New York (ANTARA) - Dolar AS melemah dan mata uang berisiko lebih tinggi termasuk dolar Australia melonjak pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), karena investor fokus pada prospek pemulihan ekonomi yang mungkin terjadi dari pandemi Virus Corona.
Para investor membeli mata uang berisiko bahkan setelah tanda-tanda kemunduran dalam pertempuran untuk menahan Virus Corona.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan rekor peningkatan dalam kasus Virus Corona global pada Minggu (21/6/2020) dengan Amerika Utara dan Amerika Selatan menunjukkan kenaikan terbesar.
Pada Jumat (19/6/2020) Apple Inc mengatakan akan menutup sementara beberapa toko lagi di Florida, Arizona, South Carolina, dan North Carolina karena wabah baru di negara-negara bagian AS.
"Pasar melihat ke depan untuk paruh kedua tahun ini, ketika mengharapkan pemulihan akan dimulai dengan sungguh-sungguh," kata Analis Senior Pasar Western Union Business Solutions, Joe Manimbo, di Washington. "Kepastian benar-benar lemah, jadi sentimen tentu saja dapat mudah berubah, tetapi untuk saat ini pasar mengambil pandangan dari kaca setengah penuh."
Data ekonomi yang kuat telah meningkatkan harapan ekonomi akan bangkit kembali dengan cepat dari penutupan bisnis untuk membendung penyebaran virus.
Ahli Strategi Valas ING, Francesco Pesole, mengatakan para investor mengamati sejauh mana kasus-kasus baru mengarah pada tindakan penguncian yang lebih ketat.
"Jika pasar mulai membuat koneksi bahwa lebih banyak kasus akan secara otomatis menyiratkan penguncian baru maka jelas itu akan menjadi jauh lebih sensitif terhadap puncak baru dalam hal gelombang kedua," kata Pesole.
Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,64 persen menjadi 97,06.
Euro menguat 0,72 persen terhadap dolar menjadi 1,1256, naik dari posisi terendah dua setengah minggu terakhir.
Pada Jumat (19/6/2020) para pemimpin Uni Eropa sepakat bahwa tindakan mendesak diperlukan untuk mengangkut ekonomi mereka dari resesi terdalam sejak Perang Dunia Kedua, tetapi tidak membuat kemajuan pada rencana stimulus besar-besaran yang telah memecah belah mereka selama berminggu-minggu.
Mata uang berisiko tampak unggul dengan dolar Australia melonjak 1,21 persen menjadi 0,6915 dolar terhadap greenback.
Membesarkan hati pembeli dolar Australia, Gubernur bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) Philip Lowe mengatakan kenaikan mata uang baru-baru ini bukan masalah dan dampak pandemi tidak akan seburuk yang dikhawatirkan.
Ukuran lebih luas posisi dolar pada Jumat (19/6/2020) menunjukkan spekulan meningkatkan taruhan jangka pendek mereka terhadap greenback menjadi yang terbesar sejak Mei 2018, pada 16,27 miliar dolar AS.
Berita Terkait
Pemprov Sulbar mendorong peningkatan indeks literasi
Rabu, 20 Maret 2024 14:29 Wib
Pj Gubernur minta pemda bangun sinergi guna tingkatkan IPM Sulbar
Rabu, 13 Maret 2024 21:21 Wib
Pemprov Sulbar mencanangkan Program Jam Belajar Masyarakat
Selasa, 27 Februari 2024 14:03 Wib
PJ Gubernur Sulsel berharap Kemenag tingkatkan indeks kerukunan beragama
Sabtu, 3 Februari 2024 15:25 Wib
KPU meyakini pemungutan suara di daerah rawan konflik akan terkendali
Selasa, 30 Januari 2024 15:59 Wib
Indeks ketahanan pangan Sulsel masuk tiga besar nasional
Sabtu, 20 Januari 2024 14:53 Wib
Menpan: Indeks SPBE Pemprov Sulsel 2023 masuk predikat baik
Minggu, 14 Januari 2024 11:54 Wib
Sulsel peringkat dua nasional indeks kerawanan pemilu
Minggu, 7 Januari 2024 18:07 Wib