Oleh Syarifuddin May
Makassar (ANTARA Sulsel) - Pembangunan bidang ekonomi Sulawesi Selatan selama 2009 cukup positif dengan tingkat pertumbuhan di atas 6 persen.
Selama kurun waktu satu tahun perekonomian Sulsel tumbuh positif dan pada 2010 akan tetap menggeliat seiring dengan pesatnya pembangunan di kawasan timur Indonesia (KTI) yang nyaris terpusat di Makassar.
"Saya optimistis ekonomi Sulsel akan tetap menggeliat pada 2010 setelah hasil positif pada 2009, sehingga daerah ini unggul dibanding daerah lainnya di kawasan ini, "kata pengamat ekonomi Unhas Dr Marsuki DEA.
Sulsel, kata Marsuki tetap menjadi incaran perbankan dan calon investor, sehingga turut mendongkrak pertumbuhan ekonomi kawasan ini dan akan memacu sektor riil dan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).
Sebagai provinsi penyangga beras nasional, maka geliat Sulsel di sektor pertanian tidak akan tersaingi daerah lain di luar Jawa, sehingga sektor unggulan ini tetap menjadi primadona dalam memacu pertumbuhan ekonomi kawasan.
Sulsel yang mencatat pertumbuhan ekonomi cukup pesat di tahun 2009 di atas pertumbuhan nasional menjadikan daerah ini semakin unggul.
Indeks konsumen cukup tinggi yang dicapai Makassar selama periode 2009 menjadi acuan kondisi pasar setempat semakin baik.
Karena Sulsel memiliki indeks konsumen yang positif, maka tidak ada keraguan bagi investor menanamkan modalnya di Sulsel, ujar Marsuki.
Barang apapun yang ditawarkan di Makassar, menurut dia akan tetap laris jika dibarengi inovatif dan kreatif oleh dunia usaha.
Sulsel menjadi salah satu daerah incaran investor pada 2010, sehingga akan masuk sejumlah calon investor nasional (PMDN) maupun penanaman modal asing (PMA).
Sektor pertanian yang menjadi unggulan harus didukung lembaga keuangan seperti perbankan dan pembinaan terhadap petani untuk menghasilkan produk berkualitas.
Sektor ini, akan tumbuh pesat pada 2010, menyusul perhatian pemerintah provinsi terhadap peningkatan produksi beras sebagai komoditas unggulan meningkatkan kesejahteraan petani.
Surplus beras 2 juta ton
Sulsel pada periode 2009-2010 menargetkan surplus beras sebanyak 2 juta ton dan jagung 1,5 juta ton pada periode yang sama.
Gubernur Syahrul Yasin Limpo menyatakan optimistis target itu akan tercapai, mangingat daerah ini sebagai lumbung dan menyangga beras nasional rata-rata mengalami surplus beras 1,2 juta ton pertahun.
Selain pemasok besar stok nasional terbesar setelah Jawa Timur dan Jawa Barat, Sulsel juga menjadi pemasok beras perdagangan antarapulau terbesar nasional mencapai ratusan ribu ton setiap tahun, terutama untuk provinsi di kawasan timur Indonesia, Kalimantan dan Jakarta.
Pada 2009, Sulsel telah mengantarpulaukan beras sebanyak 262.000 ton dan menyalurkan beras untuk rakyat miskin (Raskin) sekitar 300.000 ton.
Sementara realisasi pengadaan pangan nasional yang dicapai Perum Bulog Sulsel hingga akhir Desember 2009 mencapai 433.000 ton beras dari prognosa 450.000 ton, menempati urutan kedua setelah Jatim pada 2008, sedang pada 2008 Sulsel memasok pengadaan beras nasional sebanyak 458.000 ton.
Gubernur Syahrul mengatakan, dengan surplus beras tersebut, maka Sulsel berpeluang mengekspor beras ke negara tetangga seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan Timor Leste sebanyak 100.000 ton perbulan.
"Kita telah siap mengapalkan komoditi unggulan Sulsel ini sesuai dengan jumlah permintaan dari negara tujuan ekspor seperti Singapura, Brunei Darussalam dan Malaysia yang berminat mengimpor beras dari Sulsel, "ujar Syahrul.
Investasi meningkat
Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi daerah, juga diikuti peningkatan investasi cukup signifikan, berada pada peringkat enam dari 33 provinsi.
Sepanjang 2009, Sulsel memperoleh investasi sembilan proyek terdiri atas penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp1,148 triliun dan penanaman modal asing (PMA) 64,25 juta dolar AS.
Menurut Ketua Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel Imran Yasin Limpo, realisasi investasi PMDN meliputi industri makanan ternak, pertokoan, dan pembangunan jalan tol.
Sedangkan untuk PMA terdiri atas industri kayu olahan, tenaga listrik, jasa perhotelan dan rekreasi dan menempatkan posisi Sulsel di urutan ke lima untuk PMDN dan posisi ke 12 untuk PMA dari sebelumnya berada pada peringkat 17.
Sebelumnya, ada 30 proyek yang diminati calon investor, antara lain, sektor jasa, perdagangan, dan industri dengan nilai investasi sekitar Rp4,4 triliun untuk PMDN dan 104 juta dolar AS untuk PMA, kata Imran.
(T.S016/J006)