Bogor (ANTARA) - Pemerintah diimbau memberikan perhatian manajemen rantai pasokan (SCM) dalam upaya meningkatkan daya saing produk domestik guna dapat memenuhi permintaan pasar internasional.
"Meskipun ada permintaan kuat dari pasar ekspor terhadap produk domestik, sering kali gagal memenuhi permintaan tersebut karena tidak mampu mengelola dengan baik manajemen rantai pasokan," kata Ketua Program Studi Manajemen Skolah Pascasarjana Universitas Nasional, Jakarta, I Made Adnyana, melalui keterangan tertulisnya di Jakarta, Selasa.
Menurut Made Adnyana, dalam SCM ada integrasi kepentingan antara perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir. "Pendekatan yang ditekankan dalam SCM adalah terintegrasi dengan semangat kolaborasi," katanya.
Perusahaan dalam SCM, menurut dia, semangatnya ingin memuaskan konsumen dengan bekerja sama membuat produk yang murah dan berkualitas serta mengirimkannya tepat waktu.
Menurut dia, praktik SCM ini meskipun tampaknya sederhana, tapi dalam banyak hal, gagal memenuhi kebutuhan pasar lokal maupun pasar ekspor karena ketidakpastian rantai pasok yang disebabkan oleh bebagai hal.
"Misalnya, pengangkutan sapi dari NTB ke Jakarta, biayanya lebih mahal 40 persen dari pada pengangkutan sapi dari Australia. Apalagi biaya pengiriman daging segar, sampai empat kali lipat lebih mahal," katanya.
Adnyana juga mencontohkan, biaya pengangkutan ikan dari Ambon ke Surabaya rata-rata Rp1.800 per kilogram, sementara dari China ke Surabaya biayanya rata-rata Rp700 per kilogram.
Made Adnyana juga menyatakan, mendengar adanya ketidakmampuan eksportir memenuhi permintaan pasar ekspor karena tingginya biaya pengiriman dan ketidakmampuan mempertahankan kualitas produk akibat tidak mampu menjaga rantai pasok komoditas.
Faktor-faktor tersebut, kata dia, jelas di luar kemampuan produsen dalam negeri untuk menyelesaikannya. "Pemerintah diimbau turun tangan untuk menyelesaikan faktor-faktor di luar produksi tetapi pada ujungnya berpengaruh terhadap harga dan kualitas produk dalam negeri," katanya.
Jika rantai pasok komoditas ini tidak dibenahi, Adnyana mengkhawatirkan, bisa mengancam ketersediaan dan daya saing komoditas lokal, sehingga dapat mengganggu ketahanan dan kedaulatan pangan nasional.
Berita Terkait
BI optimalkan "cold chain" mendorong produksi perikanan tangkap Sulsel
Jumat, 1 Maret 2024 0:52 Wib
Presiden Jokowi bahas persoalan lingkungan dengan anggota kongres AS
Rabu, 12 April 2023 13:32 Wib
BNI dan Semen Indonesia terapkan solusi "digital value chain" terintegrasi
Senin, 5 April 2021 16:31 Wib
Bio Farma targetkan produksi 3 juta reagen perbulan untuk tes PCR
Senin, 5 Oktober 2020 14:38 Wib
Standarisasi harga Swab
Rabu, 16 September 2020 21:34 Wib
Menteri: 90 persen perusahaan BUMN terkena dampak COVID-19
Selasa, 26 Mei 2020 17:38 Wib
Menteri BUMN: Manajemen rantai pasok masih jadi tantangan hadapi COVID-19
Rabu, 20 Mei 2020 17:58 Wib