Status pengakuan Akbar Raja Tallo dipertanyakan
"Mengapa Akbar mengaku-mengaku di media adalah Raja Tallo, dari mana dia mengambil silsilah itu dan menobatkan dirinya sebagai raja...
Makassar (ANTARA Sulsel) - Status Raja Tallo ke XIX Muh Akbar Amir Sultan Aliyah dipertanyakan pihak keturunan asli Kerajaan Tallo, Makassar, Sulawesi Selatan.
"Mengapa Akbar mengaku-mengaku di media adalah Raja Tallo, dari mana dia mengambil silsilah itu dan menobatkan dirinya sebagai raja," tegas keturunan langsung Raja Tallo H Andi Rauf Maro Daeng Marewa kepada wartawan di Makassar, Jumat.
Menurut dia setelah dirunut silsilah Kerajaan Tallo nama Akbar tidak masuk dalam garis langsung keturunan raja-raja, bahkan namanya tidak tertera dalam stuktur kerajaan.
"Sejak kapan dirinya dinobatkan sebagai keluarga bangsawan, namanya pun bahkan tidak masuk dalam turunan keluarga. Ini kesalahan terbesarnya mengklaim jadi raja meski saat ini zaman sudah moderen," ungkap Karaeng Rewa dalam keterangannya.
Dirinya mengaku kaget setelah mendapat telepon dari anggota Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara (FSKN) bahwa ada Raja baru di Tallo, selain itu dalam waktu dekat akan mengelar pertemuan Raja dan Sultan se Nusantara tanpa sepengetahuan dirinya.
"Saya kaget dikabari Ketua Forum Raja-raja se-Sulawesi, Makmur Sa`da bahwa ada pertemuan raja dan sultan se Nusantara di Makassar juga diberita, bahkan ada Raja Tallo yang baru akan menjalankan pertemuan pada 26 Maret nanti," katanya.
Meski demikian pihaknya tidak akan mencampuri ihwal pertemuan tersebut bahkan dikabarkan akan menghadirkan Presiden Joko Widodo dan sejumlah pejabat penting dari Polri, BNN termasuk mantan Presiden Megawati Sukarno Putri dan beberapa menteri.
"Kami tidak mencampuri kegiatan mereka, tetapi ini harus diluruskan bahwa Akbar hanya dewan adat bukan Raja Tallo," tambah Ketua FSKN wilayah Sulsel itu.
Sementara keturunan Kerajaan Tallo lainnya Hatta Hasa Karaeng Gajang membeberkan Akbar merupakan anak didiknya kemudian diberikan ruang untuk menjaga budaya dan adat sehingga dimasukkan dalam Dewan Adat Sulawesi Selatan.
"Saya yang membawa dan mengajarkan anak itu, sampai memberikan kantor atas rekomendasi Dinas Pariwisata di Benteng Rotterdam untuk menjaga adat dan budaya kita. Tetapi belakangan kepercayaan itu luntur karena memproklamirkan dirinya sebagai raja," beber pria disapa akrab Karaeng Gajang itu.
Ia juga menyebut ayahnya berasal dari Kabupaten Jeneponto dan ibunya dari Kabupaten Barru dan bukan keturunan asli Tallo. Kendati awalnya ia bangga dengan kemauan menjaga adat dan budaya, namun luntur setelah pengakuannya.
"Kalau memang dia itu keturanan raja, mana buktinya, sebab raja itu mesti mempunyai Balla Lompoa dan Kalompoang (daerah khusus) termasuk bendera pusaka serta mempunyai komunitas juga wilayah kerajaan, tapi faktanya tidak ada, karena Kerajaan Tallo luasan wilayahnya kecil," jelasnya.
Dirinya juga menyinggung terkait adanya rencana pemberian gelar kehormatan dan penghargaan berupa keris pusaka kepada Presiden Joko Widodo dan mantan Presiden kelima Megawati Sukarno Putri sebagai perwakilan ayahnya Sukarno beserta putrinya Puan Maharani.
"Pemberian gelar kerajaan harus orang yang tepat memberikan, saya pun mendapat kabar dari pihak Paspampres apakah benar ada pertemuan raja dan Sultan di Makassar karena ada udangan masuk. Tetapi kami tidak akan mencampuri pertemuan itu," tambahnya.
Meski sejumlah raja dan Sultan se-Nusantara telah memberinya kabar akan pertemuan itu, namun pihaknya tidak akan mengintervensi apakah mereka mau datang atau tidak itu dikembalikan kepada yang bersangkutan.
"Silahkan saja mereka mau menjalankan pertemuan itu, kami tidak akan mencampuri apalagi ikut terlibat," ucapnya.
