Jakarta (ANTARA) - Lifter Indonesia Rahmat Erwin Abdullah memenangi medali perak pada nomor 81kg putra Grup A IWF Grand Prix II 2023 di Doha, Qatar, Sabtu malam.
Dikutip dari data statistik resmi IWF, Rahmat memiliki catatan angkatan snatch terbaik 161 kilogram, kemudian catatan angka clean and jerk terbaik 201 kilogram. Ia konsisten berada di peringkat kedua untuk mencatatkan angkatan total 362 kilogram.
Medali emas dimenangi lifter Korea Utara Ri Chong Song dengan total angkatan seberat 374 kilogram, dengan rincian angkatan snatch 165 kilogram dan angkatan clean and jerk 209 kilogram.
Sedangkan medali perunggu direbut oleh lifter Turkmenistan Gaygysyz Torayev, dengan total angkatan 338 kilogram, dengan rincian angkatan snatch 150 kilogram dan angkatan clean and jerk 188 kilogram.
Sejauh ini para lifter putra Korea Utara sangat digdaya pada ajang IWF Grand Prix II 2023. Total terdapat empat lifter putra Korut yang memenangi medali emas di ajang ini dari lima nomor yang dipertandingkan.
Mereka adalah Pang Un Chol di kelas 55 kilogram, Pak Myong Jin di kelas 61 kilogram, Ri Won Ju di kelas 67kg, dan Ri di kelas 87kg. Satu-satunya medali emas yang lepas dari genggaman lifter putra Korea Utara di IWF Grand Prix II 2023 adalah di kelas 73kg, yang dimenangi Ritvars Suharevs asal Latvia.
Sehari sebelumnya, para lifter putri Indonesia sudah tampil di IWF Grand Prix II 2023, namun dengan hasil yang belum memuaskan.
Natasha Beteyob yang turun di kelas 59kg putri Grup C menduduki peringkat ke-14 dengan total angkatan 210 kilogram, dengan rincian angkatan snatch 95 kilogram dan clean and jerk 115 kilogram.
Sarah, yang turun di kelas yang sama dengan Natasha, yakni 59kg putri Grup C, berada di peringkat ke-13 dengan total angkatan 211 kilogram, dengan rincian angkatan snatch 95 kilogram dan clean and jerk 116 kilogram.
IWF Grand Prix II 2023 merupakan salah satu ajang pengumpulan poin agar dapat berlaga di Olimpiade Paris 2024.
Hanya sepuluh lifter yang berada di sepuluh besar masing-masing kelas pada pertengahan 2024, yang berhak tampil di Olimpiade. Komite Olimpiade Nasional masing-masing negara juga hanya boleh menempatkan satu lifter pada setiap kelasnya.