Surabaya (ANTARA) - Tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Jawa Timur 2024 cukup riuh seiring dengan tingginya sorotan publik. Pilkada di provinsi dengan luas 48.033 kilometer persegi dan berpenduduk 41,150 juta jiwa ( 2022) itu akan diikuti tiga calon kandidat yang memperebutkan kursi "Jawa Timur-1" atau Gubernur. Mereka adalah para srikandi tangguh.
Nama pertama yang muncul dalam kontestasi Pilkada Jatim 2024 adalah Khofifah Indar Parawansa. Khofifah merupakan petahana yang memimpin Jawa Timur periode 2019 hingga 2024 bersama Emil Elestianto Dardak.
Khofifah juga merupakan sosok berpengalaman yang pernah mengemban amanah sebagai Menteri Sosial pada Kabinet Kerja. Khofifah saat ini juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU), yang memiliki basis massa besar di Jawa Timur.
Pada Pemilihan Gubernur Jatim 2024, Khofifah kembali didampingi Emil Elestianto Dardak. Emil sendiri sebelum menjadi Wakil Gubernur Jatim periode 2019-2024, merupakan Bupati Trenggalek pada periode 206-2019.
Nama Khofifah, memang bukan hanya dikenal di wilayah Jawa Timur, namun juga secara nasional. Sehingga, partai politik yang memutuskan untuk bertarung dalam perebutan kursi di Gedung Negara Grahadi, juga harus mendorong sosok yang sama kuatnya.
Tri Rismaharini atau yang biasa dipanggil Risma, pada Kamis (29/8) malam secara resmi mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jawa Timur. Risma, juga bukan merupakan sosok yang asing untuk wilayah dengan penduduk mencapai 41,6 juta jiwa itu.
Risma pernah menjabat sebagai Wali Kota Surabaya selama dua periode yakni pada 2010-2015 dan 2016-2020. Risma saat ini juga menjabat Menteri Sosial dalam Kabinet Indonesia Maju. Risma dinilai menjadi lawan tangguh bagi Khofifah, karena relatif memiliki pengalaman serupa.
Maju dalam kontestasi Pemilihan Kepala Derah (Pilkada) Jawa Timur, Risma disandingkan dengan KH Zahrul Azhar Asumta atau yang kerap disapa Gus Hans. Menariknya, Gus Hans merupakan juru bicara tim kampanye Khofifah-Emil pada Pilkada Jatim 2018.
Gus Hans merupakan tokoh muda Nahdlatul Ulama (NU) yang juga pengasuh Pondok Pesantren Queen Al Azhar Darul Ulum, Peterongan, Jombang, Jawa Timur. Seperti halnya dengan Emil Dardak, Gus Hans sangat memiliki kedekatan dan keterikatan dengan NU.
Srikandi lain yang juga sudah mendaftar dan maju dalam kontestasi Pilkada Jatim 2024 adalah, Luluk Nur Hamidah yang merupakan kader Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Berbeda dengan Khofifah dan Risma, nama Luluk masih terdengar asing untuk masyarakat Jawa Timur.
Luluk Nur Hamidah yang merupakan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) periode 1019-2024 dan lulusan S2 Publik Administrasi Lee Kuan Yew School of Public Policy Singapura (LKYSPP) aktif menyuarakan isu kesejahteraan sosial, lingkungan dan pemberdayaan.
Sementara pasangan Luluk, Lukmanul Khakim juga berasal dari partai yang sama. Lukman merupakan sosok yang pernah mengisi posisi staf khusus Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, serta Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
Dalam Pemilihan Legislatif 2024, Luluk yang berkontestasi di Daerah Pemilihan Jateng IV mencakup Wonogiri, Karanganyar dan Sragen maupun Lukman di Dapil X Gresik dan Lamongan, keduanya sama-sama tidak lagi melaju ke Senayan.
Pertarungan srikandi tangguh
Terkait potensi masing-masing srikandi yang akan berkontestasi pada Pilkada Jatim 2024, memang sejauh ini Khofifah dan Risma lebih dikenal oleh masyarakat. Keduanya merupakan sosok perempuan tangguh yang memiliki kinerja tidak diragukan lagi.
Khofifah yang merupakan petahana dan Risma yang pernah memimpin Kota Surabaya, di atas kertas memang unggul dibanding srikandi lainnya, Luluk Nur Hamidah. Luluk memang sejauh ini belum pernah "menginjakkan kaki" di wilayah yang memiliki beragam budaya itu.
