Makassar (ANTARA) - Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Selatan (Sulsel) merilis tingkat inflasi bulanan di provinsi ini yakni di angka 0,02 persen dengan kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,76 menjadi 104,79 pada September 2020.
Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Kamis, mengatakan, dari lima kota IHK di Sulsel, tiga kota diantaranya yakni Bulukumba, Makassar, Parepare mengalami inflasi dan dua kota lainnya Watampone dan Palopo mengalami deflasi.
"Dari lima kota sebagai sampel 24 kabupaten dan kota di Sulsel, itu tiga yang mengalami inflasi dan dua deflasi," ujarnya.
Yos Rusdiansyah mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Parepare sebesar 0,18 persen dan deflasi tertinggi terjadi di Kota Watampone sebesar 0,31 persen.
Dia menjelaskan, inflasi terjadi karena kenaikan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,01 persen.
Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,01 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,21 persen; kelompok transportasi sebesar 0,01 persen.
Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,06 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,03 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,41 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi yaitu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen; dan kelompok pendidikan sebesar 0,61 persen.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Sulawesi Selatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,76 pada Agustus 2020 menjadi 104,79 pada September 2020.
Tingkat inflasi tahun kalender dari Januari 2020 - September 2020 sebesar 1,47 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun atau pada September 2020 terhadap September 2019 sebesar 1,64 persen.
"Faktor pendorong terjadinya inflasi di Sulawesi Selatan (gabungan 5 kota) tersebut adalah kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi antara lain: pada kelompok kesehatan, makanan seperti bawang putih, rokok kretek filter dan lainnya," ucapnya.
Kepala BPS Sulsel Yos Rusdiansyah di Makassar, Kamis, mengatakan, dari lima kota IHK di Sulsel, tiga kota diantaranya yakni Bulukumba, Makassar, Parepare mengalami inflasi dan dua kota lainnya Watampone dan Palopo mengalami deflasi.
"Dari lima kota sebagai sampel 24 kabupaten dan kota di Sulsel, itu tiga yang mengalami inflasi dan dua deflasi," ujarnya.
Yos Rusdiansyah mengatakan, inflasi tertinggi terjadi di Kota Parepare sebesar 0,18 persen dan deflasi tertinggi terjadi di Kota Watampone sebesar 0,31 persen.
Dia menjelaskan, inflasi terjadi karena kenaikan sebagian besar indeks kelompok pengeluaran, yaitu kelompok makanan, minuman, dan tembakau sebesar 0,01 persen.
Kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,04 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar lainnya sebesar 0,01 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,21 persen; kelompok transportasi sebesar 0,01 persen.
Kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,06 persen; kelompok rekreasi, olahraga dan budaya sebesar 0,03 persen; dan kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,41 persen.
Sementara dua kelompok pengeluaran lainnya mengalami deflasi yaitu kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,01 persen; dan kelompok pendidikan sebesar 0,61 persen.
Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Sulawesi Selatan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 104,76 pada Agustus 2020 menjadi 104,79 pada September 2020.
Tingkat inflasi tahun kalender dari Januari 2020 - September 2020 sebesar 1,47 persen dan tingkat inflasi tahun ke tahun atau pada September 2020 terhadap September 2019 sebesar 1,64 persen.
"Faktor pendorong terjadinya inflasi di Sulawesi Selatan (gabungan 5 kota) tersebut adalah kenaikan harga yang cukup signifikan pada beberapa komoditi antara lain: pada kelompok kesehatan, makanan seperti bawang putih, rokok kretek filter dan lainnya," ucapnya.