Lebak (ANTARA) -
Peneliti Banten Institute for Governance Studies (BIGS) juga Pengamat Kebijakan Publik dan Politik Dr Harits Hijrah Wicaksana mengatakan Anies Baswedan sangat memungkinkan mendampingi Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024, karena hingga saat ini belum membuka pendaftaran ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).
"Diibaratkan sekarang ini sebagai kunci inggris antara siapa dengan siapa tentu masih berpeluang untuk calon presiden maupun calon wakil presiden dan belum mengunci," kata Harits di Lebak, Banten, Minggu.
Konstelasi politik saat ini bisa berubah dan politik bisa cair, karena prinsip politik itu dikembalikan pada dasarnya untuk memenangkan pertarungan.
Dalam pertarungan politik itu tidak ada yang kalah terhormat, namun yang ada hanya menang.
Menang terhormat maupun menang tidak terhormat, tentu itu lebih baik dibandingkan kalah terhormat, terlebih saat ini politik praktis dengan kekuasaan.
Adapun, Anies mendampingi Ganjar pada Pilpres 2024 tentu sangat memungkinkan, karena rating elektoral mereka cukup tinggi.
Hal itu dialami elektoral Presiden Jokowi tahun 2014 cukup tinggi, ketika mereka dikeroyok oleh partai besar, tetap leading suara Jokowi di atas untuk memenangkan dari pesaingnya di antaranya dengan Prabowo Subianto.
Oleh karena itu, katanya, ketika head to head pilpres 2014 akhirnya dimenangkan oleh Jokowi Widodo. Pola seperti itu bisa terulang kembali pada Pilpres 2024 dengan porsi Ganjar Pranowo sebagai capres.
Awalnya, kata dia, Prabowo dengan Ganjar membangun koalisi bersatu, namun tidak ketemu titiknya.
Prabowo tetap ingin menjadi capres, sedangkan ego PDI P sebagai partai pemenang tidak mau orang nomor dua.
Dengan tidak ketemu itu, akhirnya pasangan capres-cawapres Prabowo-Ganjar tidak terjadi.
Namun, kata Harits, peta politik saat ini sudah mengerucut tiga kandidat bakal capres dengan didukung koalisi partai besar yakni Prabowo dari Partai Gerindra, Golkar, PKB dan PAN.
Anies didukung oleh Partai NasDem, Demokrat dan PKS, sedangkan Ganjar PDI P serta PPP.
Namun, rating Ganjar hingga kini juga belum aman dan kemungkinan pilpres dilaksanakan dua putaran, karena calon presiden ada tiga kandidat.
Misalnya, ujar dia, Ganjar lolos pada putaran pertama dengan pesaingnya Prabowo maupun Anies.
Andaikan, dengan Prabowo-Ganjar pada putaran pertama tentu suara Anies akan bergabung dengan Prabowo untuk melawan PDI P yang dua kali memenangkan Pilpres.
Begitu juga andaikan putaran pertama Ganjar-Anies dipastikan Prabowo bergabung dengan Anies.
Kemungkinan besar Ganjar bisa kalah pada pertarungan Pilpres 2024 itu.
Meski rating survei Anies di angka 20 persen atau di bawah Ganjar dan Prabowo tentu masih cukup tinggi.
Sebab itu, PDI P mewacanakan dengan membangun poros Ganjar - Anies sebagai capres dan cawapres.
Namun, pertanyaan itu apakah Ganjar mau menjadi orang nomor dua. Itu tentu tidak mungkin.
Begitu juga Anies tentu tidak mau dijadikan orang nomor dua, namun bisa saja Anies sebagai capres Ganjar apabila Surya Paloh menyetujui.
Apabila, Partai Demokrat dan PKS tidak bergabung tentu akan ditinggalkan porsinya dan juga sulit untuk bergabung dengan Prabowo, karena sudah tertinggal.
Sebetulnya, kata dia, kunci Ganjar-Anies itu tergantung Megawati Soekarnoputri dan Surya Paloh.
Peluang Ganjar - Anies sangat memungkinkan untuk bergabung pada Pilpres 2024.
"Jika Ganjar-Anies itu cair bergabung dipastikan secara head to head melawan Prabowo dipastikan menang. Begitu juga Ganjar-Prabowo bergabung melawan Anies dipastikan menang," kata dosen Universitas Tirtayasa itu.