Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) memperkuat komitmennya dalam percepatan pencegahan stunting melalui pemanfaatan data gizi, sehingga bisa melakukan intervensi tepat sasaran.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Sulsel M Ishaq Iskandar dalam keterangannya di Makassar, Rabu, menekankan pentingnya konversi data, transformasi data menjadi aksi konkret, serta perlunya memperkuat kepemimpinan daerah dalam pelaksanaan program gizi.
Ia menjelaskan data gizi harus dimanfaatkan secara maksimal untuk menghasilkan kebijakan yang tepat sasaran, dan kepemimpinan daerah menjadi kunci utama dalam mendorong perubahan signifikan.
“Data tidak boleh berhenti di laporan, tapi harus menjadi dasar keputusan dan langkah nyata. Kepemimpinan di tingkat daerah sangat menentukan keberhasilan program gizi,” ujarnya pada acara lokakarya bertajuk Komitmen untuk Gizi: dari Bukti Menuju Dampak – Mewujudkan Program Gizi yang Terarah dan Berkelanjutan bersama UNICEF dan Yayasan Jenewa Madani.
Kepala Perwakilan UNICEF Wilayah Sulawesi dan Maluku Henky Widjaja menjelaskan Indonesia masih menghadapi triple burden of malnutrition atau tiga beban masalah gizi, yaitu stunting dan wasting, obesitas, serta kekurangan zat gizi mikro seperti anemia.
Masalah ini berdampak besar terhadap tumbuh kembang anak dan kualitas SDM Indonesia secara jangka panjang. Kolaborasi semua pihak menjadi keharusan.
Ketiga masalah ini tidak hanya mengancam tumbuh kembang anak, tetapi juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia Indonesia, sehingga diperlukan kolaborasi dan komitmen bersama untuk program gizi yang efektif.
Data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024 serta Strategi Nasional Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting (Stranas P3S) 2025–2029 menjadi landasan penting dalam menyusun kebijakan dan program intervensi yang lebih terukur dan efektif.
Oleh karena itu, kegiatan ini dirancang untuk membantu daerah dalam menganalisis, menerjemahkan dan memanfaatkan data SSGI dan panduan Stranas P3S dalam perencanaan, penganggaran, serta pelaksanaan program gizi yang lebih terarah dan terukur.
Direktur Jenewa Institute, Surahmansah Said menyatakan lokakarya ini bertujuan memperkuat kapasitas daerah dalam memanfaatkan data, menyelaraskan kebijakan pusat dan daerah, serta mengimplementasikan strategi nasional pencegahan stunting secara kolaboratif.

