Makassar (ANTARA) - Forum Multi Sektor (FMS) Percepatan Eliminasi Tuberkulosis Makassar yang menjadi bagian Dinas Kesehatan Makassar mengoptimalkan skrining TBC (Tuberkolosis) di 153 kelurahan se-Kota Makassar untuk menangani kasus TBC.
Tercatat, sebanyak 5.444 kasus kasus di Kota Daeng dari estimasi 14 ribu lebih kasus sejak Januari - Oktober 2023.
"Kasus TBC di Kota Makassar dari Januari sampai Oktober 2023 berada di angka 5.444 kasus dari estimasi 14.000 kasus, PR Pemkot Makassar masih banyak," kata salah satu Tim FMS Eliminasi TBC sekaligus Pengelola Program TBC Dinas Kesehatan Kota Makassar Sierli Natar di Makassar, Jumat.
Merujuk pada tingginya angka kasus TBC tersebut, FMS menargetkan bisa menemukan minimal 9 kasus TBC di setiap kelurahan, ini juga berdasarkan target Kementerian Kesehatan. Pasalnya, penyebaran penyakit ini terbilang mudah dan cepat sehingga penderitanya harus segera ditemukan.
Kata Sierli, pengetahuan dibagikan kepada semua masyarakat di 153 kelurahan agar pemahaman mereka bisa berubah terhadap TBC, termasuk stigma kepada penderitanya. Terlebih pengetahuan bahwa penyakit ini tidak dapat diobati itu.
"Ketika berkeliling di kelurahan, kita menargetkan setiap kelurahan menambahkan kasus dari sosialisasi yang dilaksanakan, sekaligus bisa mendongkrak temuan kasus TBC Makassar," ujarnya.
Tingginya sebaran kasus TBC yang ada tidak hanya pada wilayah pinggiran kota, namun juga kerap ditemukan di tengah kota. Sementara di wilayah kepulauan, sebarannya terbilang cukup sedikit karena komposisi jumlah penduduknya yang juga relatif kecil.
Kasus TBC paling banyak ditemukan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Tallo, Kota Makassar.
"Untuk menjaring penderita TBC upaya yang perlu dilakukan adalah menebar sosialisasi ke masyarakat, juga melibatkan mereka biar mereka paham dan ikut menangani penyebaran TBC," ujar dia.
Tim FMS bidang Komunitas dari Yayasan KNCV Indonesia dr Fenni menjelaskan bahwa penyakit TBC berbeda dari penyakit lainnya, jika angka kasus penyakit lain semakin rendah maka lebih baik, namun tidak dengan TBC.
"Penyakit TBC semakin naik semakin bagus, karena orang mau memeriksakan dirinya," kata dia.
Berdasarkan pengalaman dr Fenni, dia berkisah bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham sama sekali ketika mereka punya gejala TBC dan harus segera mengakses layanan kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan.
Menurut dia, informasi TBC yang benar dipastikan akan mengubah perilaku masyarakat sehingga masyarakat juga berani dan mau memeriksakan diri serta menjalani pengobatan sampai sembuh, karena untuk menyelesaikan persoalan TBC perlu Temukan Obati Sampai Sembuh (TOS).
"Jangan lupa pengobatan TBC dan pemeriksaan itu gratis di 47 Puskesmas di Kota Makassar dan seluruh rumah sakit pemerintah yang ada," urainya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: FMS Makassar optimalkan skrining TBC di 153 kelurahan
Tercatat, sebanyak 5.444 kasus kasus di Kota Daeng dari estimasi 14 ribu lebih kasus sejak Januari - Oktober 2023.
"Kasus TBC di Kota Makassar dari Januari sampai Oktober 2023 berada di angka 5.444 kasus dari estimasi 14.000 kasus, PR Pemkot Makassar masih banyak," kata salah satu Tim FMS Eliminasi TBC sekaligus Pengelola Program TBC Dinas Kesehatan Kota Makassar Sierli Natar di Makassar, Jumat.
Merujuk pada tingginya angka kasus TBC tersebut, FMS menargetkan bisa menemukan minimal 9 kasus TBC di setiap kelurahan, ini juga berdasarkan target Kementerian Kesehatan. Pasalnya, penyebaran penyakit ini terbilang mudah dan cepat sehingga penderitanya harus segera ditemukan.
Kata Sierli, pengetahuan dibagikan kepada semua masyarakat di 153 kelurahan agar pemahaman mereka bisa berubah terhadap TBC, termasuk stigma kepada penderitanya. Terlebih pengetahuan bahwa penyakit ini tidak dapat diobati itu.
"Ketika berkeliling di kelurahan, kita menargetkan setiap kelurahan menambahkan kasus dari sosialisasi yang dilaksanakan, sekaligus bisa mendongkrak temuan kasus TBC Makassar," ujarnya.
Tingginya sebaran kasus TBC yang ada tidak hanya pada wilayah pinggiran kota, namun juga kerap ditemukan di tengah kota. Sementara di wilayah kepulauan, sebarannya terbilang cukup sedikit karena komposisi jumlah penduduknya yang juga relatif kecil.
Kasus TBC paling banyak ditemukan di Kecamatan Biringkanaya, Tamalate dan Tallo, Kota Makassar.
"Untuk menjaring penderita TBC upaya yang perlu dilakukan adalah menebar sosialisasi ke masyarakat, juga melibatkan mereka biar mereka paham dan ikut menangani penyebaran TBC," ujar dia.
Tim FMS bidang Komunitas dari Yayasan KNCV Indonesia dr Fenni menjelaskan bahwa penyakit TBC berbeda dari penyakit lainnya, jika angka kasus penyakit lain semakin rendah maka lebih baik, namun tidak dengan TBC.
"Penyakit TBC semakin naik semakin bagus, karena orang mau memeriksakan dirinya," kata dia.
Berdasarkan pengalaman dr Fenni, dia berkisah bahwa masih banyak masyarakat yang belum paham sama sekali ketika mereka punya gejala TBC dan harus segera mengakses layanan kesehatan, sehingga pengetahuan masyarakat perlu ditingkatkan.
Menurut dia, informasi TBC yang benar dipastikan akan mengubah perilaku masyarakat sehingga masyarakat juga berani dan mau memeriksakan diri serta menjalani pengobatan sampai sembuh, karena untuk menyelesaikan persoalan TBC perlu Temukan Obati Sampai Sembuh (TOS).
"Jangan lupa pengobatan TBC dan pemeriksaan itu gratis di 47 Puskesmas di Kota Makassar dan seluruh rumah sakit pemerintah yang ada," urainya.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: FMS Makassar optimalkan skrining TBC di 153 kelurahan