Mamuju (ANTARA) - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar) Muhammad Idris mendorong Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Sulbar melakukan transformasi layanan kesehatan.
"Kami harus memastikan RSUD Sulbar melakukan transformasi atau perubahan cara pikir, cara kerja, dan juga melakukan penilaian mandiri," ucapnya pada monitoring dan evaluasi (monev) kinerja keuangan BLUD Triwulan III Tahun 2024 RSUD Regional Sulbar, di Mamuju, Selasa.
Sekda menekankan beberapa aspek yang harus dievaluasi ke depannya agar pelayanan masyarakat di RSUD Sulbar mengalami peningkatan.
"Indikatornya adalah bagaimana memastikan rumah sakit itu berfungsi melayani publik. Ukuran-ukurannya adalah keterpenuhan tempat tidur yang tersedia, karena kalau tempat tidur terisi berarti layanan masyarakat itu semakin luas," kata Muhammad Idris.
Selain itu, lanjutnya, ketersediaan obat-obatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. "Obat ini elementer di rumah sakit, karena kalau kita diobati, selalu solusinya adalah obat dan tindakan-tindakan medis yang lain," kata Muhammad Idris.
Mengenai hambatan-hambatan yang kemungkinan membuat operasional tidak berjalan dengan semestinya, kata dia, antara lain karena sumber daya manusia (SDM) yang masih sangat lemah, khususnya dari sisi kompetensi.
"Misalnya, tadi kita identifikasi akhirnya menemukan SDM di rumah sakit itu masih sangat lemah, bukan jumlahnya, tapi kesesuaian kompetensinya, kesesuaian jobnya, termasuk juga perilaku dan indikator-indikator kedisiplinannya," ucap Muhammad Idris.
Sekda juga menyampaikan pengembangan SDM dan teknologi RSUD menjadi aspek prioritas utama, sehingga RSUD Regional Sulbar harus membuat perencanaan pengembangan, khususnya SDM dan teknologi.
"Semuanya prioritas tapi ini harus dijadikan sesuatu yang tidak boleh ditunda. Kalau ditunda, membuat rumah sakit ini semakin tidak kompetitif," kata dia.
Melalui monev tersebut Sekda berharap pihak manajemen RSUD Sulbar dapat membahas berbagai hal-hal teknis keuangan pengelolaan dana BLUD.
"Jadi, itu yang harus kita tuntaskan dan memastikan agar rumah sakit ini sudah melakukan transformasi dalam meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat," kata Muhammad Idris.
Sementara Direktur RSUD Regional Sulbar Marintani Erna Dochri mengatakan segera menindaklanjuti sejumlah evaluasi yang telah disampaikan. "Sebenarnya, tiga tahun terakhir kami sudah melakukan upaya dengan membuka pendaftaran dokter spesialis, namun tidak ada yang mau ke sini (Sulbar). Jalan satu-satunya, kita sekolahkan dokter dari daerah kita, sehingga bisa lebih kompeten lagi," katanya.
"Kami harus memastikan RSUD Sulbar melakukan transformasi atau perubahan cara pikir, cara kerja, dan juga melakukan penilaian mandiri," ucapnya pada monitoring dan evaluasi (monev) kinerja keuangan BLUD Triwulan III Tahun 2024 RSUD Regional Sulbar, di Mamuju, Selasa.
Sekda menekankan beberapa aspek yang harus dievaluasi ke depannya agar pelayanan masyarakat di RSUD Sulbar mengalami peningkatan.
"Indikatornya adalah bagaimana memastikan rumah sakit itu berfungsi melayani publik. Ukuran-ukurannya adalah keterpenuhan tempat tidur yang tersedia, karena kalau tempat tidur terisi berarti layanan masyarakat itu semakin luas," kata Muhammad Idris.
Selain itu, lanjutnya, ketersediaan obat-obatan yang sangat dibutuhkan masyarakat. "Obat ini elementer di rumah sakit, karena kalau kita diobati, selalu solusinya adalah obat dan tindakan-tindakan medis yang lain," kata Muhammad Idris.
Mengenai hambatan-hambatan yang kemungkinan membuat operasional tidak berjalan dengan semestinya, kata dia, antara lain karena sumber daya manusia (SDM) yang masih sangat lemah, khususnya dari sisi kompetensi.
"Misalnya, tadi kita identifikasi akhirnya menemukan SDM di rumah sakit itu masih sangat lemah, bukan jumlahnya, tapi kesesuaian kompetensinya, kesesuaian jobnya, termasuk juga perilaku dan indikator-indikator kedisiplinannya," ucap Muhammad Idris.
Sekda juga menyampaikan pengembangan SDM dan teknologi RSUD menjadi aspek prioritas utama, sehingga RSUD Regional Sulbar harus membuat perencanaan pengembangan, khususnya SDM dan teknologi.
"Semuanya prioritas tapi ini harus dijadikan sesuatu yang tidak boleh ditunda. Kalau ditunda, membuat rumah sakit ini semakin tidak kompetitif," kata dia.
Melalui monev tersebut Sekda berharap pihak manajemen RSUD Sulbar dapat membahas berbagai hal-hal teknis keuangan pengelolaan dana BLUD.
"Jadi, itu yang harus kita tuntaskan dan memastikan agar rumah sakit ini sudah melakukan transformasi dalam meningkatkan layanan kesehatan kepada masyarakat," kata Muhammad Idris.
Sementara Direktur RSUD Regional Sulbar Marintani Erna Dochri mengatakan segera menindaklanjuti sejumlah evaluasi yang telah disampaikan. "Sebenarnya, tiga tahun terakhir kami sudah melakukan upaya dengan membuka pendaftaran dokter spesialis, namun tidak ada yang mau ke sini (Sulbar). Jalan satu-satunya, kita sekolahkan dokter dari daerah kita, sehingga bisa lebih kompeten lagi," katanya.