Makassar (ANTARA) - Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Selatan Rizki Ernadi Wimanda mengatakan sektor pertanian menyumbang deflasi 0,65 persen pada Juli 2024.
“Musim panen di sejumlah daerah di Sulsel pada periode akhir April hingga Agustus 2024 telah menyumbang deflasi secara year to date (ytd) sebesar 0,65 persen pada posisi Juli 2024,” kata Rizki disela pemaparan “Kinerja perbankan dan perekonomian di Sulsel” di Makassar, Kamis.
Sulsel merupakan salah satu daerah penyangga pangan nasional, pada tiga bulan terakhir mengalami musim panen secara bergantian di wilayah sentra produksi pangan di Sulsel. Akibatnya, produksi yang cukup berlimpah itu memberikan kestabilan harga beras di pasaran.
Karena itu, lanjut Rizki, harga kebutuhan pokok di pasaran relatif stabil dalam tiga bulan terakhir dan memberikan sumbangan terhadap deflasi Sulsel yang tercatat pada Juli 2024 sekitar 0,654 persen.
Dia mengatakan, meskipun Sulsel sudah deflasi, namun tidak boleh berpuas diri, tetapi terus berupaya mempertahankan deflasi itu dan berharap masuk lima besar terendah inflasinya secara nasional.
“Inflasi di Sulsel alhamdulillah relatif aman, kalau kita lihat spasialnya di delapan kabupaten/kota, itu nilainya hijau semua. Jadi masih aman, tetapi ke depan kita tidak boleh berpuas diri,” ujarnya.
Menurut Rizki, deflasi Sulsel pada Juli 2024 menjadi sinyal bangkitnya sektor pertanian Sulsel untuk memperkuat posisinya sebagai penyangga pangan nasional. Dengan produksi rata-rata 5,5 juta ton gabah setara beras per tahun, mengalami surplus sekitar 2,5 juta ton beras per tahun.
Beras surplus itulah yang kemudian diserap Bulog setempat dan menjadi beras mobilitas nasional (mobnas) yang siap didistribusikan ke daerah yang mengalami bencana alam atau kekurangan bahan pangan.