Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pertanian (Kementan) mengajak para mahasiswa untuk tidak ragu menjadi wirausaha pertanian karena potensi pasar yang sangat menjanjikan.
Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman mengajak mahasiswa untuk tidak ragu menjadi pengusaha yang bergelut di sektor pertanian. Alasannya, delapan dari 10 atau 80 persen pengusaha terkaya bergerak di sektor pertanian.
“Tekad kuat dan kerja keras, mengubah nasib mereka, sehingga mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi masa lalu," kata Amran dalam keterangan tertulis yang diterima Antara di Jakarta, Minggu.
Pesan yang sama juga disuarakan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementan Idha Widi Arsanti yang menekankan pentingnya keterlibatan generasi muda di sektor pertanian.
“Saat ini, petani-petani kita sudah semakin tua, sedangkan kebutuhan pangan tidak semakin sedikit. Itulah mengapa, sangat penting mendorong regenerasi petani, yang tentunya akan menyokong ketahanan pangan,” kata Santi.
Pesan yang sama juga disampaikan Plt. Kepala Pusat Pendidikan Pertanian (Pusdiktan) Inneke Kusumaty dalam kuliah umumnya kepada 2000 Mahasiswa Baru Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang, Jawa Tengah.
"Petani selama ini hanya fokus pada produksi, sehingga ketika produksi melimpah, mereka bingung bagaimana memasarkannya, hasil pertanian harus diolah sehingga dapat meningkatkan daya jualnya," kata Inneke.
Menurutnya perguruan tinggi dan mahasiswa sebagai calon wirausaha muda pertanian memiliki peran penting. Yaitu sebagai inovator berbagai teknologi pengembangan pertanian. Mulai dari budidaya, pra tanam, panen, pasca panen, hingga pemasaran.
“Tidak hanya menghasilkan jurnal, tetapi inovasi tepat guna yang bisa digunakan. Sudah tidak zamannya sifatnya yang konsep atau teoritis tapi implementatif. Mahasiswa teknik menghasilkan prototype yang harus bisa digunakan di lapangan,” jelasnya.
Inneke juga berharap Unissula dapat menjadi inkubator bisnis untuk meningkatkan kompetensi mahasiswa.
“Kita berharap adanya inkubator bisnis di kampus Unissula sebagai inkubasi bagi mahasiswa untuk meningkatkan kompetensi di bidang masing-masing yang itu bisa semakin kuat dengan adanya riset dan pengayakan di pengabdian masyarakat dari para pendidik di kampus ini,” jelasnya.
Para mahasiswa juga dapat berperan sebagai pendamping petani dalam menerapkan praktek budidaya dan pasca panen. Sehingga meskipun tidak ada fakultas pertanian mahasiswa Unissula tetap dapat berperan di bidang pertanian.
“Meskipun tidak ada fakultas pertanian diharapkan mahasiswa Unissula bisa mendukung program-program menuju swasembada pangan dan lumbung pangan di tahun 2050,” tuturnya.