Pangkep (ANTARA) - PT MARS yang salah satu usahanya bergerak dalam pengembangan kakao, melalui "Youth Camp" menggairahkan generasi muda untuk bertani khususnya di perkebunan kakao.
"Ini sebagai salah satu komitmen PT Mars terhadap pemerintah Indonesia untuk mengembalikan kejayaan kakao Indonesia di pasar global, sekaligus mendorong regenerasi di sektor pertanian," kata Indonesia Corporate Affairs Director, PT Mars Symbioscience Indonesia Jeffrey Haribowo di sela kunjungan media ke laboratorium pengembangan kakao Mars di Kabupaten Pangkajene Kepulauan, Rabu.
Fenomena di lapangan kini sudah banyak petani kakao di atas usia 50 tahun dan anak-anak mereka lebih memilih menjadi pekerja tambang dan pegawai pemerintah atau swasta.
Kondisi tersebut menjadi salah satu faktor yang menyebabkan SDM sektor perkebunan kakao beberapa tahun terakhir semakin berkurang. Hal itu turut mempengaruhi produksi petani kakao di lapangan.
Berkaitan dengan hal tersebut, salah satu upaya mengembalikan minat bertani kakao yang produksinya merupakan komoditi andalan ekspor di daerah Sulawesi ini adalah mengajak generasi muda untuk camping yang sarat edukasi.
"Mereka diberikan pengetahuan tentang tanaman kakao, potensi pengembangannya, peluang pasar hingga memproduksi produk olahan yang bernilai ekonomis," katanya.
Hal itu sejalan dengan misi Mars untuk memperkuat penelitian kakao dan sumber daya yang lebih berkelanjutan di Indonesia.
Selain tantangan SDM di sektor perkebunan yang terus berkurang, imbuh General Manager, Mars Wrigley Asia Kalpesh Parmar. Lanjut dia, tantangan lainnya adalah petani kakao di Indonesia menghadapi berbagai tantangan, seperti pohon yang menua, serta meningkatnya serangan hama dan penyakit, termasuk Cocoa Pod Borer atau penggerek buah kakao dan Black Pod Disease atau penyakit busuk buah hitam.
Tantangan pertanian lebih luas lainnya juga memperburuk kondisi ini, seperti penurunan kesehatan tanah, manajemen lahan yang kurang efektif, perubahan iklim, serta terbatasnya akses ke bibit unggul, serta pembiayaan.
Selain itu, riset kakao yang masih terbatas dan transfer teknologi yang belum optimal menyebabkan produktivitas yang rendah, bahkan hanya mencapai 1/10 dari potensi maksimalnya.
Tantangan Industri Kakao di Indonesia
Menyikapi sejumlah permasalahan di tingkat petani kakao, Mars berinvestasi dalam Riset Kakao di Indonesia.
Hingga saat ini Mars telah berinvestasi mendirikan fasilitas riset kakao di Tarengge, Luwu Timur, (berdiri sejak 2012) dan Pangkep (berdiri sejak 2017), yang berfokus pada pengelolaan hama terpadu, pemuliaan tanaman, kesehatan tanah, dan peningkatan produktivitas lahan.
Baru-baru ini, Mars juga meresmikan Cocoa Advanced Research Laboratory (CARL) di Pangkep, sebuah laboratorium yang akan berperan penting dalam penelitian pertanian dan pengembangan teknologi guna mendukung petani di Indonesia.
Kedua fasilitas riset ini merupakan bagian dari jaringan penelitian kakao global Mars, yang juga mencakup pusat riset di Brasil, Ekuador, dan Amerika Serikat.
Salah satu temuan penting dari penelitian Mars adalah pentingnya peralihan dari sistem pertanian monoklonal (satu klon) ke multiklonal (beragam klon). Banyak petani kakao di Indonesia selama ini hanya menanam satu jenis klon unggul yang tidak dapat melakukan penyerbukan sejenis, sehingga menyebabkan produktivitas yang rendah.
Sementara riset Mars menunjukkan bahwa penggunaan beberapa jenis klon kakao unggul yang kompatibel dapat meningkatkan produktivitas hingga 50 persen.
Station Manager Mars Cocoa Research Station Pangkep, Agus Purwantara dalam kunjungan media ini
menjelaskan, praktik multiklonal bertujuan mengoptimalkan hasil panen kakao dengan memastikan kompatibilitas genetik antar klon. Setidaknya tiga klon yang kompatibel dan maksimal 60 persen dari klon ini harus disebar secara merata serta ditanam berdekatan agar proses penyerbukan dapat terjadi secara optimal.
Selain itu, Mars juga mendorong praktik agroforestri kakao yang lebih beragam, yang dapat membantu
meningkatkan ketahanan lahan dan produktivitas, sekaligus memberikan pendapatan yang lebih stabil
bagi petani.
