Oleh Hendra Nick Arthur
Makassar (ANTARA News) - Keberagaman budaya masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan, ternyata mampu menjadi perekat hubungan yang harmonis antarumat beragama di daerah itu.
Tingginya rasa persaudaraan antarumat beragama masyarakat Toraja itu terlihat pada saat perayaan "Lovely December" di Kabupaten Toraja Utara dan Tana Toraja, Sulsel, Sabtu (26/12).
Perbedaan agama bukan halangan bagi mereka untuk saling memupuk rasa kebersamaan dalam perbedaan agama maupun aliran kepercayaan masyarakat Toraja.
Bertepatan dengan perayaan Natal pada pembukaan "Lovely December" di lapangan Kodim, Rantepao, Toraja Utara, komunitas Gereja Toraja bersama dengan masyarakat Muslim dan penganut Hindu Toraja yang dikenal dengan kepercayaan "Aluk Todolo" melakukan ibadah bersama.
Empat tokoh Agama di Tana Toraja menggelar doa bersama dalam pembukaan perayaan "Lovely December" di Lapangan Kodim Rantepao, Toraja Utara, Sulsel.
Doa tokoh-tokoh agama dari berbagai elemen agama mulai dari Islam, Katholik, Protestan, hingga aliran kepercayaan masyarakat setempat "Aluk Todolo" dilakukan secara bergantian dengan iringan lagu dan alat musik tradisional khas Toraja.
Ajaran Aluk Todolo merupakan kepercayaan masyarakat asli Toraja yang masih dipeluk oleh sebagian masyarakat Toraja saat ini. Kebiasaan penganut aluk todolo biasanya terlihat pada saat upacara rambu solo'(pesta kematian).
Doa bersama dalam kegiatan "Lovely December" itu di hadiri oleh Kepala Badan Pengembangan Pariwisata Depbudpar, I Gusti Putu Laksaguna, Gubernur Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo, Bupati Toraja Utara YS Dalipang bersama dengan unsur muspida dan masyarakat Toraja.
Masyarakat dan wisatawan baik mancanegara maupun domestik terlihat larut dalam doa-doa yang dihadirkan dalam doa bersama yang dilakukan secara bergiliran oleh masing-masing tokoh-tokoh agama setempat.
Pokok-pokok doa dari keempat tokoh-tokoh agama itu meminta agar pemerintahan bisa berjalan baik serta rasa kebersamaan antarumat beragama bangsa ini tetap terjaga.
Lagu-lagu masyarakat Tana Toraja juga turut dilantunkan dalam perayaan yang telah masuk dalam kalender wisata nasional itu.
Pawai mengarak babi dengan simbol-simbol budaya Toraja atau biasa disebut "Lettoan" menajdi simbol kebersamaan masyarakat Toraja dalam penyelenggaraan "Lovely December" tersebut.
Budayawan Toraja, Sam Barumbun, menjelaskan Lettoan merupakan salah satu prosesi adat masyarakat Toraja, yakni "rambu tuka", dengan usungan segala simbol kehidupan yang mewakili tiga dimensi kehidupan manusia itu sendiri (tallu lolona). Ketiga dimensi itu mencakup "lolo patuan", "lolo tananan" dan "lolo tau".
"Itu merupakan salah satu falsafah kehidupan orang Toraja," ucapnya.
Pada simbol budaya Toraja dengan usungan babi terdapat bagian yang disebut "Saritatolamban", berbentuk tangga yang melambangkan doa dan harapan untuk mencapai kehidupan yang jauh lebih baik.
Di puncak lettoan, ada gambar atau patung ayam jantan yang menggambarkan kepemimpinan di Toraja. Dan di bawahnya ada lambang matahari, merupakan simbol kehidupan. Lettoan juga dihiasi dengan bunga tabang yang merupakan simbol kesuksesan dalam hidup.
Lettoan ini hanya dihadirkan pada saat prosesi acara "rambu tuka", seperti acara syukuran dalam ritual peresmian "tongkonan layuk", syukuran kampung atau "ma'bua".
