Makassar, (Antaranews Sulsel)- Upaya tim nasional sepak bola Indonesia untuk merajai turnamen Asia Tenggara, khususnya Piala AFF, selalu mendapatkan tantangan yang tidak mudah.
Mulai dari persoalan penunjukan pelatih, pemilihan pemain, hingga masalah persiapan yang dianggap terkadang dilakukan secara tergesa-gesa atau tanpa perencanaan yang matang, menjadikan tim Garuda begitu sulit mengibarkan sayapnya di pentas Asia Tenggara.
Pada Piala AFF U-22 di Kamboja, 17-26 Februari 2019 yang baru pertama kalinya dilaksanakan oleh federasi sepak bola Asia Tenggara, persoalan justru semakin pelik.
Adapun penyebabnya tentu saja yang paling santer diberitakan saat ini, yakni persoalan pengaturan skor pertandingan, isu penentuan juara sebelum kompetisi, atau pun adanya mafia yang mengendalikan persepakbolaan di Tanah Air.
Praktik tidak profesional yang jauh dari kata "fair play" itu, bukan hanya merugikan salah satu tim. Praktik tidak bertanggung jawab itu sekaligus berdampak pada prestasi sepak bola Indonesia di kancah internasional.
Meski terkesan terlambat, pembentukan satgas antimafia oleh pihak kepolisian tentunya patut diapresiasi.
Keberadaan satgas antimafia ini diharapkan dapat bekerja secara transparan dan tidak pandang bulu untuk mengejar para pelaku dan menuntut pertanggungjawaban dari apa yang mereka telah lakukan.
Pentolan kelompok suporter PSM (Redgank), Sadakati Sukma, menyambut positif sekaligus mengapresiasi langkah Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam pembentukan satgas yang menjadi harapan dan tuntutan para pencinta sepak bola Tanah Air.
Satgas ini diharapkan bisa mengungkap segala isu yang berkembang demi kompetisi yang lebih baik pada musim-musim kompetisi yang akan datang.
"Harapan kami sebagai suporter tentu bagaimana para perangkat pertandingan yang diberikan kepercayaan bisa betul-betul menjalankan fungsinya menjadi operator liga secara profesional," harapnya.
Selain perbaikan federasi dan operator, pembinaan sepak bola di setiap wilayah di Indonesia tentu harus terus dijalankan secara terstruktur.
Khusus untuk wilayah Sulawesi Selatan, hadirnya atau munculnya berbagai Sekolah Sepak Bola (SSB), baik yang dikelola secara profesional dalam hal ini berafiliasi dengan sejumlah tim besar dunia, seperti SSB Barcelona, SSB Real Madrid, Liverpool, hingga Chelsea.
Ataupun SSB yang dikelola para pihak yang memang memiliki perhatian besar dalam melahirkan bibit pemain terbaik untuk bisa memperkuat timnas Indonesia ke depan, tentu harus tetap dipertahankan.
Tidak hanya itu, dukungan pemerintah dalam hal penyediaan sarana dan prasarana lapangan juga harus menjadi perhatian.
Meskipun banyak tumbuh SSB, tanpa ketersediaan lapangan, tentunya tidak akan berjalan optimal.
Pemerintah juga sudah sewajarnya memberikan wadah dalam bentuk kompetisi berbagai jenjang usia untuk membangkitkan semangat berlatih para pemain sepak bola muda di Sulawesi Selatan.
Forum Bersama Wartawan Olahraga Makassar (FWOM) pada 2016 telah sukses menggelar kompetisi Sulsel Super League (SSL).
Turnamen kelompok usia itu pada akhirnya mampu melahirkan sejumlah pemain berbakat yang telah berkompetisi di Liga 1 dan Liga 2.
"Ini merupakan bentuk kepedulian wartawan olahraga Makassar terhadap pembinaan sepakbola di Sulawesi Selatan. Ini juga untuk menambah jam terbang sekaligus wadah unjuk kemampuan pemain muda Sulsel," ujar Ketua FWOM Sri Syahril.
Salah satu pemain yang dilahirkan SSL adalah Irfan Jaya yang kini membela Persebaya Surabaya. Pemain asal Kabupaten Bantaeng tersebut, juga menjadi pilar tim nasional Indonesia di AFF Cup 2018.
Sukses tim sepak bola Sulsel meraih medali perak di PON Jabar 2016, juga tidak lepas dari kontribusi pemain alumnus kompetisi SSL tersebut.
Pada penyelenggaraan yang berhasil dimenangi oleh Bosowa Semen FC itu, pihak panitia sengaja membentuk tim independen untuk memantau pemain.
Anggota tim adalah mantan pemain yang berpengalaman menilai kemampuan pemain. Mereka yang ditugaskan juga dijamin akan berlaku "fair" karena FWOM juga ikut membantu memantau.
Berharap Prestasi
Wakil Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman berharap tim nasional U-22 dapat meriah hasil yang lebih baik pada Piala AFF U-22 di Kamboja, 17-26 Februari 2019.
Kegagalan timnas senior di Piala AFF 2018 tentu menjadi cambuk untuk tampil lebih ngotot di setiap laga yang dilakoninya kali ini.
"Jadwal pertandingan timnas akan dimulai pekan depan (lawan Myanmar, red.), kita berharap bisa meraih hasil maksimal di laga perdana nanti," ujarnya.
Timnas Indonesia di ajang tersebut tentu akan menghadapi lawan yang tidak ringan.
Namun demikian, hal itu bukan menjadi halangan bagi timnas untuk meraih prestasi terbaik pada ajang sepak bola Asia Tenggara tersebut.
Ia juga melihat Thailand dan Vietnam merupakan tim yang paling berpotensi merusak harapan Indonesia untuk berprestasi di ajang tersebut.
"Namun harapan saya insyaallah, timnas bisa berkibar kembali. Kita dari segi jumlah penduduk begitu besar, namun mengapa susah mendapatkan 11 pemain terbaik. Ini juga tentu menjadi perhatian kita semua," jelasnya.
Timnas Indonesia U-22 diperkuat 23 pemain, yakni Awan Setho Raharjo (Bhayangkara FC), Satria Tama Hardiyanto (Madura United), Muhamad Riyandi (Barito Putera) di posisi kiper
Asnawi (PSM Makassar), Fredyan Wahyu (PSMS Medan), Rachmat Irianto (Persebaya Surabaya), Nurhidayat Haji Haris (Bhayangkara FC), Andy Setyo Nugroho (PS Tira Persikabo), Bagas Adi (Bhayangkara FC), Firza Andika (AFC Tubize), Samuel Christianson (Sriwijaya FC) di posisi bek.
Selanjutnya, di tengah ada I Kadek Agung Widnyana (Bali United), Muhammad Luthfi Kamal Baharsyah (Mitra Kukar), Hanif Sjahbandi (Arema FC), Muhammad Rafi Syaharil (Barito Putera), Gian Zola Nasrulloh Nugraha (Persib Bandung), Sani Rizki Fauzi (Bhayangkara FC), Witan Sulaiman (SKO Ragunan), Fulgensius Billy Keraf (Borneo FC), Todd Rivaldo Ferre (Persipura Jayapura), Osvaldo Haay (Persebaya Surabaya).
Untuk lini serang dipercayakan kepada Marinus Wanewar (Persipura Jayapura) dan Dimas Drajad (PS Tira Persikabo).
Harapan untuk prestasi persepakbolaan yang makin baik tentu harus ditempatkan, sembari tentunya pembenahan kompetisi di Tanah Air dari kesemrawutan, tak kalah penting dilakukan.