Namun begitu, elite partai pengusung Luluk-Lukman juga telah melakukan perhitungan yang pada akhirnya menyodorkan dua nama itu pada Pilkada Jatim 2024. PKB yang mengusung Luluk-Lukman, pada Pemilihan Legislatif 2024, merupakan partai pemenang di Jawa Timur.
Partai tersebut di Jawa Timur memperoleh 4.517.228 suara dan mendapatkan 27 kursi di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jawa Timur. Perolehan itu lebih tinggi dibanding Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan dengan 3.735.865 suara.
Pengamat Komunikasi Politik Universitas Brawijaya Anang Sujoko kepada ANTARA mengatakan bahwa pertarungan tiga srikandi untuk berebut kursi di Gedung Negara Grahadi tersebut sepertinya akan berlangsung sengit.
Keputusan partai politik untuk mengusung sosok perempuan tangguh sebagai bakal calon Gubernur Jawa Timur pada Pilkada 2024, dinilai tidak lepas dari orientasi untuk menandingi petahana Khofifah Indar Parawansa yang memang selama ini dinilai unggul.
Pengamat yang juga merupakan Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Brawijaya itu menilai bahwa keberadaan Luluk Nur Hamidah juga akan mampu mengganggu perolehan suara petahana dari akar rumput.
Namun, untuk memberikan perlawanan kepada Khofifah dan Risma, tentunya mesin-mesin partai di 38 kabupaten kota di Jawa Timur harus bergerak. Dengan bergeraknya mesin-mesin partai, maka perebutan suara akar rumput akan semakin besar.
Salah satu hal yang menjadi perhatian dalam Pilkada Jatim, para pasangan calon juga tidak melepas keterkaitannya dengan NU yang memiliki basis massa besar. Tiga srikandi yang didampingi para wakilnya itu, akan memperebutkan suara Nahdlyinin dan Muslimat.
"Semua pasangan calon ada kader NU, konstituen kuat Khofifah dari Muslimat dan NU. Akan ada 'perang' antarkader NU untuk merebut para Nahdliyin dan Muslimat," kata Anang.
Adu gagasan
Dalam kontestasi Pilkada Jatim 2024, pubik tentunya juga menanti tiga srikandi tangguh tersebut beradu gagasan untuk mengoptimalkan pembangunan provinsi yang dikaruniai dengan taman nasional tercantik di dunia itu. Jawa Timur memiliki Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru yang eksotis.
Adu gagasan untuk pembangunan Jatim, diharapkan bisa menjadi prioritas bagi para pasangan calon yang berkontestasi. Program-program yang diusung oleh pasangan calon, harus disampaikan secara gamblang ke publik.
Penyampaian program kerja para pasangan calon tersebut menjadi penting mengingat bahwa, di luar kantong-kantong suara loyalis tokoh yang berkontestasi, juga ada kelompok masyarakat lain yang masuk dalam kategori swing voters dan undecided voters.
Berdasarkan keterangan dari laman Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), swing voters merupakan pemilik yang pilihan politiknya masih bisa berubah, karena mengedepankan rasionalitas dan melihat gagasan yang disampaikan peserta pemilu.
Sementara untuk undecided voters adalah, orang-orang yang belum memiliki sosok untuk dipilih dalam kontestasi, atau menyembunyikan pilihannya. Dua kelompok masyarakat itu, juga harus menjadi perhatian sebagai suara prioritas bagi para calon pemimpin Jawa Timur.
Pertarungan antartiga srikandi dalam Pilkada Jatim 2024, memang menarik untuk dicermati karena seharusnya tidak terfokus pada kantong-kantong suara yang mudah didapatkan, atau yang berasal dari loyalis partai politik pengusung.
Baik Khofifah, Risma dan Luluk harus memperhatikan gagasan-gagasan baru yang akan disajikan kepada calon pemilih. Tentunya, dalam Pilkada Jatim 2024 ini bukan hanya jadi wadah bagi tiga srikandi tersebut untuk unjuk gigi. Ini bukan "perang" tiga srikandi semata.
Para wakil pasangan tersebut yakni Emil, Gus Hans dan Lukman, juga harus mampu menampilkan diri sebagai sosok yang mumpuni dan menguasai gagasan-gagasan yang akan diusung dalam pesta demokrasi di wilayah tersebut.
Gagasan itu, tentunya untuk meyakinkan para pemilih bahwa jika nantinya salah satu dari pasangan yang berkontestasi tersebut terpilih, ada jaminan keberlanjutan pembangunan dan kehidupan yang lebih baik untuk warga Jawa Timur.