Rumpun keluarga muslim di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, H. Murad Husein dalam kesempatan itu tergugah untuk membuat natal bersama di daerah tongkonan miliknya yang terletak di desa Sa'dan Malimbong, Kecamatan Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara, Sulsel, Minggu (27/12).
Tokoh masyarakat Batu Kianak, Kecamatan Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara ini mengundang seluruh pengurus gereja se-Toraja Utara untuk melaksanakan natal bersama di rumah keluarga besarnya.
H. Murad dalam kesempatan itu menyampaikan, perayaan natal bukan hanya milik kaum nasrani melainkan hari kelahiran Yesus Kristus itu sebaiknya dijadikan momen perekat hubungan antarumat beragama yang ada di daerah itu.
Dia mengaku, telah mewujudkan janjinya untuk kembali ke tanah leluhur ibunya setelah berhasil membangun usaha di negeri rantau.
Pembayar pajak terbesar di lima provinsi ini berjanji akan siap membantu pemerintah untuk membangun daerah pemekaran baru kabupaten Toraja Utara yang merupakan pecahan kabupaten Tana Toraja.
Gubernur Sulsel Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri kegiatan "Lovely December" di Toraja menilai kegiatan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kegiatan yang pertama kali dilakukan pada 2008.
"Kami berharap kegiatan yang berlangsung pada tahun berikutnya jauh lebih semarak lagi. Kita perkenalkan pada dunia bagaimana keberagaman budaya Toraja yang hanya satu-satunya di dunia," ujarnya.
Gubernur mengaku bangga dengan adat istiadat masyarakat Toraja yang sangat menghargai perbedaan antarumat beragama.
"Orang Toraja sangat tidak emosional, mereka berpikir strategis. Kehidupan masyarakat Toraja perlu menjadi teladan," ujarnya.
T.PK-HK/H-KWR)
Makassar (ANTARA News) - Keberagaman budaya masyarakat Toraja, Sulawesi Selatan, ternyata mampu menjadi perekat hubungan yang harmonis antarumat beragama di daerah itu.
Tingginya rasa persaudaraan antarumat beragama masyarakat Toraja itu terlihat pada saat perayaan "Lovely December" di Kabupaten Toraja Utara dan Tana Toraja, Sulsel, Sabtu (26/12).
Perbedaan agama bukan halangan bagi mereka untuk saling memupuk rasa kebersamaan dalam perbedaan agama maupun aliran kepercayaan masyarakat Toraja.
Bertepatan dengan perayaan Natal pada pembukaan "Lovely December" di lapangan Kodim, Rantepao, Toraja Utara, komunitas Gereja Toraja bersama dengan masyarakat Muslim dan penganut Hindu Toraja yang dikenal dengan kepercayaan "Aluk Todolo" melakukan ibadah bersama.
Empat tokoh Agama di Tana Toraja menggelar doa bersama dalam pembukaan perayaan "Lovely December" di Lapangan Kodim Rantepao, Toraja Utara, Sulsel.
Doa tokoh-tokoh agama dari berbagai elemen agama mulai dari Islam, Katholik, Protestan, hingga aliran kepercayaan masyarakat setempat "Aluk Todolo" dilakukan secara bergantian dengan iringan lagu dan alat musik tradisional khas Toraja.
Ajaran Aluk Todolo merupakan kepercayaan masyarakat asli Toraja yang masih dipeluk oleh sebagian masyarakat Toraja saat ini. Kebiasaan penganut aluk todolo biasanya terlihat pada saat upacara rambu solo'(pesta kematian).
Doa bersama dalam kegiatan "Lovely December" itu di hadiri oleh Kepala Badan Pengembangan Pariwisata Depbudpar, I Gusti Putu Laksaguna, Gubernur Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo, Bupati Toraja Utara YS Dalipang bersama dengan unsur muspida dan masyarakat Toraja.