Dengan menanam berbagai jenis tanaman di sekitar pohon kakao, petani dapat lebih terlindungi dari fluktuasi harga komoditas dan musim panen yang rendah.
Pendekatan ini juga dapat membantu mengurangi dampak cuaca ekstrem, seperti kekeringan dan curah hujan tinggi, dengan memanfaatkan tanaman dengan toleransi berbeda terhadap kondisi lingkungan.

Memberdayakan Petani
Selain melakukan riset, Mars juga memberdayakan untuk membangun industri kakao yang lebih tangguh
agar hasil penelitian dapat diterapkan secara nyata.
Karena itu, Mars telah membangun berbagai program pelatihan dan pendampingan bagi petani di Indonesia, seperti Mars Cocoa Academy dan Cocoa Development Centers di Luwu Raya, Sulawesi Selatan.
Melalui fasilitas ini, para Associate Mars (sebutan untuk karyawan Mars) memberikan pelatihan kepada petani dalam praktik pertanian modern. Para petani yang telah dilatih kemudian menjadi Cocoa Doctor/Agripreneurs — ahli dalam budidaya dan pengelolaan tanaman kakao yang membagikan ilmu yang diperoleh kepada komunitasnya.
Jeffrey Haribowo, Indonesia Corporate Affairs Director, menjelaskan, saat ini ada sekitar 300 Cocoa
Doctor/Agripreneurs, termasuk yang dilatih melalui program Rural Empowerment and Agricultural
Development Scaling-up Initiative (READ-SI) yang didanai oleh International Fund for Agricultural
Development (IFAD), Mars, dan Kementerian Pertanian.
Setiap Cocoa Doctor/Agripreneur dapat menjangkau sekitar 100-200 petani lainnya, membantu mereka meningkatkan produktivitas dan praktik pertanian, serta mempererat hubungan masyarakat dan mendorong pertumbuhan ekonomi.
"Sejak 2012, untuk pelatihan agronomi sendiri, telah ada sekitar 5.000 peserta yang telah mendaptakan
pelatihan tersebut,” kata Jeffrey.
Seiring dengan komitmen Mars dalam riset kakao dan pengembangan rantai pasok yang lebih berkelanjutan, keberhasilan jangka panjang industri kakao di Indonesia juga bergantung pada kolaborasi yang erat antara semua pemangku kepentingan, khususnya pemerintah.
Jeffrey menambahkan, dengan membangun pemahaman bersama tentang tantangan dan peluang di industri kakao, serta menciptakan lingkungan pendukung yang memadai bagi petani, maka dapat memperkuat sektor kakao di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Kalpesh Parmar, General Manager, Mars Wrigley Asia menyampaikan, Indonesia terus menjadi pilar utama dalam strategi pertumbuhan kami di Asia, dan performa kuat yang dilihat di sini menjadi bukti dari pendekatan local-first kami—yakni pendekatan yang berakar pada obsesi terhadap konsumen, relevansi budaya, dan kemitraan jangka panjang dengan komunitas.
“Di seluruh kawasan, kami fokus pada pertumbuhan berkelanjutan melalui inovasi, penguatan jalur distribusi dan kemitraan dagang, serta investasi dalam kapabilitas yang mempererat hubungan kami dengan konsumen," katanya.
Investasi berkelanjutan dalam riset kakao dan pemberdayaan petani di Indonesia mencerminkan komitmen Mars tidak hanya untuk mengembangkan bisnis cokelat, tetapi juga memberikan kontribusi yang berarti bagi komunitas tempat Mars beroperasi.
Rantai pasok kakao yang lebih tangguh sangat penting bagi Mars, industri secara keseluruhan, dan bagi
kesejahteraan petani kakao. Dengan bekerja sama dengan berbagai pihak untuk meningkatkan produksi
kakao, Mars berupaya menciptakan ekosistem kakao yang modern, inklusif, dan berkelanjutan.
Mars telah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1996 dengan pendirian pabrik pengolahan kakao pertama di Kawasan Industri Makassar atau KIMA, Provinsi Sulawesi Selatan.
Kegiatan Mars di Indonesia mempekerjakan sekitar 275 Rekan Kerja dengan dukungan lebih dari 300 Kontraktor. Selain pabrik pengolahan kakao di Makassar, Mars juga memiliki dua pabrik pengolahan biji kakao, di Kelurahan Noling dan Kecamatan Wotu, masing-masing terletak di Kabupaten Luwu dan Luwu Timur yang berfungsi sebagai pusat pembelian dan tempat pengolahan biji kakao berkualitas tinggi untuk pabrik di Makassar.