Makassar (ANTARA) - Dirjen Penanganan Fakir Miskin Kementerian Sosial Andi Dulung mengatakan program bantuan sembako dari Kemensos diyakini dapat membantu menekan angka kekerdilan atau stunting di Indonesia.
Hal itu dikemukakan Andi Dulung disela kunjungan kerjanya di Makassar, Kamis, seusai menghadiri persemian Loka Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan NAPZA dan ODHA "Pangurangi".
Apabila sebelumnya hanya ada bantuan beras atau raskin, kini juga ditambahkan dengan kebutuhan sembako lainnya seperti telur, ikan, tahu-tempe, sayur-mayur dan buah-buahan yang dinominalkan Rp150 ribu per Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tiap bulan.
Menurut Dulung, Kemensos telah menaikkan indeks bantuan Program Sembako dari sebelumnya Rp110 ribu per KPM per bulan menjadi Rp150 ribu per KPM per bulan.
Dengan adanya bantuan tersebut, lanjut dia, diharapkan gizi keluarga dapat meningkat sehingga stunting dapat diturunkan.
Data Kementerian Kesehatan mencatat angka stunting masih 30,8 persen sesuai hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) pada 2018, sementara pada 2019 sudah turun menjadi 27,67 persen.
Kondisi serupa terjadi di Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan Sulsel mengklaim penurunan angka stunting pada 2019 sekitar lima persen dibanding kondisi 2018 sebanyak 159.375 pada 2018.
Dulung berharap angka tersebut dapat diturunkan lebih rendah lagi pada 2020 dengan bantuan Program Sembako Kemensos.
Bantuan sosial sembako pada 2020 dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota dengan target sasaran 15,2 juta KPM selama 12 bulan dengan indeks bantuan masing-masing Rp150 ribu per KPM per bulan.
Menurut Dirjen, setiap KPM mendapatkan kartu ATM yang disiapkan oleh mitra Bank Mandiri dan dapat membelanjakan saldonya di Elektronik Warung (E-Warung) atau agen mandiri yang tersebar di masing-masing desa.
Menurut salah seorang pemegang kartu KPM, Daeng Layuk pada 2020 sudah mendapatkan kartu dan saldonya terisi dua bulan. Dana bantuan Sembako itu dibelanjakan untuk membeli kebutuhan konsumsi rumah tangga yang bergizi. Apalagi dua orang anaknya masih balita, jadi harus memperhatikan gizinya.
Hal itu dikemukakan Andi Dulung disela kunjungan kerjanya di Makassar, Kamis, seusai menghadiri persemian Loka Rehabilitasi Sosial Penyalahgunaan NAPZA dan ODHA "Pangurangi".
Apabila sebelumnya hanya ada bantuan beras atau raskin, kini juga ditambahkan dengan kebutuhan sembako lainnya seperti telur, ikan, tahu-tempe, sayur-mayur dan buah-buahan yang dinominalkan Rp150 ribu per Keluarga Penerima Manfaat (KPM) tiap bulan.
Menurut Dulung, Kemensos telah menaikkan indeks bantuan Program Sembako dari sebelumnya Rp110 ribu per KPM per bulan menjadi Rp150 ribu per KPM per bulan.
Dengan adanya bantuan tersebut, lanjut dia, diharapkan gizi keluarga dapat meningkat sehingga stunting dapat diturunkan.
Data Kementerian Kesehatan mencatat angka stunting masih 30,8 persen sesuai hasil Riset Kesehatan Daerah (Riskesda) pada 2018, sementara pada 2019 sudah turun menjadi 27,67 persen.
Kondisi serupa terjadi di Sulawesi Selatan. Dinas Kesehatan Sulsel mengklaim penurunan angka stunting pada 2019 sekitar lima persen dibanding kondisi 2018 sebanyak 159.375 pada 2018.
Dulung berharap angka tersebut dapat diturunkan lebih rendah lagi pada 2020 dengan bantuan Program Sembako Kemensos.
Bantuan sosial sembako pada 2020 dilaksanakan di 34 provinsi, 514 kabupaten/kota dengan target sasaran 15,2 juta KPM selama 12 bulan dengan indeks bantuan masing-masing Rp150 ribu per KPM per bulan.
Menurut Dirjen, setiap KPM mendapatkan kartu ATM yang disiapkan oleh mitra Bank Mandiri dan dapat membelanjakan saldonya di Elektronik Warung (E-Warung) atau agen mandiri yang tersebar di masing-masing desa.
Menurut salah seorang pemegang kartu KPM, Daeng Layuk pada 2020 sudah mendapatkan kartu dan saldonya terisi dua bulan. Dana bantuan Sembako itu dibelanjakan untuk membeli kebutuhan konsumsi rumah tangga yang bergizi. Apalagi dua orang anaknya masih balita, jadi harus memperhatikan gizinya.