Masyarakat dan wisatawan baik mancanegara maupun domestik terlihat larut dalam doa-doa yang dihadirkan dalam doa bersama yang dilakukan secara bergiliran oleh masing-masing tokoh-tokoh agama setempat.
Pokok-pokok doa dari keempat tokoh-tokoh agama itu meminta agar pemerintahan bisa berjalan baik serta rasa kebersamaan antarumat beragama bangsa ini tetap terjaga.
Lagu-lagu masyarakat Tana Toraja juga turut dilantunkan dalam perayaan yang telah masuk dalam kalender wisata nasional itu.
Pawai mengarak babi dengan simbol-simbol budaya Toraja atau biasa disebut "Lettoan" menajdi simbol kebersamaan masyarakat Toraja dalam penyelenggaraan "Lovely December" tersebut.
Budayawan Toraja, Sam Barumbun, menjelaskan Lettoan merupakan salah satu prosesi adat masyarakat Toraja, yakni "rambu tuka", dengan usungan segala simbol kehidupan yang mewakili tiga dimensi kehidupan manusia itu sendiri (tallu lolona). Ketiga dimensi itu mencakup "lolo patuan", "lolo tananan" dan "lolo tau".
"Itu merupakan salah satu falsafah kehidupan orang Toraja," ucapnya.
Pada simbol budaya Toraja dengan usungan babi terdapat bagian yang disebut "Saritatolamban", berbentuk tangga yang melambangkan doa dan harapan untuk mencapai kehidupan yang jauh lebih baik.
Di puncak lettoan, ada gambar atau patung ayam jantan yang menggambarkan kepemimpinan di Toraja. Dan di bawahnya ada lambang matahari, merupakan simbol kehidupan. Lettoan juga dihiasi dengan bunga tabang yang merupakan simbol kesuksesan dalam hidup.
Lettoan ini hanya dihadirkan pada saat prosesi acara "rambu tuka", seperti acara syukuran dalam ritual peresmian "tongkonan layuk", syukuran kampung atau "ma'bua".
Rumpun keluarga muslim di Toraja Utara, Sulawesi Selatan, H. Murad Husein dalam kesempatan itu tergugah untuk membuat natal bersama di daerah tongkonan miliknya yang terletak di desa Sa'dan Malimbong, Kecamatan Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara, Sulsel, Minggu (27/12).
Tokoh masyarakat Batu Kianak, Kecamatan Sa'dan, Kabupaten Toraja Utara ini mengundang seluruh pengurus gereja se-Toraja Utara untuk melaksanakan natal bersama di rumah keluarga besarnya.
H. Murad dalam kesempatan itu menyampaikan, perayaan natal bukan hanya milik kaum nasrani melainkan hari kelahiran Yesus Kristus itu sebaiknya dijadikan momen perekat hubungan antarumat beragama yang ada di daerah itu.
Dia mengaku, telah mewujudkan janjinya untuk kembali ke tanah leluhur ibunya setelah berhasil membangun usaha di negeri rantau.
Pembayar pajak terbesar di lima provinsi ini berjanji akan siap membantu pemerintah untuk membangun daerah pemekaran baru kabupaten Toraja Utara yang merupakan pecahan kabupaten Tana Toraja.
Gubernur Sulsel Sulawesi Selatan H. Syahrul Yasin Limpo saat menghadiri kegiatan "Lovely December" di Toraja menilai kegiatan ini jauh lebih baik dibandingkan dengan kegiatan yang pertama kali dilakukan pada 2008.
"Kami berharap kegiatan yang berlangsung pada tahun berikutnya jauh lebih semarak lagi. Kita perkenalkan pada dunia bagaimana keberagaman budaya Toraja yang hanya satu-satunya di dunia," ujarnya.
Gubernur mengaku bangga dengan adat istiadat masyarakat Toraja yang sangat menghargai perbedaan antarumat beragama.
"Orang Toraja sangat tidak emosional, mereka berpikir strategis. Kehidupan masyarakat Toraja perlu menjadi teladan," ujarnya.
T.PK-HK/H-KWR)