Muh Akbar saat dikonfirmasi melalui ponselnya sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, begitupun saat diberikan pesan pendek belum direspon.
"Mengapa Akbar mengaku-mengaku di media adalah Raja Tallo, dari mana dia mengambil silsilah itu dan menobatkan dirinya sebagai raja," tegas keturunan langsung Raja Tallo H Andi Rauf Maro Daeng Marewa kepada wartawan di Makassar, Jumat.
Menurut dia setelah dirunut silsilah Kerajaan Tallo nama Akbar tidak masuk dalam garis langsung keturunan raja-raja, bahkan namanya tidak tertera dalam stuktur kerajaan.
"Sejak kapan dirinya dinobatkan sebagai keluarga bangsawan, namanya pun bahkan tidak masuk dalam turunan keluarga. Ini kesalahan terbesarnya mengklaim jadi raja meski saat ini zaman sudah moderen," ungkap Karaeng Rewa dalam keterangannya.
Dirinya mengaku kaget setelah mendapat telepon dari anggota Forum Silaturahmi Keraton se-Nusantara (FSKN) bahwa ada Raja baru di Tallo, selain itu dalam waktu dekat akan mengelar pertemuan Raja dan Sultan se Nusantara tanpa sepengetahuan dirinya.
"Saya kaget dikabari Ketua Forum Raja-raja se-Sulawesi, Makmur Sa`da bahwa ada pertemuan raja dan sultan se Nusantara di Makassar juga diberita, bahkan ada Raja Tallo yang baru akan menjalankan pertemuan pada 26 Maret nanti," katanya.
Meski demikian pihaknya tidak akan mencampuri ihwal pertemuan tersebut bahkan dikabarkan akan menghadirkan Presiden Joko Widodo dan sejumlah pejabat penting dari Polri, BNN termasuk mantan Presiden Megawati Sukarno Putri dan beberapa menteri.
"Kami tidak mencampuri kegiatan mereka, tetapi ini harus diluruskan bahwa Akbar hanya dewan adat bukan Raja Tallo," tambah Ketua FSKN wilayah Sulsel itu.
Sementara keturunan Kerajaan Tallo lainnya Hatta Hasa Karaeng Gajang membeberkan Akbar merupakan anak didiknya kemudian diberikan ruang untuk menjaga budaya dan adat sehingga dimasukkan dalam Dewan Adat Sulawesi Selatan.
"Saya yang membawa dan mengajarkan anak itu, sampai memberikan kantor atas rekomendasi Dinas Pariwisata di Benteng Rotterdam untuk menjaga adat dan budaya kita. Tetapi belakangan kepercayaan itu luntur karena memproklamirkan dirinya sebagai raja," beber pria disapa akrab Karaeng Gajang itu.
Ia juga menyebut ayahnya berasal dari Kabupaten Jeneponto dan ibunya dari Kabupaten Barru dan bukan keturunan asli Tallo. Kendati awalnya ia bangga dengan kemauan menjaga adat dan budaya, namun luntur setelah pengakuannya.
"Kalau memang dia itu keturanan raja, mana buktinya, sebab raja itu mesti mempunyai Balla Lompoa dan Kalompoang (daerah khusus) termasuk bendera pusaka serta mempunyai komunitas juga wilayah kerajaan, tapi faktanya tidak ada, karena Kerajaan Tallo luasan wilayahnya kecil," jelasnya.
Dirinya juga menyinggung terkait adanya rencana pemberian gelar kehormatan dan penghargaan berupa keris pusaka kepada Presiden Joko Widodo dan mantan Presiden kelima Megawati Sukarno Putri sebagai perwakilan ayahnya Sukarno beserta putrinya Puan Maharani.
"Pemberian gelar kerajaan harus orang yang tepat memberikan, saya pun mendapat kabar dari pihak Paspampres apakah benar ada pertemuan raja dan Sultan di Makassar karena ada udangan masuk. Tetapi kami tidak akan mencampuri pertemuan itu," tambahnya.
Meski sejumlah raja dan Sultan se-Nusantara telah memberinya kabar akan pertemuan itu, namun pihaknya tidak akan mengintervensi apakah mereka mau datang atau tidak itu dikembalikan kepada yang bersangkutan.
"Silahkan saja mereka mau menjalankan pertemuan itu, kami tidak akan mencampuri apalagi ikut terlibat," ucapnya.
Muh Akbar saat dikonfirmasi melalui ponselnya sedang tidak aktif atau berada diluar jangkauan, begitupun saat diberikan pesan pendek belum direspon.