PLN mencatat penjualan REC sebanyak 103 unit di F8 Makassar
Makassar (ANTARA) -
PT PLN mencatat penjualan Energi Baru Terbarukan (EBT) melalui layanan Renewable Energy Certificate (REC) sebanyak 103 unit atau setara 103 MWh selama pelaksanaan pentas seni dan budaya F8 Makassar yang telah digelar selama lima hari.
"Pembelian REC sebanyak 103 unit ini menjadi bukti nyata dukungan masyarakat terhadap penggunaan EBT," ujar Andy di Makassar, Rabu.
Selain itu, selama penyelenggaraan F8 Makassar 2024, terdapat sebanyak 331 transaksi pembelian token.
Andy menyebut bahwa capaian ini menunjukkan dukungan masyarakat terhadap penggunaan energi hijau di Sulawesi Selatan. Apalagi Tahun ini, seluruh zona acara F8 menggunakan pasokan listrik PLN yang bersumber dari energi hijau yang ditandai dengan transaksi Renewable Energy Certificate (REC) sebanyak 145 unit oleh pihak penyelenggara.
Andy menjelaskan setiap sertifikat REC membuktikan bahwa listrik per megawatt hour (MWh) yang digunakan pelanggan berasal dari pembangkit EBT atau nonfosil.
Andy menambahkan persentase bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) di Sistem Kelistrikan Sulawesi Bagian Selatan (Sulbagsel) telah mencapai 45,78 persen.
"Sebagai lokomotif transisi energi di tanah air, PLN mendukung penuh pemerintah serta kebutuhan sektor bisnis dan industri yang memiliki semangat terhadap suksesnya transisi energi di Indonesia dan ingin ikut serta dalam mendukung dekarbonisasi dengan menggunakan REC PLN," urai Andy.
PLN juga menunjukan komitmennya dalam mencapai target Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 dengan mengampanyekan layanan kelistrikan berbasis energi hijau yaitu REC, ekosistem kendaraan listrik dan PLN Mobile.
Tercatat, telah tersedia 12 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) yang beroperasi di delapan lokasi tersebar se-Kota Makassar dan sekitarnya.
"Kami optimistis, hadirnya SPKLU dapat mendukung masyarakat yang beralih menggunakan kendaraan listrik," ujar Andy.
Lebih lanjut, Andy mencatat potensi besar EBT yang saat ini tengah digarap PLN adalah pembangkit listrik berbasis panas bumi (geothermal), angin (bayu), surya, dan air (hydro) yang punya potensi besar untuk menggantikan pembangkit berbasis bahan bakar fosil khususnya di provinsi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat.