Maros (ANTARA) - "Katto Bokko" adalah upacara adat panen raya yang dilakukan oleh masyarakat dan pemangku adat Kerajaan Marusu yang masih dipertahankan di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan.
"Upacara ini merupakan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan atas hasil panen yang diperoleh dalam satu musim panen," kata Pengamat Budaya Dr Ery Iswary yang juga Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanddin, Makassar, Ahad.
Dia mengatakan, Katto Bokko ini berbeda dengan pesta panen di daerah lain, karena dalam prosesi ritual Katto Bokko ini biasanya diiringi dengan kegiatan aru yaitu aru tomarusu, aru tubarania.
Ritual dimulai dari pemilihan benih hingga masa panen dengan tetap menggunakan alat tradisional ani-ani dan bantuan sabit. Begitu pula sebelum pelaksanaan Katto Bokko, para pemangku adat dan masyarakat berembuk menentukan hari baik untuk pelaksanaan panen perdana secara bersamaan.
Ritual katto bokko ini selain sebagai simbol ungkapan syukur kepada sang pencipta atas hasil panen yang melimpah, juga sebagai wujud melestarikan kearifan lokal yaitu nilai gotong royong serta merekatkan pemimpin dengan rakyatnya.
“Mereka setara menikmati pesta itu tidak ada sekat antara masyarakat biasa dengan pemangku adat atau raja, mereka saling bergotong royong dan nilai nilai kebersamaan terjalin," jelasnya.
Hal itu dibenarkan Pemangku Adat Kekaraengan Marusu, Abd Haris Karaeng Sioja.
Dia mengatakan, baik penggarap sawah, yang punya sawah dan ketua lembaga adat atau raja pemimpin dan rakyat duduk bersama sambil membicarakan masalah pertanian ataupun masalah kehidupan manusia serta mencarikan solusi bersama.
Termasuk menentukan hari baik untuk melaksanakan panen raya. Setelah prosesi ritual katto bokko dilaksanakan, diakhiri dengan acara santap bersama untuk semua tamu undangan, juga pemangku adat yang hadir dalam prosesi ritual Katto Bokko ini.
Hal serupa juga dilakukan untuk prosesi turun sawah untuk membajak sawah dengan menggunakan tenaga sapi yang disebut "Appalili" yang dilaksanakan setiap bulan November, sedang upacara adat Katto Bokko setiap bulan April.
"Alhamdulillah prosesi adat ini sudah masuk dalam kalender wisata di Kabupaten Maros yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisata di daerah berjulukan 'Butta Salewangan' ini," katanya.