Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan bertransformasi menjalankan ekonomi hijau dengan tujuh rencana strategi yang telah dirumuskan bersama International Forestry Research and World Agroforestry (ICRAF) sebagai salah satu lembaga penelitian internasional.
Tujuh rencana ini menguraikan berbagai strategi yang dapat ditempuh Sulsel untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dari sektor lahan terbarukan, pertanian dan perkebunan beserta turunannya sambil menjaga lingkungan hidup.
"Intinya kita ingin meningkatkan pertumbuhan ekonomi yang berkeadilan dan berkelanjutan. Dengan dukungan ICRAF, Sulsel siap memulai transformasi menuju ekonomi hijau," ujar Staf Ahli Bidang Ekonomi Pemprov Sulsel Since Erna Lamba di Makassar, Jumat.
Adapun tujuh strategi yang direkomendasikan meliputi pengelolaan tata ruang dan guna lahan terintegrasi. Selanjutnya ialah optimalisasi modal dan akses pembangunan yang berkeadilan, responsif, inklusif, dan inovatif.
Ketiga, yakni pengembangan produktivitas dan daya saing sektor unggulan daerah. Kemudian perbaikan rantai nilai yang mendukung pengembangan ekonomi masyarakat melalui UMKM dan koperasi.
Selanjutnya, konektivitas wilayah yang adaptif terhadap bencana, pengelolaan dan restorasi DAS serta pemanfaatan instrumen ekonomi untuk mendukung pengelolaan jasa lingkungan.
"Dengan adanya perencanaan yang terstruktur secara jangka pendek maupun jangka panjang, maka kita bisa meminimalkan risiko menuju ekonomi hijau," ujar Since.
Sehari sebelumnya, transformasi Sulsel menuju ekonomi hijau juga telah disampaikan melalui sosialisasi Rencana Pertumbuhan Ekonomi Hijau atau Green Growth Plan (GGP) di Makassar, yang menghadirkan berbagai pihak.
Berdasarkan riset yang dilakukan, jika semua strategi ini dipenuhi, PDRB Sulsel diproyeksikan tumbuh rata-rata secara konsisten sebesar 0.6 persen dibandingkan dengan skenario business as usual (BAU).
Proyeksi intensitas emisi juga menunjukkan perbaikan, dimana nilainya akan mencapai sekitar 0,20 tonCOeq/miliar rupiah, atau jauh lebih rendah dibandingkan skenario BAU sekitar 2,19 tonCOeq/miliar rupiah.
"Strategi menuju ekonomi hijau ini diharapkan memperbaiki struktur sosial, lingkungan yang juga semakin membaik dan tidak merusak ekosistem. Maka dari itu, perencanaan ini menjadi implementasi jangka panjang dan menengah untuk ekonomi hijau di Sulsel," tambah Direktur ICRAF Program Indonesia Andree Ekadinata.
Rencana ekonomi hijau di Sulsel untuk sektor berbasis sumber daya terbarukan ini penting, mengingat tiga sektor tertinggi di provinsi ini masih bersumber dari kegiatan pertambangan, industri pengolahan, dan pertanian (pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan).
Sementara pada sektor berbasis lahan; pertanian, perkebunan, kehutanan, dan perikanan, masih menepati urutan atas penyumbang PDRB .
Dalam satu dekade terakhir, ICRAF menemukan pengembangan pertanian dan perkebunan di Sulawesi Selatan telah mengalami penurunan produksi dan produktivitas dikarenakan adanya penurunan kualitas dan daya dukung lingkungan.
Beberapa area yang merupakan lumbung pangan mengalami perubahan dalam penyediaan jasa lingkungan. Hal ini akan dapat meningkatkan kerentanan Sulawesi Selatan terhadap perubahan iklim.
Sebagai provinsi yang pembangunannya masih ditopang secara signifikan oleh sektor berbasis sumber daya lahan, maka pengelolaan sumber daya alam secara lestari dibutuhkan untuk membangun ketangguhan iklim, mewujudkan keberlanjutan lingkungan, dan penghidupan masyarakat.
Sulsel bertransformasi menuju ekonomi hijau
Ilustrasi. Sosialisasi Rencana Pertumbuhan Ekonomi Hijau atau Green Growth Plan (GGP) oleh ICRAF dan Pemprov Sulsel di Makassar, Rabu (24/09/2025). (ANTARA/Nur Suhra Wardyah)
Ilustrasi. Sosialisasi Rencana Pertumbuhan Ekonomi Hijau atau Green Growth Plan (GGP) oleh ICRAF dan Pemprov Sulsel di Makassar, Rabu (24/09/2025). (ANTARA/Nur Suhra Wardyah)