Makassar (ANTARA) - Kelompok nelayan di dua daerah di Provinsi Sulawesi Selatan yakni Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep) dan Kota Makassar sasar pasar Jepang untuk komoditi landak laut atau bulu babi.
Direktur Sales & Distribution BSI Anton Sukarna di Makassar, Selasa mengatakan, hasil laut seperti landak laut atau bulu babi yang bisa dikumpulkan para kelompok nelayan bisa mencapai hingga lima ton per harinya.
"Sumber daya alam kita ini kan melimpah, hasil laut seperti landak laut atau bulu babi ini bisa dikumpulkan oleh kelompok nelayan sekitar 2,5 hingga lima ton per harinya," ujarnya.
Anton menjelaskan, daging dari landak laut ini bisa menjadi hidangan mewah baik di pasar internasional maupun pasar domestik.
Ia menyebut, olahan landak laut ini belum banyak tersebar untuk pasar domestik atau dalam negeri, tetapi pasar luar negeri menjadi salah satu hidangan mewah dan digemari seperti di Jepang.
Dia pun menargetkan pasar Jepang menjadi salah satu tujuan, apalagi setelah adanya pembeli atau off-taker yang bersedia menghimpun produk hasil laut tersebut.
"Target kita nggak banyak-banyak, sekitar 30 ton saja sebulan. Kan kelompok nelayan bisa mengumpulkan hingga lima ton perharinya, tapi kita target untuk ekspor itu hanya 30 ton saja. Sisanya, untuk pasar dalam negeri," katanya.
Anton mengaku jika dua daerah di Sulsel yakni di Desa Mattaro Adae, Kecamatan Liukang Tupabbiring, Kabupaten Pangkep dan Kelurahan Pulau Barrang Caddi, Kecamatan Kepulauan Sangkarrang, Kota Makassar, landak laut ini banyak ditemukan dan bahkan kerap dianggap sebagai hama.
Namun, bagi masyarakat Jepang, daging olahan landak laut ini menjadi hidangan mewah dengan harga yang cukup baik.
Adapun BSI telah mengeluarkan anggaran sebesar Rp5,2 miliar dengan sasaran 100 kepala keluarga (KK) penerima manfaat untuk pendampingan desa binaan kluster perikanan tersebut.