Jakarta (ANTARA) - Kepiawaian berdebat menghantarkan Andrew Daniel Djapri dan kawan-kawan mewakili Indonesia dalam kompetisi debat internasional "Philip C. Jessup International Law Moot Court Competition (Philip C Jessup ILMCC) 2023" di Washington DC, Amerika Serikat, pada 8 April hingga 15 April 2023.
Sebelumnya, mahasiswa Fakultas Hukum (FH) Universitas Pelita Harapan (UPH) tersebut berhasil menjadi pemenang pada ajang serupa tingkat nasional pada kompetisi yang diselenggarakan di Jakarta, 4 Februari hingga 11 Februari lalu.
Andrew beserta rekan satu timnya, yakni Cloudio Ardelle Hitipeuw, Christelle Clairine Siregar, Caitlynn Nadya Aurelia, dan Gerald Adrian Maden Silalahi, juga berhasil meraih kategori Best Respondent Memorial dan Best Combined Memorials Awards.
“Kami sangat bersyukur dapat memenangkan kompetisi untuk tahun kedua secara berturut-turut dan ini merupakan pertama kalinya dalam sejarah UPH,” kata Andrew.
Philip C Jessup ILMCC merupakan kompetisi debat internasional tertua dan terbesar di dunia, dengan peserta lebih dari 700 universitas dari sekitar 100 negara yang berpartisipasi. Pada putaran nasional, kompetisi Philip C Jessup diikuti lebih dari 20 universitas di Indonesia, seperti Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), Universitas Airlangga (Unair), dan lainnya. Kompetisi itu berbentuk simulasi perselisihan fiktif antarnegara di hadapan Mahkamah Internasional dan badan peradilan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Pada tahun ini, kompetisi Jessup mengangkat tema tentang “The Case Concerning the Clarent Belt” yang mana kasus tersebut menyangkut isu hukum humaniter, sanksi ekonomi sepihak, dan konsekuensi hukum satu negara karena gagal membuang limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) dengan benar. Kasus yang diangkat dalam ajang bergengsi itu diambil dari peristiwa-peristiwa terkini, seperti Invasi Russia di Ukraina.
Melalui kompetisi itu, mahasiswa belajar membuat legal arguments, oral advocacy, dan kultur kerja profesional. Andrew dan kawan-kawan juga mendapatkan pengalaman kerja dan berpraktik hukum, layaknya kerja profesional di dunia kerja nyata.
Terlebih lagi, Andrew dan kawan-kawan juga bisa belajar bahwa kerja sama tim dalam memecahkan sebuah kasus adalah hal yang sangat bermanfaat, baik di dalam kelas maupun di dunia kerja kelak.
Dalam upaya untuk dapat memenangkan kompetisi itu, tim Andrew dan kawan-kawan melakukan persiapan dengan matang yang terdiri dari dua bagian. Persiapan pertama, yakni persiapan untuk membuat memori tertulis dan persiapan untuk argumen yang disampaikan secara lisan.
Tahap berikutnya, pembuatan memori tertulis yang memakan waktu sebanyak empat bulan dan selama waktu itu, Andrew dan tim melakukan riset terhadap beberapa sumber hukum, serta membuat argumen tertulis yang kemudian dituangkan dalam memori tertulis.
Untuk argumen lisan, Andrew dan tim berlatih dengan para pelatih untuk menyiapkan dan mengajukan argumen lisan yang ringkas dan efektif, dan persiapan ini memakan waktu satu bulan.
Tantangan terbesar yang dihadapi Andrew dan teman-temannya dalam kompetisi itu adalah bagaimana mengatur waktu antara perkuliahan dan persiapan mengikuti lomba.
Hal iIni mengingat bahwa persiapan untuk lomba memakan waktu yang sangat lama, terutama ketika target tim itu adalah bagaimana mampu meraih gelar juara nasional untuk kedua kalinya berturut-turut.
Selain persiapan yang harus matang, juga penting menjaga kekompakan anggota tim, dengan bertindak secara profesional. Jika terjadi hal-hal kecil pada anggota tim, pihaknya berupaya untuk mengesampingkan hal itu karena tujuan tim adalah untuk meraih gelar juara.
Menjaga kekompakan pun dipermudah karena tim itu tahun lalu telah meraih gelar juara nasional, sehingga semua anggota sudah mengetahui manis dan pahitnya perjuangan untuk meraih kemenangan.
Sementara untuk topik yang diangkat, Andrew dan tim agak kesulitan karena minimnya yurisprudensi atau keputusan-keputusan dari hakim yang terdahulu terkait topik-topik hukum yang diangkat, seperti implikasi hukum dari sanksi ekonomi dan transportasi limbah bahan berbahaya dan beracun (B3).
Dukungan kampus
Prestasi yang diraih tim Andrew tersebut juga tak lepas dari dukungan kampus tempat mereka kuliah. Berbagai mata kuliah yang dipelajari di kampus mereka dirasakan sangat membantu dalam mempersiapkan kompetisi itu. Kampus dan dosen mendukung dalam memfasilitasi latihan, hingga membantu dalam administrasi perlombaan. Begitu juga dengan para senior yang telah berpengalaman mengikuti kompetisi itu sebelumnya, turut memberikan masukan, arahan, dan membantu membangun rasa percaya diri.
Sehingga segala persiapan Andrew, baik dari segi pengetahuan dan mental, menjadi semakin matang. Semangat dan kepercayaan diri ini akan terus mereka jaga untuk menghadapi ajang lomba internasional. Mereka untuk bisa mengharumkan nama Indonesia melalui kompetisi berskala internasional tersebut.
Ketua Mahkamah Agung Prof Dr HM Syarifuddin, mengatakan penilaian kompetisi tingkat nasional melibatkan para hakim agung sebagai juri. Tahun ini, merupakan pertama Ketua MA menyerahkan Indonesian Supreme Court Trophy 2023 kepada pemenang. Dalam kesempatan itu, Prof Syarifuddin merespons positif sekaligus memberikan selamat bertanding kepada tim pemenang yang akan melanjutkan kompetisi di tingkat internasional.
“Bagi yang menang saya ucapkan selamat, dan bagi yang belum berhasil jangan berkecil hati, karena Colin Powell, Jenderal Amerika Serikat yang legendaris, itu berkata: 'Tidak ada rahasia untuk sukses. Itu adalah hasil dari persiapan, kerja keras, dan belajar dari kegagalan',” ujar Syarifuddin.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kepiawaian berdebat hantar Andrew dan kawan-kawan ke Washington