Makassar (ANTARA) - Manajemen PT Masmindo Dwi Area (MDA) membantah operasional perusahaan pertambangan emasnya menjadi penyebab banjir bandang yang terjadi pada awal Mei 2024 di Kabupaten Luwu, Sidrap, dan Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan.
"Kami selalu beroperasi dengan standar yang tinggi untuk memastikan bahwa aktivitas pertambangan yang dilakukan MDA tidak menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan sekitar," kata Kepala Teknik Tambang (KTT) MDA Mustafa Ibrahim melalui keterangannya tertulisnya yang diterima di Makassar, Senin.
Hal tersebut berkaitan dengan pengaduan masyarakat menduga bahwa kegiatan MDA telah menyebabkan banjir dan tanah longsor. Sehingga ditindaklanjuti Direktorat Jenderal Balai Pengamanan dan Penegakan Hukum (Gakkum) Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) dengan melakukan verifikasi lapangan.
Pengaduan masyarakat tersebut nomor 25/ADU-LHK/BPPHLHK.3/5/2024 tentang adanya aktivitas pertambangan emas milik PT Masmindo Dwi area yang diduga menyebabkan banjir bandang di Kabupaten Luwu, Sidrap, dan Wajo, Provinsi Sulsel pada 3 - 4 Mei lalu.
Dari hasil verifikasi itu menyatakan, bahwa tidak ditemukan korelasi antara aktivitas MDA dengan peristiwa bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi pada awal Mei 2024 lalu. Pihak perusahaan bahkan telah berkomitmen terhadap kepatuhan regulasi dan tanggung jawab lingkungan.
Verifikasi lapangan tersebut tindak lanjut atas pengaduan masyarakat kepada PT MDA pada 23-27 Juli 2024. Verifikasi lapangan itu tertuang dalam Surat Tugas dengan nomor: ST.691/BPPHLHK.3/SWI/GKM.2.1/B/07/2024
Hal itu bertujuan untuk mengetahui tingkat ketaatan penanggung jawab usaha dan atau kegiatan terhadap ketentuan yang telah ditetapkan dalam perizinan berusaha, atau persetujuan pemerintah terkait persetujuan lingkungan dan peraturan perundang-undangan di bidang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
"Hasil verifikasi lapangan dari Gakkum LHK ini semakin menguatkan keyakinan kami bahwa operasional perusahaan sudah berada pada jalur yang benar," katanya menyebutkan
Mustafa menambahkan, akan terus meningkatkan komunikasi dengan masyarakat untuk memastikan bahwa mereka memiliki pemahaman yang benar tentang aktivitas tambang yang dilakukan oleh MDA.
Selain itu, MDA telah memulai melakukan kajian dan survei lapangan dengan menggandeng Tim Kajian Kebencanaan Universitas Hasanuddin (Unhas). Survei dan kajian ini bertujuan untuk memahami penyebab bencana, serta merancang strategi mitigasi yang melibatkan semua pemangku kepentingan dalam upaya pencegahan bencana.
Sebelumnya, Organisasi Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) Sulsel menduga penyebab bencana banjir bandang dan paling terdampak parah berada di Kabupaten Luwu disebabkan tutupan hutan di Gunung Latimojong mengalami penurunan signifikan.
Berdasarkan kajian Walhi Sulsel, tercatat 70 persen pembukaan lahan di Latimojong diduga aktivitas tambang emas dan lainnya, sedangkan 30 persen adalah pembukaan lahan untuk perkebunan masyarakat.
"Bila dipresentasikan, hampir 70 persen pembukaan lahan di Luwu adalah pertambangan. Sejak tiga tahun terakhir, kegiatan pertambangan baik ilegal maupun non legal dilakukan secara masif termasuk pertambangan emas, dan 30 persen penyebabnya adalah pembukaan lahan perkebunan," ungkap dia.