Rusia : Negara Barat intimidasi negara-negara Afrika
Istanbul (ANTARA) - Kremlin, sebutan untuk Pemerintah Rusia, pada Selasa mengatakan bahwa negara-negara Barat, terutama AS dan Prancis, sedang memberikan "tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya" terhadap negara-negara Afrika guna mencegah partisipasi mereka dalam KTT Rusia-Afrika mendatang.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh AS, Prancis, dan negara-negara Barat lainnya “harus dikutuk dan patut dikutuk.”
“Faktanya, mereka meniadakan hak berdaulat negara-negara Afrika untuk memilih mitra mereka guna memperluas kerja sama dan hubungan di berbagai bidang dan untuk membahas masalah-masalah mendesak,” katanya.
Peskov juga mengatakan bahwa penting bagi Rusia untuk bersama-sama berkumpul dengan negara-negara Afrika dan melanjutkan dialog, yang menurutnya akan dibahas selama KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg pada 27-28 Juli.
Sementara itu, menanggapi pertanyaan tentang usulan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk memperpanjang Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam, Peskov mengatakan bahwa Rusia tidak mungkin kembali ke dalam perjanjian tersebut karena ada bagian dalam kesepakatan itu yang tidak dipenuhi.
Baca juga: Menelaah alasan di balik keengganan Afrika Selatan menangkap Presiden Vladimir Putin
"Presiden (Vladimir) Putin menjelaskan bahwa Rusia siap untuk segera melanjutkan perjanjian itu jika kesepakatan itu dilaksanakan," tambahnya.
Pada 17 Juli, Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, dengan mengatakan bahwa ada beberapa bagian dari perjanjian itu tidak dilaksanakan.
Bagian dari kesepakatan yang dimaksud adalah pelonggaran pembatasan perbankan bank Rusia dan kepastian untuk ekspor pupuk Rusia.
Perjanjian tersebut, yang disepakati oleh Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina di Istanbul pada Juli 2022, bertujuan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina, yang terhenti karena perang Rusia-Ukraina.
Turki mengatakan bahwa negara-negara Barat harus mencoba menyelesaikan keberatan Rusia, dan berharap Moskow dapat kembali ke dalam kesepakatan itu.
Sumber: Anadolu
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan bahwa kebijakan yang diambil oleh AS, Prancis, dan negara-negara Barat lainnya “harus dikutuk dan patut dikutuk.”
“Faktanya, mereka meniadakan hak berdaulat negara-negara Afrika untuk memilih mitra mereka guna memperluas kerja sama dan hubungan di berbagai bidang dan untuk membahas masalah-masalah mendesak,” katanya.
Peskov juga mengatakan bahwa penting bagi Rusia untuk bersama-sama berkumpul dengan negara-negara Afrika dan melanjutkan dialog, yang menurutnya akan dibahas selama KTT Rusia-Afrika di St. Petersburg pada 27-28 Juli.
Sementara itu, menanggapi pertanyaan tentang usulan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres untuk memperpanjang Inisiatif Biji-Bijian Laut Hitam, Peskov mengatakan bahwa Rusia tidak mungkin kembali ke dalam perjanjian tersebut karena ada bagian dalam kesepakatan itu yang tidak dipenuhi.
Baca juga: Menelaah alasan di balik keengganan Afrika Selatan menangkap Presiden Vladimir Putin
"Presiden (Vladimir) Putin menjelaskan bahwa Rusia siap untuk segera melanjutkan perjanjian itu jika kesepakatan itu dilaksanakan," tambahnya.
Pada 17 Juli, Rusia menarik diri dari kesepakatan biji-bijian Laut Hitam, dengan mengatakan bahwa ada beberapa bagian dari perjanjian itu tidak dilaksanakan.
Bagian dari kesepakatan yang dimaksud adalah pelonggaran pembatasan perbankan bank Rusia dan kepastian untuk ekspor pupuk Rusia.
Perjanjian tersebut, yang disepakati oleh Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina di Istanbul pada Juli 2022, bertujuan untuk melanjutkan ekspor biji-bijian dari pelabuhan Ukraina, yang terhenti karena perang Rusia-Ukraina.
Turki mengatakan bahwa negara-negara Barat harus mencoba menyelesaikan keberatan Rusia, dan berharap Moskow dapat kembali ke dalam kesepakatan itu.
Sumber: Anadolu