Makassar (ANTARA) - Sejumlah juru parkir liar saat ini mulai merambah di perkampungan di Kota Makassar seperti terlihat wilayah Sudiang yang berbatasan dengan Kabupaten Maros.
Dari pantauan terlihat juru parkir liar itu bekerja tanpa menggunakan rompi seragam dan tanpa dibekali karcis seperti yang seharusnya untuk meningkatkan pendapatan asli daerah.
Di Jalan Goa Ria yang berada di wilayah Sudiang, beberapa juru parkir liar terlihat beroperasi di depan rumah makan yang terlihat banyak pembelinya, seperti warung bakso, ayam dan bebek bakar ataupun coto.
Mereka tidak mematok biaya parkir untuk pengunjung, tetapi rata-rata pengguna kendaraan memberi mereka Rp2.000 untuk sekali parkir.
"Ini harus ditertibkan, cuma modal peluit bisa mengantongi uang ratusan ribu rupiah per hari," kata seorang warga.
Seorang warga Sudiang mengaku kesal dengan keberadaan tukang parkir tersebut. "Cuma beli bebek goreng dibungkus saja kena parkir. Tak ada 5 menit saya di warung ini sudah keluar uang dua ribu," ketus Wati.
Anggaplah setiap warung makan itu kedatangan sekitar 100 orang per hari, bisa dihitung pendapatan juru parkir liar itu. Pendapatan mereka bersih tanpa disetor ke instansi perpakiran.
Meski letaknya jauh dari pusat Kota Makassar, Jalan Goa Ria sendiri tergolong ramai dengan warga yang melintas sehingga banyak berdiri pusat kuliner atau tempat usaha lainnya. Kondisi ini tak luput dimanfaatkan oleh juru parkir liar.
"Kalau memang harus ada tukang parkir seharusnya resmi dari pemerintah dan diberi karcis. Tapi tarifnya tidak semahal di kota," tambah warga lainnya.

