Polewali Mandar, Sulbar (ANTARA Sulbar) - Wilayah Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawsi Barat, termasuk kawasan rawan penyebaran penyakit antraks yang saat ini telah menjangkiti ternak-ternak yang ada di daerah itu.

"Serangan bakteri Antraks yang telah menyebabkan kematian sapi di Polewali Mandar, menjadi perhatian sejumlah pihak agar penyakit mematikan bagi ternak itu tidak meluas. Ini rawan menyebar jika tidak dilakukan langkah antisipasi," kata Dekan Fakultas Peternakan dan Perikanan Unsulbar, Dr Salmin di Polman, Senin.

Menurut dia, Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat (Unsulbar) telah menurunkan tim ke lokasi ditemukannya Antraks yakni di desa Gattuangan, Kecamatan Campalagian.

Di lokasi, Tim Fakultas Peternakan Unsulbar menggelar penyuluhan kepada peternak mulai dari penjelasan ciri-ciri penyakit antraks, cara pencegahan termasuk menjelaskan bagaimana penyakit mematikan itu dapat menyebar dari satu ternak ke ternak lain,

Tim Peternakan terdiri atas dosen dan mahasiswa antara lain Marsudi, drh Deka Uli, drh Nursaida Said, Sulmiyati dan Taufiq Dunia Alam.

"Kasus Antraks ini tentu menjadi perhatian bagi kami di kampus, penting untuk memberi informasi lebih jauh ke peternak bagaimana Antraks dan mencegahnya agar tidak meluas," katanya.

Dia menyebutkan, kematian lima ekor sapi di Desa Gattungan, Kecamatan Campalagian sejak pekan lalu akhirnya dipastikan positif karena antraks. Kepastian itu diperoleh setelah Pemkab Polewali Mandar menerima hasil uji lab sampel sapi mati dari Balai Besar Veteriner Maros, Jumat, 18 Maret 2016.

Menurut dosen Peternakan Unsulbar, drh Deka Uli, wilayah Indonesia Timur termasuk Sulawesi Barat sejak dulu memang menyimpan potensi bakteri antraks, khususnya di wilayah yang dingin dan atau berkapur.

Ia menjelaskan Antraks tidak setiap tahun muncul, sehingga penting bagi peternak memiliki pengetahuan dasar tentang penyakit mematikan tersebut.

"Lalat dan atau nyamuk bisa ikut menyebarkan penyakit antraks, yaitu bila nyamuk atau lalat setelah menggigit atau hinggap di bagian sapi antraks kemudian pihak ke sapi lain yang masih sehat, di samping itu Antraks bisa juga menular ke manusia bila kita makan daging ternak yang positif antraks," jelas drh Eka Uli yang juga alumni Magister Peternakan Unibraw Surabaya.

Tim Fakultas Peternakan Perikanan Unsulbar mendukung langkah pemerintah dan peternak yang langsung membakar dan mengubur sapi yang mati.

Langkah pemerintah mengisolasi desa lokasi Antraks juga tepat karena Antraks dapat menyebar dalam radius 1 Km melalui udara.

Kepada warga khususnya peternak sapi dan kambing, dokter hewan Unsulbar menjelaskan ciri-ciri awal penyakit antraks antara lain keluarnya lendir berwarna gelap dari mulut atau hidung.

Antraks itu sendiri terdiri dua type masing-masing yang menyerang otak ternak dan type yang menyerang pencernaan.

Dosen Peternakan lainnya, Marsudi menjelaskan di samping penyuluhan, pihaknya juga membagikan brosur tentang antraks, diharapkan dengan penyebaran informasi tersebut dapat membantu peternak dan pemerintah dalam mencegah penyebaran antraks.

Menurut Marsudi kegiatan penyuluhan Antraks bagian dari fungsi Tri Dharma Perguruan Tinggi yakni pendidikan pengajaran, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.

"Ini juga akan menjadi bahan penelitian kami di kampus sehingga ke depan lebih banyak data dan informasi bagi peternak," kata Marsudi.

Pewarta : Aco Ahmad
Editor : Daniel
Copyright © ANTARA 2024