Unhas terhadap permasalahan abrasi yang sangat berdampak bagi masyarakat pesisir Galesong Selatan.
Dia berharap bahwa kegiatan ini dapat menjadi langkah awal bagi kerja sama yang lebih erat antara masyarakat dan akademisi dalam mengembangkan solusi jangka panjang.
Farouk Maricar, salah satu pemateri, menekankan bahwa perencanaan yang komprehensif dan edukasi masyarakat adalah langkah utama dalam menangani abrasi dan menjaga kawasan pesisir tetap berfungsi secara ekologis dan ekonomis.
Sedangkan Riswal menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga garis pantai agar tetap aman dari aktivitas yang dapat mempercepat kerusakan.
Dalam sesi materinya, ia menyampaikan pandangan mendalam tentang dampak abrasi pantai terhadap kehidupan masyarakat di pesisir Kecamatan Galesong Selatan.
Menurut dia, abrasi pantai bukan hanya persoalan teknis lingkungan, tetapi juga isu sosial-ekonomi yang perlu mendapatkan perhatian khusus.
"Abrasi ini bukan hanya mengikis daratan, tetapi juga mempengaruhi kehidupan dan mata pencaharian masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada laut," ujar Riswal.
Ia menjelaskan bahwa degradasi pantai akibat abrasi dapat menyebabkan berkurangnya lahan produktif dan semakin mempersempit ruang tinggal yang aman bagi masyarakat.
Hal ini menjadi ancaman nyata yang perlu ditanggapi secara serius oleh seluruh pihak. Karena itu, ia mengajak masyarakat untuk lebih aktif menjaga sempadan pantai dengan tindakan-tindakan sederhana, namun berdampak besar, seperti menghindari aktivitas yang mempercepat pengikisan tanah dan turut berpartisipasi dalam program rehabilitasi pantai.
Ia juga menekankan perlunya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah desa, dan akademisi dalam mencari solusi yang tidak hanya tepat guna tetapi juga berkelanjutan, dan berharap agar pertemuan ini dapat memupuk pemahaman bersama tentang pentingnya perlindungan garis pantai.
“Abrasi adalah ancaman bagi kita semua, tetapi bersama-sama, kita dapat menciptakan solusi yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan hidup di wilayah pesisir kita,” ujarnya.